Kejadian hari ini memang mengejutkan Kimberley, karena ia belum mengetahui jelas sebelumnya siapa wanita yang menghinanya, itu sangat menyedihkan, tentu. Kimberley berpikir bahwa wanita itu adalah mantan kekasih Jack, dan ia memilih pergi agar emosinya tidak meledak-ledak. Rico mengetahui itu merasa bingung, apa yang sebenarnya terjadi. "Eh, kau apakan Kimberley? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rico menahan Jack di kamarnya . "Ayo Jack ceritakan." "Ini semua karena Lexa! Dia datang saat kita di taman dan Lexa bicara kasar pada Kimberley, lalu Kimberley menamparnya dan pergi." ungkap Jack memijit pelipisnya. "Lexa berulah lagi! Dia harus diawasi, apa kau akan memberinya pelajaran?" "Aku akan memberinya pelajaran, nanti kupikirkan, kau harus membantuku membujuk Kimberley sekarang." ucap Jack lemas. "Haha, lucu sekali, setelah ini kita berbicara bertiga soal Lexa padanya." Rico menyiapkan berkas dan mereka siap ke kamar menemui Kimberley. "Oh pintunya tidak terkunci, coba
"Apa maumu Pak Jack?" ucap Kimberley pasrah. "Aku mau kau tetap di sisiku, kau sekarang diam di sini dan nikmati saja." Di sisi lain Rico menelfon Lexa, datang menjemput ke apartment sesuai perintah Jack, Lexa tidak boleh tau soal mansion, dia berencana menipu dengan menutup matanya lalu membawanya ke mansion. "Tuan Jack sudah menunggumu, tapi dia minta kau tutup mata agar lebih surprise, karena lama tidak bermain denganmu bukan?" ucap Rico menutup mata Lexa dengan kain tebal dan berkata, "Nanti dia yang akan membukanya, jadi bersiaplah." 'Benar dugaanku bahwa tuan Jack pasti rindu bermain denganku.' batin Lexa. "Ouhh baiklah." 'Bodoh juga nona ini.' Rico bergumam dalam hati. Lexa dan Rico sudah tiba di mansion dan Rico menuntun Lexa menuju ruang Black Room. "Silahkan duduk nona, Jack ingin malam ini kau di ikat dan nikmati saja ya." Rico segera mengikat Lexa dikursi. Seketika Kimberley terkejut dan heran ternyata Jack mengundang wanita itu satu ruangan bersamanya, dia
"Tunggu sebentar sayang." ucap Jack menuju kamar asistennya--Rico, "Rico, kau urus Lexa, bawa dia ke rumah atau ke apartmentnya, jika kau mau, pakai saja sepuasmu." "Baiklah, hehehe." Tanpa pikir panjang Rico membius Lexa dan segera membawanya keluar dari mansion, "Hey nona Lexa!" "Lepaskan aku!" teriak Lexa. "Baiklah, tenang." "Lepaskan!" Mmpph! Kali ini obat bius pemenangnya! Beberapa menit kemudian, Rico segera membawa Lexa pergi. "Hahh, akhirnya beres." ucap Rico mengikat tangan Lexa. 'Besok ada lauching di kantor, ah! Melelahkan sekali,' batin Rico menuju dapur, Meneguk segelas air mineral! Apa yang harus dia lakukan? Lamunannya buyar saat mendengar suara teriakan! "Lepaskan aku! lepaskan!" teriak Lexa. "LEXA! APA KAU TAU INI SUDAH MALAM, SIALAN," geram rico menutup mulut lexa--menyalakan televisi dengan volume tinggi. Srakkk! "Kau gerah?" tanya Rico merobek dress Lexa. "Kurang ajar! apa yang kau lakukan?" "Aku hanya ingin melihat sesu
