Tiba-tiba ponsel Lexa berbunyi, itu telepon dari Dev Merdy, Lexa memilih menolak panggilan itu, tapi sialnya panggilan itu berbunyi kembali, akhirnya Lexa dengan malasnya dia terpaksa mengangkat panggilan telepon dari Dev. [TELEPON DEV] "Halo Dev, ada apa? "Aku merindukanmu, Lexa." "Jangan banyak basa-basi, apa maumu?" "Besok aku kembali ke Milan, ayo kita jalan-jalan berdua." "Tidak bisa, aku sibuk banyak pekerjaan yang harus diurus, kapan-kapan saja ya." "Ya sudah, kalau begitu, aku main ke apartemenmu saja, jangan menolak, kau mau dibawakan apa?" "Uang saja!" "Itu hal yang mudah, sesuai perjanjian kita waktu itu." "Baiklah!" "Oke, tunggu aku Lexa, aku sudah tak sabar bertemu denganmu." "Iya dev." Karena Lexa sudah jenuh, ditambah lagi dia juga mendengar kabar bahwa Jack telah menikah dengan Kimberley, itu menambah kejenuhan dan merusak mood Lexa, dia mematikan panggilan, dan kembali ke apartemen. Sementara Rico di mansion terlihat sudah rapi itu bersiap
"Ya sudah, ayo cepat, sebelum Nyonya Kimberley terbangun, nanti bisa-bisa dia kecewa." ucap Rose--menarik tangan. "Memangnya kita mau mencari es krim di mana?" tanya Rico. "Kita cari saja di toko pusat perbelanjaan es krim, pasti di sana banyak sekali." "Memangnya bisa pesan banyak." "Bisa Tuan, letaknya di dekat mall yang waktu itu kita datangi?" "Oh, apa di sana lengkap?" "Dulu aku pernah membeli es krim di sana, banyak sekali jenis es krim dan permen." Mereka ke sebuah toko es krim terlengkap di Milan, mereka memesan beberapa jenis es krim, yang mana es krim itu dilapisi kemasan dan di letakkan dalam satu tempat seperti box, jadi mereka mudah membawanya. "Kau tau di mana tempatnya Rose?" "Iya, aku tau tuan, di sebelah sana nanti ada sebuah toko es krim." "Coba tunjukkan saja jalannya Rose." "Itu di sana..." ucap Rose--menunjuk toko es krim. Mereka turun dari mobil dan segera masuk ke dalam toko es krim. "Oh seperti rumah es krim, di sini es krimnya lengkap
"Aku tau Jack! Apa rencanamu?" Rico sambil memeriksa ponselnya. "Panggil staff itu ke ruanganku sekarang, aku tunggu!" Rico bergegas memanggil staff yang kemarin sempat berbicara dengan Lexa untuk menghadap ke ruangan CEO. Jack penasaran, apa yang dibicarakan Lexa pada staffnya itu, dia curiga kalau Lexa melakukan sesuatu yang merugikan dirinya atau berniat untuk merusak hubungannya dengan Kimberley, mengingat Lexa itu menyukai Jack William. "Permisi Pak." "Masuk!" sahut Jack dalam ruangan. "Maaf Pak Jack, ada apa Bapak memanggil saya?" "Saya melihat CCTV kemarin kau bicara dengan seorang wanita di halaman kantor, apa yang kalian bicarakan?" Staff itu mencoba mengingat kejadian kemarin sore saat sepulang dari kantor, "Oh wanita yang memanggil saya di halaman waktu itu dan menanyakan sesuatu pada saya." "Wanita itu bertanya apa?" tanya Rico--cepat. "Karena dia melihat papan bunga di halaman kantor, kemudian bertanya kapan acara pernikahan pemilik kantor kemudian bertanya tent
