"Ini uang dariku untukmu, kau masih ingat ucapanku kan?" Dari orang yang kau kagumi, Rico. Lily tertegun membaca pesan surat itu ternyata uang itu dari Rico, dia segera menyimpan dan pergi beristirahat. [Villa La Rosa B&B, Bellagio.] Hari kedua di Bellagio, Rico dan Rose menghabiskan waktu mereka dengan berenang hingga ... turun hujan. 'Langitnya mendung, tapi aku ingin berenang' batin Riko mengenakan Boxer. "Tuan mau ke mana?" tanya Rose "Mau berenang Rose." "Memangnya ada kolam?" "Ada, kolamnya di atas." "Aku mau ikut!" Rose beranjak. "Baiklah, kau ganti pakaianmu.' Rico pergi lebih dulu menuju kolam, dia sengaja ingin berenang sambil main hujan. Tak lama Rose datang mengenakan bikini berwarna kuning, Rico melebarkan matanya dia tidak pernah melihat Rose berpakaian bikini. Terlihat seksi! "Tuan Rico." Rose datang Melambaikan tangan. 'Seksi sekali tubuhnya, benar-benar tubuh model.' batin Rico--menelan salivanya. "Ini sepertinya mau hujan, Tuan." ucap
Derai air hujan membasahi tubuh mereka, tabrakan sensual di dalam kolan itu terasa menenangkan. "Aku mencintaimu sayang, selamanya akan selalu begitu." "Aku juga mencintaimu." Paman Wiston yang tengah mencari keberadaan mereka, tak sengaja di lantai atas, memperhatikan kegiatan mereka,dia terdiam di tempat sebenarnya Paman Wiston ingin mengingatkan mereka untuk makan siang sebelum kembali ke Milan, tapi dia tidak ingin mengganggu mereka. Tap! Kimberley membuka matanya dan mendapati Paman Wiston di ujung pintu, dia langsung menyudahi ritual berciuman. Menepis tubuh Jack! "Pak, sudah hentikan." Perlahan mendorong tubuh Jack. Jack masih memaksa merangkul pinggang Kimberley, memeluk erat dan mencium istrinya. "Kenapa sayang? Kenapa sudah? aku belum puas." "Itu, di sana ada Paman." Kimberley berbisik. "Kau mau membohongiku lagi? Mencari alasan?" "Tidak Pak, aku serius, di sana ada Paman Wiston." Jack menoleh, mulutnya ternganga--dia terkejut. "Hei Paman! Sedan
Kotak itu berisi perhiasan dan dress cantik dari brand 'Christian Dior' yang diberikan Paman Wiston untuk Kimberley, dia juga memberikan nota check berbulan madu ke Berlin untuk Jack dan Kimberley, Itu hadiah pernikahan dari Paman Wiston. "Oh iya, ini untuk Kimberley." ucap Paman Wiston--menyerahkan kotak. "Wah!" "Apa itu?" tanya Jack. "Aku memberikan hadiah perhiasan dan dress untuk Kimberley." Paman Wiston--menyerahkan kotak. "Aku bisa membelikan itu untukmu." ucap Jack menoleh. "Jangan begitu, ini hadiah dari Paman." Kimberley berbisik. "Wah, terima kasih Paman." ucap Kimberley membuka kotak--matanya berbinar. "Paman harap, kau menyukainya." "Aku pasti suka, terima kasih Paman." "Iya anak cantik." "Untukku tidak ada?" tanya Jack. "Ini aku memberimu nota check, ini untuk kalian berdua berbulan madu." Paman Wiston menyerahkan nota check sejumlah uang. "Kau menghinaku? Seperti aku tidak bisa membayar." "Kau mau uang ini tidak?" tanya Paman Wiston. "Baikl
"Hehehe, iya Paman."'Aduh! Kenapa pertanyaannya seperti itu.' batin Rose. Rico dan Rose menjadi salah tingkah! Sorenya mereka kembali ke Milan, Jack dan Kimberley pulang dengan hati yang sangat bahagia, mereka sudah menjadi pasangan suami istri, Jack juga merasa senang, acara pernikahannya berjalan sesuai dengan rencananya. "Pak Jack, tadi bicara apa dengan paman Wiston? Terlihat sangat serius." tanya Kimberley. Jack menoleh, mengelus pipi Kimberley, "Hanya membicarakan soal villa, dulunya tidak sebagus itu, ternyata dia merenovasinya tahun lalu." Jack terpaksa membohongi Kimberley, dia tidak ingin menceritakan masalah kehidupannya, itu menambah beban pikiran Kimberley. "Oh begitu, ini kita langsung pulang ke Mansion?" "Memangnya kau ingin pergi ke mana sayang? Ini sudah malam." "Tidak, apa kita tidak pergi membeli makanan atau camilan." ucap Kimberley--merangkul tangan Jack. "Hahaha, kau ingin membeli makanan?" Kimberley mengangguk. "Mungkin, kalau nanti sampai
