Kimberley membelalak, "Bagaimana bisa, aku tidak tau, seperti apa?" "Kau letakkan saja makanan di mulutmu lalu kau kunyah sedikit dan aku akan mengambilnya dari mulutmu." "Ke--kenapa begitu? Aku tidak bisa melakukan itu." protes Kimberley geleng-geleng "Cepat lakukan itu sekarang, aku lapar! Atau kau ingin hukuman yang lebih dari itu?" Kimberley geleng-geleng, segera menyuap makanan ke dalam mulutnya dan mengunyahnya, dengan sigap Jack meraih dan mengambil makanan itu dari mulut istrinya. "Ayo cepat!" "I--iya ini, Pak." ucap Kimberley--perlahan menyuap makanan ke mulutnya. Jack langsung mengambil makanan dari mulut istrinya, "Mmm..." Kimberley seketika mematung, dia tidak tau jalan pikiran suaminya seperti apa dengan mengetahui cara makan yang seperti ini, itu terbilang aneh dan menjijikan tapi itu juga membuat Kimberley menjadi geli dan bergairah. Jack sambil mengunyah, "Enak sayang!" 'Aneh sekali saat aku melakukan itu padanya meskipun aku sedikit merasa jijik, justru ak
"Ya Tuhan, aku melihat celana dalam Tuan Rico?" batin Rose melotot. Rose menggeledah koper milik Rico, "Astaga, hahaha, kau baru menyiapkan celana dalam, Tuan?" "Hehehe, iya Rose, aku bingung membawa baju yang mana, aku juga bingung membawa berapa baju?" Rose tersenyum sambil geleng-geleng, "Sini, biar aku bantu, Tuan." Rose membantu Rico menyiapkan barang bawaannya yang akan dibawa ke Berlin, seperti beberapa pakaian, perlengkapan mandi, tak lupa juga dompet dan barang penting lainnya, Rico melihat itu merasa seperti dia bersama ibunya, dia melihat sifat Rose yang keibuan itu membuatnya bahagia dan semakin mencintai Rose. "Oke, sudah beres, sekarang kita harus beristirahat." "Oh iya sebentar Rose, apa aku boleh melihat barang bawaanmu?" "Lihat saja Tuan, silakan." Rico segera meraih koper milik Rose, karena dia merasa penasaran, Rico menggeledah koper milik Rose tapi, yang ditemukan pertama kali dan yang paling dia ingat adalah bikini milik Rose, dia memang terbilan
"Astaga! Baru kali ini aku menaiki jet pribadi sayang." ucap Kimberley tersenyum lebar. "Kau sudah dua kali menaiki jet pribadi, yang pertama waktu Jack menjemputmu di Perancis." ucap Rico. Kimberley bingung, "Astaga Benarkah? Aku tidak pernah merasa sebelumnya." "Waktu itu kau tertidur sayang, jadi kau tidak tau." "Pantas saja." "Aku juga baru naik jet pribadi pertama kali, terima kasih Pak Jack." ucap Rose. Jack hanya tersenyum, mereka mulai menaiki pesawat, masuk ke dalam pesawat jet pribadi yang terlihat sangat sepi, karena hanya mereka berempat dan pilot beserta pramugari dalam pesawat. [Berlin, Jerman] Setibanya di Berlin, mereka turun dan segera menuju hotel yang berada di dekat bandara Brandenburg, hotel itu berjarak lumayan dekat, mereka menaiki taksi sekitar 800 meter dari bandara, akhirnya siang hari mereka tiba di Hotel Brandenburg, Jack sudah memesan dua kamar dengan king bed untuknya dan istrinya kemudian satu kamar lagi untuk Rico dan Rose. "Akhirnya kita ti
