Pantai Jimbaran di sore hari, merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup populer di kalangan wisatawan domestik maupun mancanegara. Pantai ini memiliki deretan rumah makan yang siap memanjakan lidah para wisatawan dengan aneka grill seafood dengan bumbu khas Bali.Matahari belum merendah di barat, saat Nana tiba di salah satu rumah makan favoritnya di Jimbaran. Kali ini tidak ada Meme' pemilik kafe. Bahkan dia hampir tidak mengenal para karyawannya, mungkin mereka karyawan yang baru direkrut."Sore Ibu, mau pesan apa?" Seorang pelayan kafe mendatangi Nana dengan buku menu dan menyapanya dengan ramah."Saya pesan minum dulu ya, es kelapa muda satu, mbok gek." Nana hanya memesan minuman karena dia masih harus menunggu kucing garong."Baik ibu, sebentar disiapkan dulu ya." Pelayan itu tersenyum ramah dan kembali ke dapur.Di sore hari yang cerah seperti ini, pantai menjadi tempat favorit bagi siapapun untuk menikmati keindahan pemandangan matahari tenggelam. Sembari menikmati es ke
Semenjak dari Jimbaran sore itu, Nana dan Erick semakin jarang bertemu. Keduanya cukup sibuk dengan pekerjaan dan juga kehidupan mereka.Menjelang akhir tahun Nana dibuat bingung dengan suasana di villa kucing garong yang tiba-tiba ramai. Terdengar suara-suara dan juga hilir mudik mobil dan orang-orang."Tumben ramai ya mbak?" Nana bertanya pada Mbak Siti saat dia mengeluarkan mobil di pagi hari."Iya Bu, sepertinya sedang ada tamu. Alvin juga sudah pulang ke sini sama Jeje," sahut Mbak Siti menjelaskan."Oh, begitu. Ya sudah saya berangkat dulu ke toko ya mbak. Tolong awasin Omil dan kawan-kawannya, jangan dibiarin keluyuran ke sebelah." Pesan Nana pada asisten rumah tangganya itu."Siaap Bu!" Mbak Siti mengangkat tangannya bak tentara yang siap melaksanakan perintah komandannya.Nana hanya tersenyum dan kemudian melajukan mobilnya meninggalkan carport. Hari ini dia memutuskan untuk berkeliling ke berbagai cabang tokonya.Jadwalnya cukup padat dan hari-harinya disibukkan dengan peker
"Abang!" Nana berseru setelah sempat tertegun menatap pria yang berdiri di depan pintu gerbang villa."Kenapa kaget begitu?" Erick terkekeh melihat reaksi Nana."Beneran ke sini, kirain tadi cuma bercanda saja." Nana meringis sambil membuka pintu gerbang lebih lebar."Masuk bang," ajaknya pada pria yang menatapnya jahil."Sendirian?" Erick bertanya sembari mengikutinya masuk ke dalam villa."Iya, Mbak Siti sudah pulang dari tadi." Jelasnya dengan lugas."Oh, Ikan ternyata hobi nyeker." Erick tertawa saat menyadari Nana tidak mengenakkan sandal."Terburu-buru tadi mpus." Nana tertawa juga."Di sini saja ikan." Erick berhenti di tepi kolam renang dan duduk di kursi panjang.Sekilas dia melihat cangkir teh, smartphone dan buku di atas meja yang ada di samping kursi panjang yang terletak di tepi kolam renang. Sepertinya ikan tengah bersantai di tepi kolam renang."Oke!" Nana turut duduk di sebelahnya."Ikan lagi santai ya, kek ikan duyung berjemur di tepi pantai." Erick terkekeh menggodan
Nana menatap pesawat yang baru saja lepas landas dari jendela lounge. Ini bukan pertama kalinya dia melepaskan kepergian si kucing garong. Juga bukan pertama kalinya akan berjauhan dengannya.Bahkan mereka pernah menjalani kisah cinta virtual cukup lama. Namun hari ini dia merasa berat melepaskan kepergian pria itu. Seandainya bisa dia ingin bersikap egois dengan menahannya untuk tidak pergi kemanapun."Ikan, terkadang kita tidak memiliki pilihan selain menjalani apa yang sudah digariskan. Kita berpisah hanya sementara, ada banyak hal yang harus Abang selesaikan. Pekerjaan, keluarga dan masih banyak lagi." Ucapnya waktu itu kala Nana sedikit merajuk dan memintanya untuk tidak pergi kemanapun.Nana tersenyum mengingat ucapan kucing garong. Pria yang terkesan sembrono, suka bercanda dan tidak pernah serius itu rupanya memiliki prinsip hidup yang cukup kuat."Aku akan merindukanmu, seperti dahulu aku selelalu merindukanmu, menginginkanmu dan hanya bisa mengkhayalkanmu dalam angan," gumam
