Kimberley mengotak-atik ponsel, hanya ada kata ya atau tidak di kepalanya. Gunakan logikamu! Bukankah keinginanmu ingin kabur dari Jack? Kimberley mengurungkan niatnya, dia meletakan ponsel dan menyalakan televisi. 'Kenapa aku memikirkan Jack, harusnya aku senang bisa bebas darinya, ini rasanya aneh.' batin Kimberley terduduk di sofa. Kimberley gelisah! Sesekali dia membayangkan kenangannya bersama Jack, terutama saat mereka tidur bersama, kejadian itu sangat membekas. "Ah, tidak!" Kimberley memukul kepalanya--tersadar. "Eh, ada apa?" tanya Lili seraya memakai masker wajah. "Aaaaa!" Mereka saling berteriak! "Aaaaaaaa!" "Hey! aku memakai masker." "Astaga! kukira hantu." "Hahaha, Bukan!" Lili terkekeh dan bertanya "Kimberley! kau kenapa lagi?" "Aku hanya pusing, aku harus bagaimana?" "maksudmu? Jack?" "Iya!" "Coba bicara yang jelas." Lili tidak faham--menyimak. "Aku tidak ingin mengabarinya, sementara aku di sini saja ya." "Kenapa berubah pikir
"Sepertinya Imun Tuan Jack menurun, sehingga dia mengalami drop dan pingsan seperti ini." "Lalu bagaimana kondisi selanjutnya?" tanya Rico. Matanya melebar--tak terduga. "Tuan Jack tidak boleh banyak pikiran, yang penting banyak istirahat dan harus jaga makan, di sana sudah saya siapkan obat, itu harus di minum rutin sampai sembuh." "Baik, tapi dia belum siuman Dok?" "Biarkan saja, setelah ini pasti sadar." "Terima kasih Dok." 'Kenapa kau jadi selemah ini tanpanya Jack? kau terlalu jatuh hati padanya?' batin Rico meraih ponsel Jack. "Ah! terkunci, bagaimana bisa aku menghubungi Kimberley? apa yang harus kulakukan?" Rico memijit pelipisnya--mencari ide. "Tolong kalian jaga Jack, jika ada sesuatu cepat panggil aku!" titah Rico pada penjaga. 'Aku harus menemukan data berkas atau paling tidak ponselnya, jadi aku dapat petunjuk.' batin Rico mencari berkas dan ponsel lama Kimberley di kamarnya. "Bagus! ini berkas biodata Kimberley, tapi kenapa ponsel lamanya tidak ada
"Apa kau menemukan sesuatu?" "Ya! lihatlah ini, pesan dari sahabatnya, di sini ada beberapa share location, ini share location apartment." Jack menyerahkan ponsel. "Itu apartment sahabatnya?" tanya Rico--memeriksa. "Mungkin saja, Kimberley ada di apartment sahabatnya." Jack berpikir keras! Kini dirinya terlalu bersemangat--mempersiapkan pakaian. "Mau ke mana?" "Besok kita ke perancis!" "Apa? besok? kau kan masih sakit." "Lebih baik sekarang kau siapkan untuk besok, dan bawa salah satu bodyguard yang kemarin." "Kau yakin? Kimberley ada di sana?Rico sepenuhnya tidak yakin. "Semoga saja!" jawab Jack bersemangat. Jack yakin bahwa dia bisa menemukan Kimberley, apapun caranya dia harus membawa gadisnya itu kembali ke mansion. "Jack ayo makan." Ajakan Rico diabaikan. "Aku makan di kamar saja." ucap Jack--memeriksa ponsel lama Kimberley. 'Dasar! pasti dia asik melihat foto Kimberley di ponsel lama.' batin Rico--menuruni tangga "Bu, tolong bawakan makan mala
"Kimberley!" panggil Jack, "Rupanya kau di sini." "Ada apa ini?" Lili buka suara. "Cepat ikut aku pulang!" Jack menarik tangan Kimberley. "Tidak Pak! jangan!" Kimberley berontak, "Tolong aku Lili, ah! lepaskan aku Pak!" "Rico!" Mmmmph! Obat bius memang senjata terbaik. "Siapa kalian? lepaskan Kimberley!" teriak Lili, Lili tidak bisa berbuat apa-apa karena tanganya ditahan oleh bodyguard. Jack membawa Kimberley ke dalam mobil. "Kimberley itu tawananku, dan kau tidak usah ikut campur! ini uang untukmu, ingat! tutup mulutmu!" ungkap Jack penuh penekanan--memberi sejumlah uang. Lili mematung tidak bisa berucap--menelan salivanya. Ternyata pria yang menghadangnya adalah Jack William. Jack segera pergi membawa Kimberley kembali ke Milan. Kini kimberley sudah kembali ke tangan Jack, dia memandangi wajah gadisnya yang tak sadarkan diri. Itu terlihat cantik! Membelai lembut pipi Kimberley, lalu menciumnya. Kerinduan ini terbayarkan, dia mendekap Kimberley selama p
