"Astaga! Baru kali ini aku menaiki jet pribadi sayang." ucap Kimberley tersenyum lebar. "Kau sudah dua kali menaiki jet pribadi, yang pertama waktu Jack menjemputmu di Perancis." ucap Rico. Kimberley bingung, "Astaga Benarkah? Aku tidak pernah merasa sebelumnya." "Waktu itu kau tertidur sayang, jadi kau tidak tau." "Pantas saja." "Aku juga baru naik jet pribadi pertama kali, terima kasih Pak Jack." ucap Rose. Jack hanya tersenyum, mereka mulai menaiki pesawat, masuk ke dalam pesawat jet pribadi yang terlihat sangat sepi, karena hanya mereka berempat dan pilot beserta pramugari dalam pesawat. [Berlin, Jerman] Setibanya di Berlin, mereka turun dan segera menuju hotel yang berada di dekat bandara Brandenburg, hotel itu berjarak lumayan dekat, mereka menaiki taksi sekitar 800 meter dari bandara, akhirnya siang hari mereka tiba di Hotel Brandenburg, Jack sudah memesan dua kamar dengan king bed untuknya dan istrinya kemudian satu kamar lagi untuk Rico dan Rose. "Akhirnya kita ti
Ucapan Rose membuyarkan, "Tuan! Kenapa kau diam saja, ayo cepat naik ke pinggir pantai sebelum hiu itu muncul." "Oh, Iya Rose!" 'Sungguh? Ini pertama kalinya, Tuan Rico menggendongku! Kenapa jantungku jadi berdebar-debar?' batin Rose. Rico segera menggendong rose ke pinggir pantai kemudian Rico segera pergi ke toilet dekat pantai. "Sudah, turunkan saja aku di sini." "Baiklah Rose." "Kalian sudah puas berenang di pantai?" tanya Jack. "Aduh sebentar ya, aku mau ke toilet, aku sudah tidak tahan lagi!" ucap Rico--berlari menuju ke toilet. "Aneh sekali!" pekik Jack. "Iya Pak, tadi kata Tuan Rico ada ikan hiu, jadi kami segera ke pinggir pantai." "Ikan hiu? Apa benar di sana ada hiu?" "Mungkin hiu itu jinak." ucap Kimberley. "Ya sudah, kau pesan makananmu." "Menunggu Tuan Rico saja, Pak." Di sisi lain Rico yang tengah buang air kecil di toilet itu, dia merasa sedikit lega dan kembali berkumpul untuk makan bersama. "Aduh lega sekali!" ucap Rico membenarkan cela
'Kenapa Rose belum tidur? Dia malah mendekatiku, dia sedang apa? Astaga! Dia menyentuh tubuhku!' batin Rico. Perlahan menyentuh otot Rico, 'Ya Tuhan, Tuan Rico tidur tanpa berpakaian? Ototnya terlihat kokoh sekali, aduh, wajahnya ternyata tampan juga, hmm ... aroma ambernya masih tercium.' batin Rose. Tiba-tiba Rico membuka mata dan Rose sangat terkejut, dia pura-pura ketakutan agar Rico tidak curiga bahwa dia memang sengaja mendekati Rico.Rico membuka mata dan menoleh, "Kau belum tidur?"Deg! Rose memasang wajah memelas, "A--aku belum bisa tidur, aku takut Tuan." "Baiklah, sini peluk aku tapi kau harus tidur, karena besok pagi kita akan berkunjung ke tiga lokasi, itu akan melelahkan." ucap Rico--membenarkan posisi tidurnya. "Iya Tuan..." 'Aku sebenarnya belum tidur Rose, aku tau apa yang kau lakukan padaku tadi, hehehe, lumayan aku bisa memeluk Rose, ternyata dia juga sedikit nakal, semoga malam ini tidak membangkitkan gairahku.' batin Rico. Rose mengangguk segera meme
Kimberley mengedarkan pandangannya, "Ternyata di dalam banyak sekali barang-barang kuno." "Iya ini peninggalan Eropa dalam sejarah Jerman." "Coba aku ingin berfoto dengan patung ini." ucap Kimberley--berpose. Jack mengambil beberapa foto istrinya bersama patung dalam Museum, sementara Rico dan Rose asyik membaca tulisan pada pameran dalam Museum, setelah asyik mengunjungi Museum, karena merasa lapar mereka memutuskan untuk pergi makan siang bersama di sebuah restoran. Melihat istrinya yang selalu diam, "Kau kenapa sayang? Apa kau sakit?" "Tidak sayang, aku hanya lapar tapi, aku sedikit mengantuk..." "Apa sore ini tidak kita tidak perlu melanjutkan perjalanan?" tanya Jack--memeriksa. Kimberley mengangguk, "Bagaimana kalau kita pergi makan kemudian kembali ke hotel." "Baiklah, ayo kita cari makan." Mereka menaiki taksi kembali menuju pusat kota Berlin, Rico mengetahui itu merasa bingung, "Kenapa kita kembali ke pusat kota Jack?" "Kita tidak jadi ke museum Neues, ditu