[Bandara Malpensa, Milan.] Kimberley terdiam di dalam kabin pesawat, menatap jendela dengan pikiran kosongnya mengingat Jack. Meneguk minuman! Bagaimana jika Jack bingung? Apa Jack akan marah besar? Pikirannya bercampur menjadi satu antara memikirkan Jack dan juga memikirkan pergi ke Perancis. 'Maafkan aku Jack.' batin Kimberley. "Permisi, awas minumanmu tumpah nona," ucap pria asing. Kimberley tetap melamun! "Nona!" ucap pria itu sedikit lantang. "Ya?" Tangan mereka bersentuhan--minuman tidak tumpah, Kimberley menoleh! "Hati-hati, minumanmu hampir tumpah nona." "Oh ya, terima kasih." "Hmm, kau terbang sendiri atau dengan siapa?" tanya pria asing di sampingnya. "Ya, aku sendiri," jawab Kimberley singkat. "Sama! Aku juga pergi ke perancis sendiri," jawab pria itu, "Sepertinya kau tadi melamun, ada masalah?" "Oh, tidak, aku hanya sedikit mengantuk." "Oh oke." Kimberley ramah dengan siapapun tetapi dia tidak ingin bercerita banyak pada orang lai
"Bau sekali!" Bau alkohol sangat menyengat di tubuh Jack! "Ayolah Jack! Jangan menyiksa dirimu seperti ini, ayo makan, kau pasti blm makan." Rico dan Kepala Maid membantu Jack yang mabuk. "Setelah ini kau istirahat ya!" Rico menyuap beberapa gigitan hamburger. "Oke, kalau tidak mau lagi, aku pergi tidur ya." Rico meninggalkan Jack sendiri di kamar, dia tetap tidak berbicara apapun. Dia merasa lemas dan pusing! Hiks! 'Kimberley, kau di mana? jika benar ada orang yang berusaha merebutmu dariku aku akan membunuh orang itu, tetapi jika kau yang bersalah aku yang akan menghukummu dengan tanganku sendiri,' batin Jack bersandar pada sofa. "AH SIAL, TIDAK BERGUNA!" ucap Jack menangis dan marah saat mabuk. Sejak kapan dia menjadi perasa seperti ini? Mungkin sejak hatinya jatuh ke tangan Kimberley. "Kimberley..." lirih Jack--melamun. Jack terus saja meminum wine sampai habis hingga ... tak sadarkan diri dan paginya--terbangun dari mimpi. "Kimberley!" panggil Jac
[PESAN KIMBERLEY] [Kimberley, kau di mana?] [Kau baik-baik saja?] [Cepat jawab aku sayang! Aku akan menjemputmu.] 'Kenapa dia lama membalas pesanku?' batin Jack memeriksa ponsel--panggilan tidak aktif. Tuttt! "Ah sial! nomornya tidak aktif." ucap Jack memegangi kepalanya--meletakan ponsel. Kepalanya pusing! Apa bebannya bertambah? 'Tidak! Kimberley bukan beban, dia duniaku!' batin Jack. Mata Jack terasa kabur, semakin gelap, dan pingsan. Bug! "Jack? kau sudah bangun?" teriak Rico di depan pintu, "Jack?" "Aku masuk ya," tanyanya. "Astaga! Ya tuhan, Jack! bangun!" Jack pingsan! "Tolong ambilkan minyak Bu!" "Astaga! baik Tuan." Rico mengoleskan minyak! "Masih belum sadar, tolong pindahkan ke kasur." Beberapa Penjaga dan Maid membantu. 'Benar sekali, jika cinta membuatmu lemah, ini buktinya,' batin Rico--memandangi Jack. Para penghuni mansion belum pernah melihat seorang Jack yang terkenal dingin menjadi tak berdaya seperti ini. [Hari ketiga
Kimberley mengotak-atik ponsel, hanya ada kata ya atau tidak di kepalanya. Gunakan logikamu! Bukankah keinginanmu ingin kabur dari Jack? Kimberley mengurungkan niatnya, dia meletakan ponsel dan menyalakan televisi. 'Kenapa aku memikirkan Jack, harusnya aku senang bisa bebas darinya, ini rasanya aneh.' batin Kimberley terduduk di sofa. Kimberley gelisah! Sesekali dia membayangkan kenangannya bersama Jack, terutama saat mereka tidur bersama, kejadian itu sangat membekas. "Ah, tidak!" Kimberley memukul kepalanya--tersadar. "Eh, ada apa?" tanya Lili seraya memakai masker wajah. "Aaaaa!" Mereka saling berteriak! "Aaaaaaaa!" "Hey! aku memakai masker." "Astaga! kukira hantu." "Hahaha, Bukan!" Lili terkekeh dan bertanya "Kimberley! kau kenapa lagi?" "Aku hanya pusing, aku harus bagaimana?" "maksudmu? Jack?" "Iya!" "Coba bicara yang jelas." Lili tidak faham--menyimak. "Aku tidak ingin mengabarinya, sementara aku di sini saja ya." "Kenapa berubah pikir
