"Ahh!" ucap Kimberley merinding. Jack segera membuka celananya dan meraih es krim di tangan Kimberley, lalu meletakkan itu pada alat vitalnya, "Ayo sayang coba kau cicipi yang ini!" Kimberley yang dari tadi mematung, pipinya sudah merah merona, dia merasa geli melihat Jack melakukan itu, dia merasa gairahnya juga meningkat.Karena sekarang Jack sudah menjadi suami, akhirnya Kimberley mengangguk, perlahan mendekati, segera memperlakukannya seperti dia sedang makan es krim, perlahan dijilat berkali-kali dan dimasukkan ke dalan mulut lalu dia menghisapnya dengan penuh perasaan, dijilat kembali dan semakin cepat seperti dia makan es krim dia sangat menyukai es krim dia bisa merasakan rasa es krim yang tidak pernah habis itu. Mmm, itu nikmat! "Ahhh, enak sayang?" tanya Jack. Kimberley mengangguk sambil menjilat dan menghisap milik Jack berkali-kali. "Bagus sayang, teruskan sayang.""Mmm...""Ahhh, lihat aku sayang!" Tetap dalam kegiatan menjilat dan menghisap sambil menata
Arghh! Lubang kenikmatan itu terus dipompa hingga ... terdengar teriakan dan erangan yang bercampur menjadi satu. "Ahhh sayang!" Tak seperti hari-hari sebelum menikah, kini mereka bisa saling mengekspresikan apa yang mereka rasakan masing-masing, saat itu Kimberley memperlihatkan kemampuannya dalam ranjang, mengingat dia sudah memiliki suami, sebisa mungkin dia membuat suaminya puas di ranjang, sebenarnya Kimberley juga ingin sekali merasakan kenikmatan yang dia rindukan selama ini justru Kimberley tidak akan menolaknya, malam itu mereka menikmati keintiman yang terasa panjang hingga malam semakin larut, sensualitas yang mereka ciptakan itu semakin dalam dan sangat menikmati malam pertama setelah mereka menikah. Jack semakin mempercepat gerakannya di atas tubuh istrinya, hentakan demi hentakan yang terasa sangat nikmat dan tak lama pelepasan itu mereka dapatkan. "Lebih cepat sayang!" titah Kimberley--tak karuan. Jack semakin mendekat dan mendekap istrinya, aroma musk yang te
"Maaf, cincin untuk usia berapa, Pak?" tanya pelayan. Rico tersenyum, "Untuk kekasihku, usianya sekita 20 tahun, jarinya kurus, karena dia tidak gemuk." "Mungkin cincin ukurannya 6 yang ini, Pak..." ucap pelayan--menunjukan model cincin. "Apa ada bentuk lain?" tanya Rico. "Ada Pak, ini cincin perak Permata berukuran kecil ada tiga bentuk, seperti yg ini bentuk bulat, bentuk love dan bentuk kotak, silakan..." pelayan toko menyerahkan Pelayan memperlihatkan beberapa model cincin perak dengan permata kecil berukuran enam, itu terbilang ukuran cincin paling kecil, akhirnya Rico segera memilih model yang telah disediakan pelayan, pilihannya jatuh kepada cincin perak dengan permata kecil berbentuk kotak. "Yang ini saja," Rico sumringah, "Apa ada boxnya?" tanya Rico. "Ada Pak, nanti silakan tunggu di sana untuk pembayarannya ya, terima kasih Pak" Setelah membayar dan mendapatkan cincin yang Rico butuhkan, dia segera kembali ke museum menemui Rose, tapi setelah menunggu 10 menit
"Tidak, aku harus bisa menahannya." batin Rico. Rico segera naik ke pinggir kolam dan menuju kamar, karena Rico tidak bisa menahan rasa dibalik celananya. Rose heran dengan ekspresi Rico, "Kau kenapa Tuan?" tanya Rose. "Tidak apa rasa, sebentar ya aku mau ke toilet." Tanpa menjawab Rose hanya melihat gelagat Rico yang terlihat aneh, dia juga tidak berpikir yang buruk, di sana Rose sambil menunggu, dia melanjutkan bersantai kolam. 'Kenapa Tuan Rico aneh sekali? Biarkan saja.' batin Rose. 'Aduh sebaiknya aku ke kamar saja, kenapa bisa jadi begini? Dasar payah, aku sudah tidak tahan lagi!' batin Rico dalam kamar. Rico menjadi bergairah saat berenang bersama Rose karena insiden yang tidak diinginkan itu akhirnya Rico memuaskan dirinya sendiri di kamar. "Mmhh!" erangan Rico dengan permainan tangannya. Setelah beberapa menit Rose menunggu Rico yang tak kunjung kembali itu, dia beranjak mencarinya ke kamar. 'Kenapa Tuan Rico lama sekali? Dia belum kembali, padahal dia sud