"Ahh!" ucap Kimberley merinding. Jack segera membuka celananya dan meraih es krim di tangan Kimberley, lalu meletakkan itu pada alat vitalnya, "Ayo sayang coba kau cicipi yang ini!" Kimberley yang dari tadi mematung, pipinya sudah merah merona, dia merasa geli melihat Jack melakukan itu, dia merasa gairahnya juga meningkat.Karena sekarang Jack sudah menjadi suami, akhirnya Kimberley mengangguk, perlahan mendekati, segera memperlakukannya seperti dia sedang makan es krim, perlahan dijilat berkali-kali dan dimasukkan ke dalan mulut lalu dia menghisapnya dengan penuh perasaan, dijilat kembali dan semakin cepat seperti dia makan es krim dia sangat menyukai es krim dia bisa merasakan rasa es krim yang tidak pernah habis itu. Mmm, itu nikmat! "Ahhh, enak sayang?" tanya Jack. Kimberley mengangguk sambil menjilat dan menghisap milik Jack berkali-kali. "Bagus sayang, teruskan sayang.""Mmm...""Ahhh, lihat aku sayang!" Tetap dalam kegiatan menjilat dan menghisap sambil menata
Arghh! Lubang kenikmatan itu terus dipompa hingga ... terdengar teriakan dan erangan yang bercampur menjadi satu. "Ahhh sayang!" Tak seperti hari-hari sebelum menikah, kini mereka bisa saling mengekspresikan apa yang mereka rasakan masing-masing, saat itu Kimberley memperlihatkan kemampuannya dalam ranjang, mengingat dia sudah memiliki suami, sebisa mungkin dia membuat suaminya puas di ranjang, sebenarnya Kimberley juga ingin sekali merasakan kenikmatan yang dia rindukan selama ini justru Kimberley tidak akan menolaknya, malam itu mereka menikmati keintiman yang terasa panjang hingga malam semakin larut, sensualitas yang mereka ciptakan itu semakin dalam dan sangat menikmati malam pertama setelah mereka menikah. Jack semakin mempercepat gerakannya di atas tubuh istrinya, hentakan demi hentakan yang terasa sangat nikmat dan tak lama pelepasan itu mereka dapatkan. "Lebih cepat sayang!" titah Kimberley--tak karuan. Jack semakin mendekat dan mendekap istrinya, aroma musk yang te
"Maaf, cincin untuk usia berapa, Pak?" tanya pelayan. Rico tersenyum, "Untuk kekasihku, usianya sekita 20 tahun, jarinya kurus, karena dia tidak gemuk." "Mungkin cincin ukurannya 6 yang ini, Pak..." ucap pelayan--menunjukan model cincin. "Apa ada bentuk lain?" tanya Rico. "Ada Pak, ini cincin perak Permata berukuran kecil ada tiga bentuk, seperti yg ini bentuk bulat, bentuk love dan bentuk kotak, silakan..." pelayan toko menyerahkan Pelayan memperlihatkan beberapa model cincin perak dengan permata kecil berukuran enam, itu terbilang ukuran cincin paling kecil, akhirnya Rico segera memilih model yang telah disediakan pelayan, pilihannya jatuh kepada cincin perak dengan permata kecil berbentuk kotak. "Yang ini saja," Rico sumringah, "Apa ada boxnya?" tanya Rico. "Ada Pak, nanti silakan tunggu di sana untuk pembayarannya ya, terima kasih Pak" Setelah membayar dan mendapatkan cincin yang Rico butuhkan, dia segera kembali ke museum menemui Rose, tapi setelah menunggu 10 menit
"Tidak, aku harus bisa menahannya." batin Rico. Rico segera naik ke pinggir kolam dan menuju kamar, karena Rico tidak bisa menahan rasa dibalik celananya. Rose heran dengan ekspresi Rico, "Kau kenapa Tuan?" tanya Rose. "Tidak apa rasa, sebentar ya aku mau ke toilet." Tanpa menjawab Rose hanya melihat gelagat Rico yang terlihat aneh, dia juga tidak berpikir yang buruk, di sana Rose sambil menunggu, dia melanjutkan bersantai kolam. 'Kenapa Tuan Rico aneh sekali? Biarkan saja.' batin Rose. 'Aduh sebaiknya aku ke kamar saja, kenapa bisa jadi begini? Dasar payah, aku sudah tidak tahan lagi!' batin Rico dalam kamar. Rico menjadi bergairah saat berenang bersama Rose karena insiden yang tidak diinginkan itu akhirnya Rico memuaskan dirinya sendiri di kamar. "Mmhh!" erangan Rico dengan permainan tangannya. Setelah beberapa menit Rose menunggu Rico yang tak kunjung kembali itu, dia beranjak mencarinya ke kamar. 'Kenapa Tuan Rico lama sekali? Dia belum kembali, padahal dia sud