"Sepertinya Imun Tuan Jack menurun, sehingga dia mengalami drop dan pingsan seperti ini." "Lalu bagaimana kondisi selanjutnya?" tanya Rico. Matanya melebar--tak terduga. "Tuan Jack tidak boleh banyak pikiran, yang penting banyak istirahat dan harus jaga makan, di sana sudah saya siapkan obat, itu harus di minum rutin sampai sembuh." "Baik, tapi dia belum siuman Dok?" "Biarkan saja, setelah ini pasti sadar." "Terima kasih Dok." 'Kenapa kau jadi selemah ini tanpanya Jack? kau terlalu jatuh hati padanya?' batin Rico meraih ponsel Jack. "Ah! terkunci, bagaimana bisa aku menghubungi Kimberley? apa yang harus kulakukan?" Rico memijit pelipisnya--mencari ide. "Tolong kalian jaga Jack, jika ada sesuatu cepat panggil aku!" titah Rico pada penjaga. 'Aku harus menemukan data berkas atau paling tidak ponselnya, jadi aku dapat petunjuk.' batin Rico mencari berkas dan ponsel lama Kimberley di kamarnya. "Bagus! ini berkas biodata Kimberley, tapi kenapa ponsel lamanya tidak ada
Dengan lihai jilatan atas ke bawah sembari menghisap membuat birahi Kimberley semakin meningkat hingga Jack mencoba memasukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan milik Kimberley. "Sayang? Kau lihat ini berapa jari?" tanya Jack--mengangkat tangan. "S--satu, mmhh..." "Oke, kalau begitu aku tambah satu lagi." "Agh!" Jari tengah masuk ke dalam lubang itu, bergerak seperti keputusan saat pertama Kimberley memilih berkomitmen dengan pria di hadapannya itu, maju mundur seirama dan semakin cepat, usaha Kimberley mencoba menahan diri untuk melenguh terlalu keras, membuat mata kuning Jack tak cukup melihat istrinya menahan lenguhan dari sensasi jari-jari Jack yang mengerjai milik Kimberley, "Panggil Namaku Sayang! Aku rindu kau memanggil namaku." Bisikan Jack menambah gejolak birahi Kimberley semakin meningkat dan daerah sensitif di sana sudah basah tak karuan. "Ahhh, Jack!" "Bagus! Teruskan sayang..." Semakin tak karuan ingin membenamkan milik Jack ke dalam milik Kimberley. "Kenapa
Kimberley masih diam tak berkata apapun sembari menggelengkan kepala. Jack menarik nafas panjang dan membisik, "Pasti kau sudah menungguku?" ucapnya. Kimberley masih belum bicara, dia hanya mematung setelah mendengar ucapan suaminya, dia pasrah jika Jack menidurinya malam itu. Jack tersenyum kemudian beralih duduk di sofa, "Bisakah aku meniduri malam ini?" tanyanya. "Aku tidak tahu." singkat Kimberley. "Aku tidak tahu? Berarti jawabannya iya." ucap Jack. Kimberley membelalak sembari menoleh ke arah suaminya. "Kita sudah lama tidak melakukan hal itu aku ingin bermain denganmu." ucap Jack. "Sebaiknya kita makan dulu." ucap Kimberley. Ibu hamil itu bangkit keluar kamar menuju ruang makan, di susul Jack di belakangnya, mereka pergi makan malam bersama, di sana Rico dan Rose sudah selesai makan dan akan beristirahat. "Hei kalian baru turun, kalian kenapa?" tanya Rico. Saat Kimberley hendak menjawab, Jack memotong pembicaraan itu. "Kimberley tadi mual, dia ingin muntah, jadi di