"Tidak!" jawab Rose singkat--menuju kamar mandi. Akhirnya mereka mempersiapkan diri masing-masing, Rico memakai setelan kasual terlihat rapi sementara Rose memakai kasual dengan celana pendek, di sisi lain Jack dan Kimberley juga baru bangun dari tidurnya mereka beranjak mandi bersama dan mempersiapkan diri karena mereka juga akan mengunjungi Bar malam itu. "Malam ini kau pakai baju yang mana sayang?" tanya Jack--menggeledah pakaiannya. "Aku memakai dress kasual berwarna merah, yang ini." Jack mengerutkan dahinya, "Baiklah, aku akan memakai pakaian kasual yang ini." "Apa penampilanku cantik?" Sebenarnya Jack tidak ambil pusing kalau Kimberley memakai dress berwarna merah saat di Bar, Jack langsung menyetujuinya. 'Biarkan saja dia pakai yang itu, yang penting dia bahagia.' batin Jack, dia berusaha menurunkan egonya. "Tenang saja sayang, kau akan terlihat sangat cantik dibanding wanita-wanita yang ada di Bar nanti, kaulah yang paling cantik." Jack memeluk istrinya. "Kau
"Ssttt, diam saja!" ucap Rose--meletakan jari di bibir Rico. Rose segera bangkit dari duduknya dan beralih duduk di paha Rico dengan posisi berhadapan, semua mata tertuju pada mereka berdua, kemudian Rose langsung mengalungkan tangannya di leher Rico, mendaratkan beberapa ciuman, sekilas para pengunjung bersorak kegirangan dengan pemandangan itu, Rico hanya bisa mematung dan menerima ciuman dari Rose Rico juga membalas ciuman itu tapi dia juga mengontrol dirinya, mengingat dia sedang di tempat umum, tapi dia juga pasrah karena Rose yang terus saja menciumnya hingga ... turun menggigit lehernya dan meninggalkan bekas merah di sana. Mengalungkan tangan di leher dan mendaratkan ciuman, "Mmhh!" Rico dan Rose berciuman untuk pertama kalinya! Dua wanita itu membelalak terkejut dengan pemandangan di depan mereka "Sial!" "Rose jangan seperti ini, banyak yang melihat kita." ucap Rico berbisik. "Kenapa Tuan? Bukannya kau suka jika aku seperti ini?" "Tapi..." ucapan Rico terpotong.
Rose sambil meraba dada Rico, "Tentu saja aku mencintaimu Tuan, kenapa kau brlum juga mengerti perasaanku? Aku hanya menyembunyikannya karena aku takut jika kau tidak mencintaiku! Aku mencintaimu!" "Apa keinginanmu bersamaku?" Rose berbisik, "Iya! Aku ingin menikah denganmu! Aku ingin kau menjadi suamiku lalu kita hidup bersama seperti ini selamanya dan kita bahagia." Bisikan dari Rose itu menyenangkan, itu membuat Rico bahagia dan sekaligus membuat dia merasa geli itu sangat membangkitkan gairah, dia segera melupakan gairahnya kemudian dia kembali memejamkan mata. "Baiklah, ayo tidur." Rico mencium Rose. Mmhh! "Kenapa cepat tidur? Kau tidak jadi meniduriku malam ini?" Rico mengabaikan Rose yang masih mabuk sambil terus berbicara aneh-aneh, Rico memejamkan matanya hingga mereka berdua tertidur. Hari keempat mereka bangun lebih siang karena pagi hari memang mereka memilih beristirahat di hotel kemudian mereka mengawali siang hari dengan berjalan-jalan di kota menikmati
Rose sangat terkejut, tidak menyangka akan melakukan hal yang menjijikkan itu saat dia mabuk, kenyataannya dia memang ingin melakukan itu secara sadar, melihat pembuktian dari Rico dia mengingat beberapa kejadian meski tidak semuanya jelas tapi dia mampu mengingat kejadian saat dia tengah mabuk. Rico segera mematikan rekaman suara, dia sengaja tidak memutar seluruh isi rekaman suara, "Rose!" panggil Rico. Panggilan dari Rico membuyarkan tapi, dia kembali melamun dan berusaha mengingat sesuatu. 'Apa benar semalam aku sudah mencium Tuan Riko? Bahkan aku sampai menggigit lehernya?' Rose bergumam dalam hati. "Sekarang kau percaya padaku? Aku tidak melakukan apapun semalam." ucap Rico--meletakkan ponsel. Rose menelan salivanya, "Maafkan aku Tuan." Rico mendekat, "Sekarang aku ingin bertanya, kenapa kau meminum banyak Whiskey semalam?" "Ka--karena aku diremehkan oleh dua wanita di Bar itu." Sambung Rico, "Dan kau cemburu?" Rose melebarkan matanya dan geleng-geleng, dia ban