Penjaga itu terkejut, langsung membalikan badan. "Tidak, tidak ada masalah, aku ke sini hanya untuk menambah pesanan, Pak Jack minta ice cream dark choco dengan topping oreo, itu pesan dua dan dua lagi itu dark choco crunchy oke." ucap Rico--menunjuk layar menu. "Baik Tuan." Penjaga mengangguk. "Uangnya tidak kurang?" "Tidak Tuan, uang yang Pak Jack berikan sudah cukup." "Pantas saja dia tidak memberiku uang." "Kita tunggu saja, Tuan." ucap Rose. Rico, Rose dan dua penjaga itu menunggu pesanan selesai, kemudian kembali ke mobil. "Sudah Tuan." "Sebanyak ini?" Rico ternganga. "Iya Tuan, ini yang di minta Pak Jack." "Kimberley bisa menghabiskan??? ya sudah ayo kita bawa." Rico geleng-geleng! Mereka menenteng kantong makanan dari McDonald, penjaga membawanya ke mobil yang ditumpangi Maid. "Ini Jack." ucap Rico--menyerahkan ice cream. "Terima kasih asisten." Rico memutarkan bola matanya malas, kembali ke mobil. "Ini sayang, ice cream dark choco dengan top
Rose membuka matanya, "Apa maksud, Tuan?" "Iya, maksudku kau ingin melihat tubuhku?" Rose tidak bisa menjawab pertanyaan itu, hanya diam, dia sebenarnya ingin melihat, itu hal yang paling dia kagumi dari Rico, memang pikiran Rose sedikit kotor tapi dia penakut. "Rose!" Panggil Rico--mendekati Rose. Rose menoleh tanpa jawaban. "Oke, aku tau jawabannya..." Rico spontan mengangkat tinggi pakaiannya di depan Rose. Rose terbelalak, dia segera menutup matanya. "Tidak! Tidak boleh, ayo buka matamu, lihat aku Rose!" Rico memaksa. "Tidak Tuan, jangan." "Oh, kau ingin aku memaksamu?" "Jangan Tuan, kenapa kau jadi seperti ini?" "Karena kau, sebenarnya kau mau, kau suka dengan tubuhku tapi kau malu, Rose." "Kata siapa?" Rose geleng-geleng. "Jujur saja Rose, hahaha." "Sudahlah Tuan, ayo beristirahat." Rose Beranjak pergi tidur lebih dulu, karena dia sudah merasa ngantuk, melanjutkan yang tadi dia sempat tertidur di mobil. Rico masih sibuk sejenak mengurus beberap
Semua mata tertuju pada Rico--asisten Pak Jack. "Aku beri kesempatan satu kali kalau kalian mengatakan hal-hal yang tidak benar mengenai atasan kalian, aku akan melaporkannya, dan kalian akan menerima resikonya, kalian berhadapan dengan Jack William kalian akan mati juga hari itu." Memang satu staff yang tidak bermoral itu pernah menyukai Pak Jack tapi dia terabaikan, karena Kimberley lebih unggul darinya kemudian Rico mengangkat Kimberley sebagai sekretaris Jack William. Rico tampak sangat emosi, dia berlalu pergi disusul Rose di belakangnya dengan membawa beberapa berkas kantor. "Mereka memang kurang ajar!" ucap Rico--terduduk. Rico emosi dengan beberapa staff yang pagi itu mereka jumpai, "Mereka memang benar-benar tidak bermoral, mereka tidak punya otak, kalau terjadi lagi aku akan laporkan pada Jack, kalau perlu sekarang saja aku laporkan." geram Rico. "Sabar Tuan..." Rose yang ketakutan melihat Rico tengah marah itu, dia terduduk di sofa, diam dan menunduk. Rico
Kimberley terbelalak, "Se--sekarang???" "Tenang saja, Maid tidak akan melihat, juga tidak ada yang melarang." Kimberley masih diam, dia tidak tau harus mulai dari mana. "Atau kau mau menyuapiku saja dengan mulutmu?" Jack menatap lekat istrinya--tersenyum nakal. Kimberley geleng-geleng, dia tidak mau. "Aku hanya bercanda, kecuali kau membuatku marah, mungkin aku akan menyuruhmu melakukan itu, ayo sini!" Kimberley malu kalau mencium Jack di ruang makan karena di sana ada beberapa Maid. "Terserah saja, aku tidak akan memaafkanmu!" Jack bangkit dari duduknya, menuju kamar tanpa menoleh ke arah istrinya, Kimberley langsung mengikuti di belakangnya. "Pak jangan begitu, iya aku mau, ayo sini..." Setibanya di kamar, Jack masih diam melepas pakaian dan terduduk di sofa memandang istrinya yang berdiri di depan pintu. 'Kenapa Jack malah melepas pakaiannya' batin Kimberley. "Kimberley, sini!" panggil Jack--menepuk pahanya. Jack mengisyaratkan agar Kimberley duduk di paha