Setelah berkali-kali memanggil akhirnya Jack menoleh terkejut dengan keberadaan kru pesawat, Jack memang terlalu fokus dengan istrinya sampai tidak mendengar apapun di sekitar. "Oh, astaga!" "Maaf mengejutkan Bapak Jack, silakan waktunya makan malam Pak." ucap kru pesawat. "Oke, di sini saja." "Baik Pak." Setelah beberapa saat menunggu akhirnya kru datang dengan beberapa makanan, "Silakan Pak, ada yang bisa kami bantu atau mungkin meminta sesuatu?" "Buatkan susu hangat saja." "Baik Pak." Kemudian perlahan Jack membangunkan istrinya. "Sayang, ayo makan sebentar." Jack menepuk pelan pundak Kimberley dan menciumnya, perlahan Kimberley membuka mata, "Kita sudah sampai?" "Belum sayang, ayo makan dulu." Belum lama bicara tiba-tiba Rico datang menyapa mereka, "Hei kalian tidak ada suaranya kalian tidur?" "Iya Kimberley tadi tidur." "Rupanya kalian makan di sini? Baiklah aku makan bersama Rose saja." Kemudian Rico kembali untuk makan bersama Rose, melihat ke arah
"Mama serius, ikutlah pulang bersama suamimu." Masih dalam pelukan Ibu Lucy, "Maafkan aku Ma..." ucapnya. "Tidak masalah, yang penting sering menghubungi Mama ya." Kimberley mengangguk, "Iya Ma." Ibu Lucy menoleh ke arah Jack, "Tolong jaga Kimberley ya, Nak." ucapnya. "Iya Bu Lucy, saya akan selalu menjaga dan merawat putri ibu dengan baik dan juga calon anak di perutnya." ucap Jack--mengelus perut Kimberley. "Tolong jaga Mama ya Bi, kalau terjadi apapun kabari Kimberley." "Iya, siap Non." "Lain waktu Kimberley mengunjungi Mama lebih lama ya." ucap Kimberley. "Iya putriku sayang." "Oh, tunggu sebentar." ucap Bu Lucy--mengambil barang. Ibu Lucy mengambil perhiasan gelang kesayangannya untuk di berikan pada Kimberley. "Ini gelang kesayangan Mama sejak kecil, pakailah." ucap Ibu Lucy--menyerahkan. "Sungguh?" "Iya putriku sayang." "Baik Ma, aku akan menyimpan ini dengan baik." Mereka berempat berpamitan dan pergi meninggalkan kediaman Ibu Lucy. "Hati-hat
Mereka berempat memasuki kediaman Ibu Lucy yang tak lain dia adalah Ibunya Kimberley, duduk di sofa panjang dalam ruang tamu mewah berdesain klasik, sementara asisten rumah tangga sibuk membuatkan teh suguhan dan sarapan untuk mereka. "Bi, buatkan teh hangat ya." titah Bu Lucy. "Baik Bu." Bu Lucy menoleh, "Lalu siapa mereka, Nak?" Saat Kimberley hendak menjawab, ucapannya didahului oleh suaminya. Jack buka suara, "Perkenalkan nama saya Jack William, kemudian ini Rico asisten saya, dan disamping istrinya." ucapnya berjabat tangan. "Rose, dia istri tercintaku!" sahut Rico. Rose berbisik, "Jangan membuatku malu!" Bu Lucy menjabat tangan Jack, "Saya Bu Lucy, Ibunya Kimberley." ucapnya tersenyum. Jack tersenyum, "Saya suaminya Kimberley, saya menikahi putri Ibu sudah beberapa bulan yang lalu, maaf kami tidak memberitahu Ibu Lucy sebelumnya." Sontak jawaban pria itu membuat Ibu Lucy terkejut tak percaya bahwa putrinya sudah menikah. Ibu Lucy langsung menoleh ke arah Kim
Menatap lekat sembari merangkul istrinya, "Tentu saja, aku selalu mencintaimu sama seperti saat pertama menculikmu." "Waktu kau menculikku, kau jatuh cinta padaku?" "Iya, itulah caraku untuk mendapatkan gadis yang sangat cuek ini." "Hahaha, nakal sekali!" Mereka menikmati senja yang semakin lama semakin hilang tetapi menara Eiffel berdiri tegak dengan sorot lampu kelap-kelip yang terlihat sangat indah di malam hari, menambahkan kesan romantis dan sensual bagi pasangan. "Sayang, ayo berfoto." "Iya sayang." Jack mengambil ponsel untuk memotret istrinya dengan view menara Eiffel di malam hari, mereka juga mengambil gambar bersama. "Bagus sayang, ayo kita berdua." Jack meletakkan ponsel di meja, "Ayo aku sudah siap." Mereka segera berdua, terlihat sangat romantis. "Hehehe, bagus sekali sayang." Mereka sangat menikmati kebersamaan itu dan hanyut ke dalam hasrat yang tidak ingin kehilangan satu sama lain. "Mmhh..." mereka berciuman. "Sayang, berjanjilah jangan ti