Ucapan Rose membuyarkan, "Tuan! Kenapa kau diam saja, ayo cepat naik ke pinggir pantai sebelum hiu itu muncul." "Oh, Iya Rose!" 'Sungguh? Ini pertama kalinya, Tuan Rico menggendongku! Kenapa jantungku jadi berdebar-debar?' batin Rose. Rico segera menggendong rose ke pinggir pantai kemudian Rico segera pergi ke toilet dekat pantai. "Sudah, turunkan saja aku di sini." "Baiklah Rose." "Kalian sudah puas berenang di pantai?" tanya Jack. "Aduh sebentar ya, aku mau ke toilet, aku sudah tidak tahan lagi!" ucap Rico--berlari menuju ke toilet. "Aneh sekali!" pekik Jack. "Iya Pak, tadi kata Tuan Rico ada ikan hiu, jadi kami segera ke pinggir pantai." "Ikan hiu? Apa benar di sana ada hiu?" "Mungkin hiu itu jinak." ucap Kimberley. "Ya sudah, kau pesan makananmu." "Menunggu Tuan Rico saja, Pak." Di sisi lain Rico yang tengah buang air kecil di toilet itu, dia merasa sedikit lega dan kembali berkumpul untuk makan bersama. "Aduh lega sekali!" ucap Rico membenarkan cela
'Kenapa Rose belum tidur? Dia malah mendekatiku, dia sedang apa? Astaga! Dia menyentuh tubuhku!' batin Rico. Perlahan menyentuh otot Rico, 'Ya Tuhan, Tuan Rico tidur tanpa berpakaian? Ototnya terlihat kokoh sekali, aduh, wajahnya ternyata tampan juga, hmm ... aroma ambernya masih tercium.' batin Rose. Tiba-tiba Rico membuka mata dan Rose sangat terkejut, dia pura-pura ketakutan agar Rico tidak curiga bahwa dia memang sengaja mendekati Rico.Rico membuka mata dan menoleh, "Kau belum tidur?"Deg! Rose memasang wajah memelas, "A--aku belum bisa tidur, aku takut Tuan." "Baiklah, sini peluk aku tapi kau harus tidur, karena besok pagi kita akan berkunjung ke tiga lokasi, itu akan melelahkan." ucap Rico--membenarkan posisi tidurnya. "Iya Tuan..." 'Aku sebenarnya belum tidur Rose, aku tau apa yang kau lakukan padaku tadi, hehehe, lumayan aku bisa memeluk Rose, ternyata dia juga sedikit nakal, semoga malam ini tidak membangkitkan gairahku.' batin Rico. Rose mengangguk segera meme
Kimberley mengedarkan pandangannya, "Ternyata di dalam banyak sekali barang-barang kuno." "Iya ini peninggalan Eropa dalam sejarah Jerman." "Coba aku ingin berfoto dengan patung ini." ucap Kimberley--berpose. Jack mengambil beberapa foto istrinya bersama patung dalam Museum, sementara Rico dan Rose asyik membaca tulisan pada pameran dalam Museum, setelah asyik mengunjungi Museum, karena merasa lapar mereka memutuskan untuk pergi makan siang bersama di sebuah restoran. Melihat istrinya yang selalu diam, "Kau kenapa sayang? Apa kau sakit?" "Tidak sayang, aku hanya lapar tapi, aku sedikit mengantuk..." "Apa sore ini tidak kita tidak perlu melanjutkan perjalanan?" tanya Jack--memeriksa. Kimberley mengangguk, "Bagaimana kalau kita pergi makan kemudian kembali ke hotel." "Baiklah, ayo kita cari makan." Mereka menaiki taksi kembali menuju pusat kota Berlin, Rico mengetahui itu merasa bingung, "Kenapa kita kembali ke pusat kota Jack?" "Kita tidak jadi ke museum Neues, ditu
"Ahh!" ucap Kimberley merinding. Jack segera membuka celananya dan meraih es krim di tangan Kimberley, lalu meletakkan itu pada alat vitalnya, "Ayo sayang coba kau cicipi yang ini!" Kimberley yang dari tadi mematung, pipinya sudah merah merona, dia merasa geli melihat Jack melakukan itu, dia merasa gairahnya juga meningkat.Karena sekarang Jack sudah menjadi suami, akhirnya Kimberley mengangguk, perlahan mendekati, segera memperlakukannya seperti dia sedang makan es krim, perlahan dijilat berkali-kali dan dimasukkan ke dalan mulut lalu dia menghisapnya dengan penuh perasaan, dijilat kembali dan semakin cepat seperti dia makan es krim dia sangat menyukai es krim dia bisa merasakan rasa es krim yang tidak pernah habis itu. Mmm, itu nikmat! "Ahhh, enak sayang?" tanya Jack. Kimberley mengangguk sambil menjilat dan menghisap milik Jack berkali-kali. "Bagus sayang, teruskan sayang.""Mmm...""Ahhh, lihat aku sayang!" Tetap dalam kegiatan menjilat dan menghisap sambil menata