"Cepatlah!" ucap Jack. "Sabar, aku masih mengambil yang ini!" ucap Rico. "Sini, aku dulu!" Jack merebut spatula. "Tidak! Aku yang lebih dulu!" Rico balik merebut. "Sini!" Kimberley terkejut melihat dua pria itu bertengkar karena berebut makanan, akhirnya dia mengambil alih. "Astaga, sini aku saja yang mengambilkan!" geram Kimberley--mengambil porsi untuk Jack dan Rico. "Aku kurang..." ucap Rico. "Aku tambah lagi Sayang." Jack menyodorkan piringnya. Riko yang melihat sikap aneh Jack itu geleng-geleng kepala, "Terserah kau saja..." Rico kembali melanjutkan makan. Kali ini bisa dilihat, Jack lebih banyak porsi makan di banding Rico, karena dia merasa cemburu, dia tak mau kalah dengan asistennya itu. "Kau yakin Jack? Makan sebanyak itu?" tanya Rico. "Memangnya kenapa? Apa masalahnya denganmu?" "I--iya Jack, kau yang paling menyukai masakan istrimu, sudahlah jangan bersaing karena makanan." Kimberley mengetahui apa yang menjadi sumber masalah, Jack merasa cembur
Tiba-tiba ponsel Lexa berbunyi, itu telepon dari Dev Merdy, Lexa memilih menolak panggilan itu, tapi sialnya panggilan itu berbunyi kembali, akhirnya Lexa dengan malasnya dia terpaksa mengangkat panggilan telepon dari Dev. [TELEPON DEV] "Halo Dev, ada apa? "Aku merindukanmu, Lexa." "Jangan banyak basa-basi, apa maumu?" "Besok aku kembali ke Milan, ayo kita jalan-jalan berdua." "Tidak bisa, aku sibuk banyak pekerjaan yang harus diurus, kapan-kapan saja ya." "Ya sudah, kalau begitu, aku main ke apartemenmu saja, jangan menolak, kau mau dibawakan apa?" "Uang saja!" "Itu hal yang mudah, sesuai perjanjian kita waktu itu." "Baiklah!" "Oke, tunggu aku Lexa, aku sudah tak sabar bertemu denganmu." "Iya dev." Karena Lexa sudah jenuh, ditambah lagi dia juga mendengar kabar bahwa Jack telah menikah dengan Kimberley, itu menambah kejenuhan dan merusak mood Lexa, dia mematikan panggilan, dan kembali ke apartemen. Sementara Rico di mansion terlihat sudah rapi itu bersiap
"Pak Jack?"Kimberley terkejut kala melihat CEO William Group ada di atas tubuhnya.Sebenarnya ada apa ini?Mengapa dia bisa di kamar mewah yang tak dikenalnya dengan sang atasan?Di atas kasur ... dan dalam keadaan terikat?!Ingatan terakhirnya adalah saat dia hendak menuju apartemen. Seseorang tiba-tiba menyerangnya dari belakang. Kimberley hendak berteriak meminta tolong, tetapi obat bius ternyata bekerja cepat pada tubuhnya. Sektika dia merasakan kegelapan melingkupinya.Hanya saja, dia samar-samar melihat tiga bodyguard dan seseorang yang tak asing ....?Tunggu ... pria yang tak asing itu adalah asisten Jack dan sahabatnya--Rico!"Kenapa? Apa kau terkejut?" ucap Jack tiba-tiba, "Apa kau akan mengabaikanku seperti hari-hari yang lalu?""Pak? Sebenarnya ada apa ini? Kenapa Bapak mengikat saya seperti ini?" ucapnya frustasi.Tapi, Jack justru tersenyum sinis.Pria tampan itu bahkan mendekat padanya. Kimberley dapat mencium bau alkohol yang begitu kencang dari Jack--bercampur aro
Kimberley terdiam.Sebenarnya, apa yang membuat Jack seperti ini?Beberapa waktu lalu, Kimberley baru saja naik jabatan dari staff biasa menjadi sekretaris Jack."Aduh, bisa telat ini kalau tidak lari!" paniknya kala itu.Kimberley berjalan terburu-buru karena biasanya, dia berangkat ke kantor pagi sekali karena tidak ingin telat. Bukan karena jarak kantor dan apartmentnya jauh, tapi itu sudah kebiasaannya sejak dulu.Hanya saja, hari ini bisa-bisanya dia telat bangun!Ting!Untungnya, tak menunggu lama, lift menuju ruang sekretaris--tempat barunya setelah naik jabatan--terbuka.Hanya saja, matanya tak sengaja berpapasan dengan Jack William CEO dari perusahaan William Group!Kimberley sontak menundukan kepala sebelum memasuki lift. "Permisi, Pak."Namun alih-alih menjawab, Jack hanya mengangguk.Kimberly jadi mati gaya menghadapi langsung sang CEO yang terkenal karena muda dan brillian itu--untuk pertama kalinya.Bukan karena merasa gugup berdua karena terpesona pada pria tampan yang