"Tidak Jack, aku dan Kepala Maid sedang membicarakan soal makanan." "Makanan apa?" Jack berwajah datar. "Kepala Maid memuji masakanku enak, tapi aku merasa masakanku tidak enak, jadi aku tak tertawa dengan pujian itu." "Tapi masakanmu memang enak sayang." Jack meletakan makanan, "Ayo makan sayang." Kimberley seketika menganga melihat masakan suaminya yang terlihat menggiurkan, "Wah, ini terlihat lezat sayang." Tanpa sadar di sela berbincang mereka, saat Jack hendak mengambil porsi, terdengar suara perut keroncongan, sumber suara perut itu dari Kimberley. "Astaga! Ternyata kau sudah lapar sayang? Maaf kalau aku lama." "Hehehe..." Kimberley hanya bisa tertawa dan sedikit malu. 'Kenapa perutku jadi bunyi, memalukan sekali!' batin Kimberley. "Ayo makan, perutmu sudah bunyi." Jack menyerahkan piring. Kimberley mengamati dua piring satunya pasta dan satunya lagi bulgogi , Kimberley meraih piring langsung mengambil sebagian pasta dan bulgogi, dia mulai mencicipi. "Mmm
"Bisakah kau tanya Paman dulu?" "Baiklah, akan kucoba." Jack mencoba menghubungi Paman Wiston dan mereka melakukan panggilan video. [PESAN PAMAN WISTON] [Paman, bisakah aku menelponmu?] [Ada apa?] [Hanya ingin bicara sesuatu.] [Baiklah, sebentar saja.] "Sayang, ternyata paman belum tidur." ucap Jack--menelpon Paman Wiston. [TELEPON PAMAN WISTON] "Halo Paman Wiston?" "Halo! Astaga, ternyata kau anak cantik, bagaimana kabarmu nak??" "Aku baik-baik saja, Paman juga sehat kan?" "Iya Paman sehat, kenapa kalian menelponku?" "Memangnya tidak boleh? Kami merindukan Paman." "Boleh ... termasuk keponakan yang sombong itu juga merindukanku tidak?" "Hahaha..." "Istriku saja yang merindukanmu, aku tidak..." "Hahaha, jangan begitu, ini Pamanmu!" "Oh ya Paman, aku dan istriku besok lusa akan pergi ke Berlin." "Ternyata kalian baru akan berbulan madu? Baiklah, asal kalian hati-hati." "Pasti, kami hati-hati Paman." "Jangan lupa, kalian di sana kabari Paman
Dev segera melepas kemejanya, pria itu kembali mendaratkan ciuman kasar, kemudian Lexa membalas ciuman itu semakin liar di atas tubuh besar berotot kokoh, mereka saling adu kemampuan di ranjang, 'Seksi juga tubuh Dev.' batin Lexa. Usia Dev 27 tahun yang terbilang lebih dewasa dua tahun dari Lexa, mereka saling mengenal sejak duduk di universitas dan mereka mencintai satu sama lain tapi mereka berpisah saat itu Dev harus bekerja di turki, dan akhirnya Lexa memutuskan hubungan, kemudian Lexa bekerja sebagai wanita bayaran seorang CEO. "Ayo Lexa, cepat puaskan aku!" ucap Dev frustasi. 'Aku melakukan ini demi uang, kalau tidak ada uang aku tidak akan mau tidur denganmu Dev.' Lexa bergumam dalam hati. Lexa menggerayangi seluruh tubuh pria itu, menjelajahi setiap inci dan menikmatinya seperti santapan yang lezat, kemudian Lexa asik bermain dengan alat vital Dev. "Iya sayang, kau menyentuh tepat di sana, itu nikmat sekali..." Sentuhan dari Lexa benar-benar membangkitkan gairah, D
Sehari setelahnya, akhirnya kantor diliburkan selama satu pekan, Karena hari cuti bersama dan memang Jack juga berencana meliburkan kantor saat cuti bersama. Rico bangkit dari duduknya, "Aku tunggu di halaman ya." "Rico!" panggil Jack di ruang makan. Langkah Rico terhenti, "Apa Jack?" ucap Rico--menoleh malas. "Ini kuncinya, kau tidak berangkat bersamaku, kau pakai mobil biasannya." ucap Jack--menyerahkan kunci mobil Porsche. "Baiklah..." jawab Rico sumringah. Menyelesaikan sarapannya, Jack bangkit dari duduk, dan segera berangkat ke kantor. "Sayang! Aku berangkat ya." teriak Jack. Kimberley berlari ke halaman, "Sayang tunggu! Dasimu ketinggalan." ucap Kimberley--memasang dasi Jack. Rico membelalak, "Baiklah, aku berangkat dulu saja." Jack hanya menoleh dan mengangguk sambil menunggu dasi dari istrinya. 'Daripada aku melihat pemandangan sialan itu.' batin Rico berangkat menuju kantor bersama Rose. "Kau tidak ingin ikut aku ke kantor, sayang?" tanya Jack. "Tidak