Arghh! Lubang kenikmatan itu terus dipompa hingga ... terdengar teriakan dan erangan yang bercampur menjadi satu. "Ahhh sayang!" Tak seperti hari-hari sebelum menikah, kini mereka bisa saling mengekspresikan apa yang mereka rasakan masing-masing, saat itu Kimberley memperlihatkan kemampuannya dalam ranjang, mengingat dia sudah memiliki suami, sebisa mungkin dia membuat suaminya puas di ranjang, sebenarnya Kimberley juga ingin sekali merasakan kenikmatan yang dia rindukan selama ini justru Kimberley tidak akan menolaknya, malam itu mereka menikmati keintiman yang terasa panjang hingga malam semakin larut, sensualitas yang mereka ciptakan itu semakin dalam dan sangat menikmati malam pertama setelah mereka menikah. Jack semakin mempercepat gerakannya di atas tubuh istrinya, hentakan demi hentakan yang terasa sangat nikmat dan tak lama pelepasan itu mereka dapatkan. "Lebih cepat sayang!" titah Kimberley--tak karuan. Jack semakin mendekat dan mendekap istrinya, aroma musk yang te
Dengan lihai jilatan atas ke bawah sembari menghisap membuat birahi Kimberley semakin meningkat hingga Jack mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan milik Kimberley. "Sayang? Kau lihat ini berapa jari?" tanya Jack--mengangkat tangan. "S--satu, mmhh..." "Oke, kalau begitu aku tambah satu lagi." "Agh!" Jari tengah masuk ke dalam lubang itu, bergerak seperti keputusan saat pertama Kimberley memilih berkomitmen dengan pria di hadapannya itu, maju mundur seirama dan semakin cepat, usaha Kimberley mencoba menahan diri untuk melenguh terlalu keras, membuat mata kuning Jack tak cukup melihat istrinya menahan lenguhan dari sensasi jari-jari Jack yang mengerjai milik Kimberley, "Panggil Namaku Sayang! Aku rindu kau memanggil namaku." Bisikan Jack menambah gejolak birahi Kimberley semakin meningkat dan daerah sensitif di sana sudah basah tak karuan. "Ahhh, Jack!" "Bagus! Teruskan sayang..." Semakin tak karuan ingin membenamkan milik Jack ke dalam milik Kimberley. "Kenapa
Kimberley masih diam tak berkata apapun sembari menggelengkan kepala. Jack menarik nafas panjang dan membisik, "Pasti kau sudah menungguku?" ucapnya. Kimberley masih belum bicara, dia hanya mematung setelah mendengar ucapan suaminya, dia pasrah jika Jack menidurinya malam itu. Jack tersenyum kemudian beralih duduk di sofa, "Bisakah aku meniduri malam ini?" tanyanya. "Aku tidak tahu." singkat Kimberley. "Aku tidak tahu? Berarti jawabannya iya." ucap Jack. Kimberley membelalak sembari menoleh ke arah suaminya. "Kita sudah lama tidak melakukan hal itu aku ingin bermain denganmu." ucap Jack. "Sebaiknya kita makan dulu." ucap Kimberley. Ibu hamil itu bangkit keluar kamar menuju ruang makan, di susul Jack di belakangnya, mereka pergi makan malam bersama, di sana Rico dan Rose sudah selesai makan dan akan beristirahat. "Hei kalian baru turun, kalian kenapa?" tanya Rico. Saat Kimberley hendak menjawab, Jack memotong pembicaraan itu. "Kimberley tadi mual, dia ingin muntah, jadi di