Penjaga itu terkejut, langsung membalikan badan. "Tidak, tidak ada masalah, aku ke sini hanya untuk menambah pesanan, Pak Jack minta ice cream dark choco dengan topping oreo, itu pesan dua dan dua lagi itu dark choco crunchy oke." ucap Rico--menunjuk layar menu. "Baik Tuan." Penjaga mengangguk. "Uangnya tidak kurang?" "Tidak Tuan, uang yang Pak Jack berikan sudah cukup." "Pantas saja dia tidak memberiku uang." "Kita tunggu saja, Tuan." ucap Rose. Rico, Rose dan dua penjaga itu menunggu pesanan selesai, kemudian kembali ke mobil. "Sudah Tuan." "Sebanyak ini?" Rico ternganga. "Iya Tuan, ini yang di minta Pak Jack." "Kimberley bisa menghabiskan??? ya sudah ayo kita bawa." Rico geleng-geleng! Mereka menenteng kantong makanan dari McDonald, penjaga membawanya ke mobil yang ditumpangi Maid. "Ini Jack." ucap Rico--menyerahkan ice cream. "Terima kasih asisten." Rico memutarkan bola matanya malas, kembali ke mobil. "Ini sayang, ice cream dark choco dengan top
Rose membuka matanya, "Apa maksud, Tuan?" "Iya, maksudku kau ingin melihat tubuhku?" Rose tidak bisa menjawab pertanyaan itu, hanya diam, dia sebenarnya ingin melihat, itu hal yang paling dia kagumi dari Rico, memang pikiran Rose sedikit kotor tapi dia penakut. "Rose!" Panggil Rico--mendekati Rose. Rose menoleh tanpa jawaban. "Oke, aku tau jawabannya..." Rico spontan mengangkat tinggi pakaiannya di depan Rose. Rose terbelalak, dia segera menutup matanya. "Tidak! Tidak boleh, ayo buka matamu, lihat aku Rose!" Rico memaksa. "Tidak Tuan, jangan." "Oh, kau ingin aku memaksamu?" "Jangan Tuan, kenapa kau jadi seperti ini?" "Karena kau, sebenarnya kau mau, kau suka dengan tubuhku tapi kau malu, Rose." "Kata siapa?" Rose geleng-geleng. "Jujur saja Rose, hahaha." "Sudahlah Tuan, ayo beristirahat." Rose Beranjak pergi tidur lebih dulu, karena dia sudah merasa ngantuk, melanjutkan yang tadi dia sempat tertidur di mobil. Rico masih sibuk sejenak mengurus beberap
Semua mata tertuju pada Rico--asisten Pak Jack. "Aku beri kesempatan satu kali kalau kalian mengatakan hal-hal yang tidak benar mengenai atasan kalian, aku akan melaporkannya, dan kalian akan menerima resikonya, kalian berhadapan dengan Jack William kalian akan mati juga hari itu." Memang satu staff yang tidak bermoral itu pernah menyukai Pak Jack tapi dia terabaikan, karena Kimberley lebih unggul darinya kemudian Rico mengangkat Kimberley sebagai sekretaris Jack William. Rico tampak sangat emosi, dia berlalu pergi disusul Rose di belakangnya dengan membawa beberapa berkas kantor. "Mereka memang kurang ajar!" ucap Rico--terduduk. Rico emosi dengan beberapa staff yang pagi itu mereka jumpai, "Mereka memang benar-benar tidak bermoral, mereka tidak punya otak, kalau terjadi lagi aku akan laporkan pada Jack, kalau perlu sekarang saja aku laporkan." geram Rico. "Sabar Tuan..." Rose yang ketakutan melihat Rico tengah marah itu, dia terduduk di sofa, diam dan menunduk. Rico
Kimberley terbelalak, "Se--sekarang???" "Tenang saja, Maid tidak akan melihat, juga tidak ada yang melarang." Kimberley masih diam, dia tidak tau harus mulai dari mana. "Atau kau mau menyuapiku saja dengan mulutmu?" Jack menatap lekat istrinya--tersenyum nakal. Kimberley geleng-geleng, dia tidak mau. "Aku hanya bercanda, kecuali kau membuatku marah, mungkin aku akan menyuruhmu melakukan itu, ayo sini!" Kimberley malu kalau mencium Jack di ruang makan karena di sana ada beberapa Maid. "Terserah saja, aku tidak akan memaafkanmu!" Jack bangkit dari duduknya, menuju kamar tanpa menoleh ke arah istrinya, Kimberley langsung mengikuti di belakangnya. "Pak jangan begitu, iya aku mau, ayo sini..." Setibanya di kamar, Jack masih diam melepas pakaian dan terduduk di sofa memandang istrinya yang berdiri di depan pintu. 'Kenapa Jack malah melepas pakaiannya' batin Kimberley. "Kimberley, sini!" panggil Jack--menepuk pahanya. Jack mengisyaratkan agar Kimberley duduk di paha