Dibacanya botol di tangan Jack, "Obat untuk penggugur kandungan? astaga! Kimberley?" Jack seketika melotot, segera meneriaki Kimberley dari dalam kamar, suara itu menggelegar terdengar sampai di luar kamar, dia terkejut telah menemukan sebotol obat untuk menggugurkan kandungan di kamarnya, dia menduga bahwa itu pasti memiliki Kimberley, tidak mungkin itu milik Maid. "KIMBERLEY!!!" teriak Jack. Kimberley tengah bersantai di balkon itu langsung terkejut dengan suara lantang suaminya, dia bingung kenapa tiba-tiba Jack berteriak seperti orang yang sedang marah. "Kenapa Jack meneriakiku seperti itu? Apa ada masalah? Apa aku membuat kesalahan?" ucap Kimberley--menuju kamar. Tanpa pikir panjang Kimberley segera menuju sumber suara Jack dari kamarnya, Kepala Maid juga datang bersama Maid lain memeriksa. "Ya Tuhan! Ada apa meneriakiku seperti itu?" tanya Kimberley polos. Dengan wajah datar dan rahang yang mengeras Jack terlihat sangat marah, "Kau masih bertanya ada apa?! Tidak ta
Dengan lihai jilatan atas ke bawah sembari menghisap membuat birahi Kimberley semakin meningkat hingga Jack mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan milik Kimberley. "Sayang? Kau lihat ini berapa jari?" tanya Jack--mengangkat tangan. "S--satu, mmhh..." "Oke, kalau begitu aku tambah satu lagi." "Agh!" Jari tengah masuk ke dalam lubang itu, bergerak seperti keputusan saat pertama Kimberley memilih berkomitmen dengan pria di hadapannya itu, maju mundur seirama dan semakin cepat, usaha Kimberley mencoba menahan diri untuk melenguh terlalu keras, membuat mata kuning Jack tak cukup melihat istrinya menahan lenguhan dari sensasi jari-jari Jack yang mengerjai milik Kimberley, "Panggil Namaku Sayang! Aku rindu kau memanggil namaku." Bisikan Jack menambah gejolak birahi Kimberley semakin meningkat dan daerah sensitif di sana sudah basah tak karuan. "Ahhh, Jack!" "Bagus! Teruskan sayang..." Semakin tak karuan ingin membenamkan milik Jack ke dalam milik Kimberley. "Kenapa
Kimberley masih diam tak berkata apapun sembari menggelengkan kepala. Jack menarik nafas panjang dan membisik, "Pasti kau sudah menungguku?" ucapnya. Kimberley masih belum bicara, dia hanya mematung setelah mendengar ucapan suaminya, dia pasrah jika Jack menidurinya malam itu. Jack tersenyum kemudian beralih duduk di sofa, "Bisakah aku meniduri malam ini?" tanyanya. "Aku tidak tahu." singkat Kimberley. "Aku tidak tahu? Berarti jawabannya iya." ucap Jack. Kimberley membelalak sembari menoleh ke arah suaminya. "Kita sudah lama tidak melakukan hal itu aku ingin bermain denganmu." ucap Jack. "Sebaiknya kita makan dulu." ucap Kimberley. Ibu hamil itu bangkit keluar kamar menuju ruang makan, di susul Jack di belakangnya, mereka pergi makan malam bersama, di sana Rico dan Rose sudah selesai makan dan akan beristirahat. "Hei kalian baru turun, kalian kenapa?" tanya Rico. Saat Kimberley hendak menjawab, Jack memotong pembicaraan itu. "Kimberley tadi mual, dia ingin muntah, jadi di