Setelah berkali-kali memanggil akhirnya Jack menoleh terkejut dengan keberadaan kru pesawat, Jack memang terlalu fokus dengan istrinya sampai tidak mendengar apapun di sekitar. "Oh, astaga!" "Maaf mengejutkan Bapak Jack, silakan waktunya makan malam Pak." ucap kru pesawat. "Oke, di sini saja." "Baik Pak." Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kru datang dengan beberapa makanan, "Silakan Pak, ada yang bisa kami bantu atau mungkin meminta sesuatu?" "Buatkan susu hangat saja." "Baik Pak." Kemudian perlahan Jack membangunkan istrinya. "Sayang, ayo makan sebentar." Jack menepuk pelan pundak Kimberley dan menciumnya, perlahan Kimberley membuka mata, "Kita sudah sampai?" "Belum sayang, ayo makan dulu." Belum lama bicara tiba-tiba Rico datang menyapa mereka, "Hei kalian tidak ada suaranya kalian tidur?" "Iya Kimberley tadi tidur." "Rupanya kalian makan di sini? Baiklah aku makan bersama Rose saja." Kemudian Rico kembali untuk makan bersama Rose, melihat ke arah
"Mama serius, ikutlah pulang bersama suamimu." Masih dalam pelukan Ibu Lucy, "Maafkan aku Ma..." ucapnya. "Tidak masalah, yang penting sering menghubungi Mama ya." Kimberley mengangguk, "Iya Ma." Ibu Lucy menoleh ke arah Jack, "Tolong jaga Kimberley ya, Nak." ucapnya. "Iya Bu Lucy, saya akan selalu menjaga dan merawat putri ibu dengan baik dan juga calon anak di perutnya." ucap Jack--mengelus perut Kimberley. "Tolong jaga Mama ya Bi, kalau terjadi apapun kabari Kimberley." "Iya, siap Non." "Lain waktu Kimberley mengunjungi Mama lebih lama ya." ucap Kimberley. "Iya putriku sayang." "Oh, tunggu sebentar." ucap Bu Lucy--mengambil barang. Ibu Lucy mengambil perhiasan gelang kesayangannya untuk di berikan pada Kimberley. "Ini gelang kesayangan Mama sejak kecil, pakailah." ucap Ibu Lucy--menyerahkan. "Sungguh?" "Iya putriku sayang." "Baik Ma, aku akan menyimpan ini dengan baik." Mereka berempat berpamitan dan pergi meninggalkan kediaman Ibu Lucy. "Hati-hat
Mereka berempat memasuki kediaman Ibu Lucy yang tak lain dia adalah Ibunya Kimberley, duduk di sofa panjang dalam ruang tamu mewah berdesain klasik, sementara asisten rumah tangga sibuk membuatkan teh suguhan dan sarapan untuk mereka. "Bi, buatkan teh hangat ya." titah Bu Lucy. "Baik Bu." Bu Lucy menoleh, "Lalu siapa mereka, Nak?" Saat Kimberley hendak menjawab, ucapannya didahului oleh suaminya. Jack buka suara, "Perkenalkan nama saya Jack William, kemudian ini Rico asisten saya, dan disamping istrinya." ucapnya berjabat tangan. "Rose, dia istri tercintaku!" sahut Rico. Rose berbisik, "Jangan membuatku malu!" Bu Lucy menjabat tangan Jack, "Saya Bu Lucy, Ibunya Kimberley." ucapnya tersenyum. Jack tersenyum, "Saya suaminya Kimberley, saya menikahi putri Ibu sudah beberapa bulan yang lalu, maaf kami tidak memberitahu Ibu Lucy sebelumnya." Sontak jawaban pria itu membuat Ibu Lucy terkejut tak percaya bahwa putrinya sudah menikah. Ibu Lucy langsung menoleh ke arah Kim
Menatap lekat sembari merangkul istrinya, "Tentu saja, aku selalu mencintaimu sama seperti saat pertama menculikmu." "Waktu kau menculikku, kau jatuh cinta padaku?" "Iya, itulah caraku untuk mendapatkan gadis yang sangat cuek ini." "Hahaha, nakal sekali!" Mereka menikmati senja yang semakin lama semakin hilang tetapi menara Eiffel berdiri tegak dengan sorot lampu kelap-kelip yang terlihat sangat indah di malam hari, menambahkan kesan romantis dan sensual bagi pasangan. "Sayang, ayo berfoto." "Iya sayang." Jack mengambil ponsel untuk memotret istrinya dengan view menara Eiffel di malam hari, mereka juga mengambil gambar bersama. "Bagus sayang, ayo kita berdua." Jack meletakkan ponsel di meja, "Ayo aku sudah siap." Mereka segera berdua, terlihat sangat romantis. "Hehehe, bagus sekali sayang." Mereka sangat menikmati kebersamaan itu dan hanyut ke dalam hasrat yang tidak ingin kehilangan satu sama lain. "Mmhh..." mereka berciuman. "Sayang, berjanjilah jangan ti