"Tentu saja sayang." "Hmm, aku tidak sabar sayang..." ucap Jack--mengelus perut istrinya. "Coba kau tebak, ini bayi laki-laki atau perempuan?" tanya Kimberley. "Pasti itu bayi perempuan yang cantiknya sama seperti ibunya." ucap Jack--berbisik. Kimberley tersenyum, "Kalau ini laki-laki pasti dia tampan dan pemberani sepertimu." "Hehehe..." Setelah keduanya rapi, mereka segera keluar dari hotel yqng mana Rico dan Rose telah menunggu mereka di lobi hotel dengan pakaian serba warna putih yang seirama. "Kalian menunggu lama?" tanya Jack. "Lumayan." "Ayo." ucap Jack--menggandeng istrinya. Mereka sengaja tidak menaiki taksi, melainkan hanya berjalan kaki santai di sekitar kota. "Hari ini kita jalan ke mana sayang?" tanya Jack. "Aku tidak mengerti, tanyakan saja pada Rico, dia yang mengajak kita..." Rico buka suara, "Karena cuacanya tidak panas, bagaimana kalau kita mengunjungi menara Eiffel?" "Ide bagus!" Kemudian mereka berempat menuju area di sekitar Menara Ei
Mereka bergegas menuju ke sebuah rumah makan, di sana sebuah restoran modern dengan gaya kolonial. "Kau mau makan apa sayang? Di sini?" ucap Jack--menunjuk sebuah restoran. Kimberley geleng-geleng sembari mengelus perutnya, "Aku tidak mau makanan laut lagi, aku mau makanan cepat saji," geleng-geleng lagi, "Aku tidak mau makan di sana,cari tempat lain." Jack mengangkat kedua alisnya, "Ya Tuhan kupikir kau ingin makan makanan laut lagi, lalu kita makan di mana?." Terkadang Jack juga bingung, semenjak istrinya hamil dia lebih perhatian dengan makanan yang Kimberley makan karena istrinya berubah selera dalam waktu yang singkat, kadang menginginkan makanan yang aneh-aneh dan harus langsung dituruti. Itu adalah kalau wajar bagi orang yang sedang hamil selalu ingin mengidam ini dan itu. "Mau ke McDonald?" tanya Jack. Kimberley menoleh, "Boleh sayang," ucapnya--menggangguk cepat. Akhirnya mereka berbelok masuk dan memesan beberapa makanan cepat saji seperti burger dan lainnya.
"Tentu saja sayang, lusa kita berangkat ya." ucap Jack. "Iya sayang." ucap Kimberley sumringah. Kemudian mereka melanjutkan makan malam dan segera beristirahat. "Kalian bulan madu berapa hari?" tanya Jack. "Dua hari saja cukup." jawab Rico. "Oke persiapkan saja." Setelah makan malam mereka beristirahat dan melakukan aktivitas seperti biasa di hari berikutnya, pagi hari di kantor setelah jam makan siang Rico dan Rose menyiapkan berkas yang akan dibereskan dan diberikan kepada Sekretaris karena mereka akan izin selama lima hari ke Perancis, maka dari itu Sekretaris yang mengantikan Jack dan Asistennya. "Pak tolong ini berkasnya kau tangani semua ya, kau pastikan pekerjaanmu dengan benar selama lima hari kedepan, karena Pak Jack dan istrinya akan pergi ke Perancis dan sekaligus aku juga ikut dengan mereka." "Baik Pak Rico saya mengerti, ngomong-ngomong bagaimana pernikahan Pak Rico dengan ibu Rose? Maaf jika saya lancang Pak." "Semuanya berjalan lancar, dan besok kita akan bulan