Setibanya di apartment Lili merasa cemas memikirkan Kimberley, dia takut terjadi sesuatu pada sahabatnya, malam itu Lili berniat menanyakan kabar, berharap ada jawaban. "Benar dugaanku pria itu menjemput Kimberley ke sini, apa kimberley akan dihukum? kasian sekali." ucap Lili mencari ponselnya. 'Bagaimana keadaan Kimberley? sebaiknya aku kirim pesan saja, semoga ada jawaban,' batin Lili Menatap layar ponsel. [PESAN KIMBERLEY] [Kimberley, apa kau baik-baik saja? bagaimana keadaanmu? maaf aku tidak bisa membantumu semoga kau baik-baik saja.] [Sering mengabariku ya!] Pesan itu sudah terkirim, Lili merasa sedikit lega meskipun belum ada balasan, diraihnya uang yang diberikan pria tadi.Pria tadi benar-benar seperti penjahat! 'Banyak sekali uang ini, lumayan juga, mereka tak sejahat itu, aku yakin Kimberley pasti baik-baik saja bersama pria itu, kalau terjadi sesuatu aku yang akan turun tangan, tidak peduli menghadapi pria-pria seram itu.' batin Lili--menghitung sejumlah uang
"Tuan..." "Kenapa kembali lagi?" Jack heran. "Nyonya tidak mau makan, katanya Nyonya tidak lapar." ungkap Maid. 'Keras kepala juga gadis itu.' batin Jack. "Ya sudah, biarkan saja." Jack mengganti kode dan segera mengunci Black Room, kemudian kembali ke kamar. Meraih Ipad, dilihatnya siaran cctv Black Room. Dia melihat Kimberley yang meneriaki namanya berkali-kali kemudian menangis. 'Aku berhak mendapatkan air mata itu, Kimberley.' batin Jack merasa sedih. Gadis itu seperti ketakutan! Jack berusaha membuang rasa kasiannya. Kimberley memang harus dihukum! Kini ego menguasai diri seorang Jack William. Sedangkan Rico tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa berharap tidak terjadi sesuatu pada Kimberley, dia memilih menyelesaikan tugas di kantor, tak sengaja dia bertemu Rose di pintu masuk. "Pagi Rose!" Rico tersenyum lebar. "Oh, pagi juga Tuan." membalas senyuman. "Kita bisa datang bersamaan ya, mungkin kita jodoh." ucapan Rico terdengar samar. "Apa?" Rose
"Ini enak sekali, demi tuhan ini enak!" Rico mencicipi makanan. "Apa ada yang kurang?" tanya Rose--menutup telinga. "Tidak ada, rasanya sudah pas, ini enak sekali Rose." "Terima kasih Tuan." Rose tersenyum. "Ayolah, kau juga makan sini." "Iyaa! aku ambilkan minum dulu ya!" Rico menghabiskan makanan sampai habis dua piring seperti orang yang kelaparan. "Aku senang melihat orang makan seperti ini." "Hehehe maaf, ini rasanya enak sekali." "Tidak apa, daripada makanannya terbuang karena aku makan hanya sedikit, Biasanya aku masak tidak banyak karena kau di sini aku masak double porsi dan ternyata kau banyak makan." "Karena Makanan ini enak dan melihat wanita cantik di sini, jadi selera makanku bertambah." "Ada-ada saja, Tuan." "Oh ya, setelah ini aku pulang." "Iya, terima kasih Tuan, baju tadi akan aku gunakan menghadiri acara saat bersamamu saja." "Boleh juga." "Sekali lagi terima kasih ya." "Iya! anggap saja tanda pertemanan kita." "Iya!" "Kalau b
"Aku harus menunjukkanmu ini, lihatlah belati ini sangat tajam, kau ingin mencobanya? oh, maksudku kau ingin menyentuhnya? jangan, nanti tanganmu terluka." Kimberley tertegun, menelan salivanya berkali-kali. "Atau kita coba saja, apa ini masih tajam?" Jack mendekatkan belati. "Pak! maafkan aku, tolong jangan lakukan itu, aku masih ingin hidup!" ucap Kimberley memohon. Jack menghampiri, menarik baju Kimberly dan merobek ujung kain itu dengan belati. "Siapa yang ingin membunuhmu? aku hanya ingin mencoba belati ini ternyata masih tajam, bisa aku gunakan untuk menusuk orang." "Siapa?" "Mungkin pria yang berani mendekatimu dan menyentuhmu." Jack berbisik. Memeriksa belati, pria itu tertawa puas. "Hahaha! Kimberley oh Kimberley, kau selalu saja berpikiran buruk padaku." Kimberley menelan salivanya berkali-kali. "Kau kejam!" "Ya! memang aku kejam!" ucap Jack terkesan arogan. Kimberley beralih menatap Jack. "Jangan menatapku seperti itu kau bisa membuatku nafsu."