Setelah berkali-kali memanggil akhirnya Jack menoleh terkejut dengan keberadaan kru pesawat, Jack memang terlalu fokus dengan istrinya sampai tidak mendengar apapun di sekitar. "Oh, astaga!" "Maaf mengejutkan Bapak Jack, silakan waktunya makan malam Pak." ucap kru pesawat. "Oke, di sini saja." "Baik Pak." Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kru datang dengan beberapa makanan, "Silakan Pak, ada yang bisa kami bantu atau mungkin meminta sesuatu?" "Buatkan susu hangat saja." "Baik Pak." Kemudian perlahan Jack membangunkan istrinya. "Sayang, ayo makan sebentar." Jack menepuk pelan pundak Kimberley dan menciumnya, perlahan Kimberley membuka mata, "Kita sudah sampai?" "Belum sayang, ayo makan dulu." Belum lama bicara tiba-tiba Rico datang menyapa mereka, "Hei kalian tidak ada suaranya kalian tidur?" "Iya Kimberley tadi tidur." "Rupanya kalian makan di sini? Baiklah aku makan bersama Rose saja." Kemudian Rico kembali untuk makan bersama Rose, melihat ke arah
"Mama serius, ikutlah pulang bersama suamimu." Masih dalam pelukan Ibu Lucy, "Maafkan aku Ma..." ucapnya. "Tidak masalah, yang penting sering menghubungi Mama ya." Kimberley mengangguk, "Iya Ma." Ibu Lucy menoleh ke arah Jack, "Tolong jaga Kimberley ya, Nak." ucapnya. "Iya Bu Lucy, saya akan selalu menjaga dan merawat putri ibu dengan baik dan juga calon anak di perutnya." ucap Jack--mengelus perut Kimberley. "Tolong jaga Mama ya Bi, kalau terjadi apapun kabari Kimberley." "Iya, siap Non." "Lain waktu Kimberley mengunjungi Mama lebih lama ya." ucap Kimberley. "Iya putriku sayang." "Oh, tunggu sebentar." ucap Bu Lucy--mengambil barang. Ibu Lucy mengambil perhiasan gelang kesayangannya untuk di berikan pada Kimberley. "Ini gelang kesayangan Mama sejak kecil, pakailah." ucap Ibu Lucy--menyerahkan. "Sungguh?" "Iya putriku sayang." "Baik Ma, aku akan menyimpan ini dengan baik." Mereka berempat berpamitan dan pergi meninggalkan kediaman Ibu Lucy. "Hati-hat
Mereka berempat memasuki kediaman Ibu Lucy yang tak lain dia adalah Ibunya Kimberley, duduk di sofa panjang dalam ruang tamu mewah berdesain klasik, sementara asisten rumah tangga sibuk membuatkan teh suguhan dan sarapan untuk mereka. "Bi, buatkan teh hangat ya." titah Bu Lucy. "Baik Bu." Bu Lucy menoleh, "Lalu siapa mereka, Nak?" Saat Kimberley hendak menjawab, ucapannya didahului oleh suaminya. Jack buka suara, "Perkenalkan nama saya Jack William, kemudian ini Rico asisten saya, dan disamping istrinya." ucapnya berjabat tangan. "Rose, dia istri tercintaku!" sahut Rico. Rose berbisik, "Jangan membuatku malu!" Bu Lucy menjabat tangan Jack, "Saya Bu Lucy, Ibunya Kimberley." ucapnya tersenyum. Jack tersenyum, "Saya suaminya Kimberley, saya menikahi putri Ibu sudah beberapa bulan yang lalu, maaf kami tidak memberitahu Ibu Lucy sebelumnya." Sontak jawaban pria itu membuat Ibu Lucy terkejut tak percaya bahwa putrinya sudah menikah. Ibu Lucy langsung menoleh ke arah Kim
Menatap lekat sembari merangkul istrinya, "Tentu saja, aku selalu mencintaimu sama seperti saat pertama menculikmu." "Waktu kau menculikku, kau jatuh cinta padaku?" "Iya, itulah caraku untuk mendapatkan gadis yang sangat cuek ini." "Hahaha, nakal sekali!" Mereka menikmati senja yang semakin lama semakin hilang tetapi menara Eiffel berdiri tegak dengan sorot lampu kelap-kelip yang terlihat sangat indah di malam hari, menambahkan kesan romantis dan sensual bagi pasangan. "Sayang, ayo berfoto." "Iya sayang." Jack mengambil ponsel untuk memotret istrinya dengan view menara Eiffel di malam hari, mereka juga mengambil gambar bersama. "Bagus sayang, ayo kita berdua." Jack meletakkan ponsel di meja, "Ayo aku sudah siap." Mereka segera berdua, terlihat sangat romantis. "Hehehe, bagus sekali sayang." Mereka sangat menikmati kebersamaan itu dan hanyut ke dalam hasrat yang tidak ingin kehilangan satu sama lain. "Mmhh..." mereka berciuman. "Sayang, berjanjilah jangan ti