"Tentu saja sayang." "Hmm, aku tidak sabar sayang..." ucap Jack--mengelus perut istrinya. "Coba kau tebak, ini bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Kimberley. "Pasti itu bayi perempuan yang cantiknya sama seperti ibunya." ucap Jack--berbisik. Kimberley tersenyum, "Kalau ini laki-laki pasti dia tampan dan pemberani sepertimu." "Hehehe..." Setelah keduanya rapi, mereka segera keluar dari hotel yqng mana Rico dan Rose telah menunggu mereka di lobi hotel dengan pakaian serba warna putih yang seirama. "Kalian menunggu lama?" tanya Jack. "Lumayan." "Ayo." ucap Jack--menggandeng istrinya. Mereka sengaja tidak menaiki taksi, melainkan hanya berjalan kaki santai di sekitar kota. "Hari ini kita jalan ke mana sayang?" tanya Jack. "Aku tidak mengerti, tanyakan saja pada Rico, dia yang mengajak kita..." Rico buka suara, "Karena cuacanya tidak panas, bagaimana kalau kita mengunjungi menara Eiffel?" "Ide bagus!" Kemudian mereka berempat menuju area di sekitar Menara Ei
Mereka bergegas menuju ke sebuah rumah makan, di sana sebuah restoran modern dengan gaya kolonial. "Kau mau makan apa sayang? Di sini?" ucap Jack--menunjuk sebuah restoran. Kimberley geleng-geleng sembari mengelus perutnya, "Aku tidak mau makanan laut lagi, aku mau makanan cepat saji," geleng-geleng lagi, "Aku tidak mau makan di sana,cari tempat lain." Jack mengangkat kedua alisnya, "Ya Tuhan kupikir kau ingin makan makanan laut lagi, lalu kita makan di mana?." Terkadang Jack juga bingung, semenjak istrinya hamil dia lebih perhatian dengan makanan yang Kimberley makan karena istrinya berubah selera dalam waktu yang singkat, kadang menginginkan makanan yang aneh-aneh dan harus langsung dituruti. Itu adalah kalau wajar bagi orang yang sedang hamil selalu ingin mengidam ini dan itu. "Mau ke McDonald?" tanya Jack. Kimberley menoleh, "Boleh sayang," ucapnya--menggangguk cepat. Akhirnya mereka berbelok masuk dan memesan beberapa makanan cepat saji seperti burger dan lainnya.
"Tentu saja sayang, lusa kita berangkat ya." ucap Jack. "Iya sayang." ucap Kimberley sumringah. Kemudian mereka melanjutkan makan malam dan segera beristirahat. "Kalian bulan madu berapa hari?" tanya Jack. "Dua hari saja cukup." jawab Rico. "Oke persiapkan saja." Setelah makan malam mereka beristirahat dan melakukan aktivitas seperti biasa di hari berikutnya, pagi hari di kantor setelah jam makan siang Rico dan Rose menyiapkan berkas yang akan dibereskan dan diberikan kepada Sekretaris karena mereka akan izin selama lima hari ke Perancis, maka dari itu Sekretaris yang mengantikan Jack dan Asistennya. "Pak tolong ini berkasnya kau tangani semua ya, kau pastikan pekerjaanmu dengan benar selama lima hari kedepan, karena Pak Jack dan istrinya akan pergi ke Perancis dan sekaligus aku juga ikut dengan mereka." "Baik Pak Rico saya mengerti, ngomong-ngomong bagaimana pernikahan Pak Rico dengan ibu Rose? Maaf jika saya lancang Pak." "Semuanya berjalan lancar, dan besok kita akan bulan