@Erick[Ikan oh ikan]Nana tertawa saat pesan dari Erick muncul di layar smartphone-nya. Selalu saja pesan yang sama, bak nyanyian pembuka sebuah adegan film.@Nana[Iya mpus]@Erick[Ikan lagi ngapain?]@Nana[Lagi main sama Omil][Omil galau berat bang]Nana membalas pesan si kucing garong sambil memangku Omil yang terkantuk-kantuk. Kucing gendut itu akhir-akhir ini sering tidur di kamarnya dan mengikuti kemanapun Nana pergi.@Erick[Eh kenapa?]@Nana[Gara-gara ditinggal Alvin][Kasihan dia]@Erick[Aduh kasihan][Omil bucin rupanya sama Alvin]@Nana[Wkwkwkwkwk][Iya][Hampir setiap hari kan mereka bermain bersama]@Erick[Iya][Tadi Alvin juga chat katanya kangen Omil][Kemarin habis vc kan?]@Nana[Iya][Alvin berlibur saja atau sekalian pindah sekolah?]@Erick[Untuk sementara liburan saja kok][Repot kalau harus pindah lagi]@Nana[Oh begitu][Terus sama siapa dia di sini?][Abang kan di Jerez?]@Erick[Sama mami][Ceci nanti juga sering-sering ke situ kok]@Nana[Oh]@Erick[
Menjalani hubungan seperti dahulu, membuat Nana kembali menjalani hidupnya yang sepi. Sedangkan bagi Erick, dia hanya menghabiskan waktunya dengan bekerja.Keduanya kembali terjebak dalam hubungan jarak jauh. Namun kali ini ada yang berbeda. Jika dahulu mereka berhubungan tanpa komitmen di dunia nyata, kali ini mereka bukan hanya sekadar berkomitmen semata.Erick kerap mengungkapkan keinginan dan rencananya akan masa depan mereka. Sedangkan Nana hanya mengungkapkan satu keinginannya yang kerap membuat Erick dilanda rindu padanya."Aku hanya ingin Abang di sini, menemaniku seperti kemarin-kemarin," ucapnya saat mereka saling melepas rindu melalui panggilan video."Sabar sayang, nanti ada saatnya Abang temani kau, sampai kau bosan lihat Abang tiap hari." Erick tertawa mencoba menghiburnya."Nggak bosanlah, palingan gabut saja keseringan ditinggal Abang kemana-mana." Nana mencebikkan bibirnya, merajuk.Erick tergelak dan hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pekerjaan memang membua
"Na, sebelah kok sepi ya?" Kanjeng Mami meletakkan nampan berisi urap di atas meja makan.Sudah beberapa hari ini Kanjeng Mami mengunjungi Nana. Setelah pertengkaran terakhirnya dengan Eyang Putri, Kanjeng Mami kerap mengunjungi putri tunggalnya itu. Dia selalu mengkhawatirkan keadaan Nana."Mereka pulang ke Sorong, Mam," sahut Nana sembari menyesap kopinya."Oh, terus Nyong Ambon manise kemana? Pulang ke Sorong juga?" Tanya Kanjeng Mami lagi.Sepertinya dia masih penasaran dengan tetangga sebelah. Terutama di kucing garong."Dia ke Jerez Mam." Nana tersenyum dan menyendok nasi dan menuangkannya ke dalam piringnya."Oh, tapi pulang ke sini lagi kan?" Kanjeng Mami duduk di depannya dan meletakkan sepotong ikan asin peda dan tempe goreng ke dalam piring Nana, tak lupa juga urap sayuran."Ndak tahu mam. Kenapa memangnya?" Nana tersenyum mendengar kekepoan sang ibunda."Ndak papa, kalau pulang ke sini mau mami jadikan menantu," sahut Kanjeng Mami kalem.Nana hampir saja tersedak sayuran s
Erick cukup sibuk akhir-akhir ini. Bahkan dia memutuskan untuk tinggal di sebuah apartemen dekat kantornya yang terletak di pusat kota. Hanya saat akhir pekan dia akan menginap di perkebunan.Berkarir di negeri orang memang jauh berbeda dengan di negeri sendiri. Meski pada awal karirnya dulu, diapun pernah magang di negeri Ratu Elizabeth, tetap saja berbeda dengan saat ini.Bersama Nino sepupunya, mereka mengelola sebuah perkebunan anggur peninggalan keluarga Bibi Rosa. Sebagian besar perkebunan itu telah dibeli oleh mendiang papanya dan juga Om Andi. Sebagian lagi masih atas nama Bibi Rossa.Segala urusan di luar negeri, baginya yang merupakan pendatang, sedikit merepotkan. Ada banyak dokumen untuk kelengkapan administrasi yang harus disiapkannya."Urusanmu dengan Tania sudah beres semua?" Om Andi bertanya saat mereka duduk bersama di gudang anggur."Iya, Om. Sudah beres semua kok." Erick tersenyum dan mengeluarkan rokok dari saku kemejanya, meletakkannya di atas meja."Baguslah! Seo