"Tentu saja sayang." "Hmm, aku tidak sabar sayang..." ucap Jack--mengelus perut istrinya. "Coba kau tebak, ini bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Kimberley. "Pasti itu bayi perempuan yang cantiknya sama seperti ibunya." ucap Jack--berbisik. Kimberley tersenyum, "Kalau ini laki-laki pasti dia tampan dan pemberani sepertimu." "Hehehe..." Setelah keduanya rapi, mereka segera keluar dari hotel yqng mana Rico dan Rose telah menunggu mereka di lobi hotel dengan pakaian serba warna putih yang seirama. "Kalian menunggu lama?" tanya Jack. "Lumayan." "Ayo." ucap Jack--menggandeng istrinya. Mereka sengaja tidak menaiki taksi, melainkan hanya berjalan kaki santai di sekitar kota. "Hari ini kita jalan ke mana sayang?" tanya Jack. "Aku tidak mengerti, tanyakan saja pada Rico, dia yang mengajak kita..." Rico buka suara, "Karena cuacanya tidak panas, bagaimana kalau kita mengunjungi menara Eiffel?" "Ide bagus!" Kemudian mereka berempat menuju area di sekitar Menara Ei
Mereka bergegas menuju ke sebuah rumah makan, di sana sebuah restoran modern dengan gaya kolonial. "Kau mau makan apa sayang? Di sini?" ucap Jack--menunjuk sebuah restoran. Kimberley geleng-geleng sembari mengelus perutnya, "Aku tidak mau makanan laut lagi, aku mau makanan cepat saji," geleng-geleng lagi, "Aku tidak mau makan di sana,cari tempat lain." Jack mengangkat kedua alisnya, "Ya Tuhan kupikir kau ingin makan makanan laut lagi, lalu kita makan di mana?." Terkadang Jack juga bingung, semenjak istrinya hamil dia lebih perhatian dengan makanan yang Kimberley makan karena istrinya berubah selera dalam waktu yang singkat, kadang menginginkan makanan yang aneh-aneh dan harus langsung dituruti. Itu adalah kalau wajar bagi orang yang sedang hamil selalu ingin mengidam ini dan itu. "Mau ke McDonald?" tanya Jack. Kimberley menoleh, "Boleh sayang," ucapnya--menggangguk cepat. Akhirnya mereka berbelok masuk dan memesan beberapa makanan cepat saji seperti burger dan lainnya.
"Tentu saja sayang, lusa kita berangkat ya." ucap Jack. "Iya sayang." ucap Kimberley sumringah. Kemudian mereka melanjutkan makan malam dan segera beristirahat. "Kalian bulan madu berapa hari?" tanya Jack. "Dua hari saja cukup." jawab Rico. "Oke persiapkan saja." Setelah makan malam mereka beristirahat dan melakukan aktivitas seperti biasa di hari berikutnya, pagi hari di kantor setelah jam makan siang Rico dan Rose menyiapkan berkas yang akan dibereskan dan diberikan kepada Sekretaris karena mereka akan izin selama lima hari ke Perancis, maka dari itu Sekretaris yang mengantikan Jack dan Asistennya. "Pak tolong ini berkasnya kau tangani semua ya, kau pastikan pekerjaanmu dengan benar selama lima hari kedepan, karena Pak Jack dan istrinya akan pergi ke Perancis dan sekaligus aku juga ikut dengan mereka." "Baik Pak Rico saya mengerti, ngomong-ngomong bagaimana pernikahan Pak Rico dengan ibu Rose? Maaf jika saya lancang Pak." "Semuanya berjalan lancar, dan besok kita akan bulan