Baik Anggie maupun Gibran, sepasang suami dan istri yang sakit bersamaan itu kini perlahan membaik. Hal itu bukan tidak lain pengaruh dari kehadiran calon sang buah hati. Kehadiran bukan hanya membawa kebahagian bagi seluruh keluarga, tapi juga kesembuhan bagi ibu dan ayahnya.
Meski demikian di sisi Anggie, wanita itu belum sepenuhnya sembuh dan tidak jarang kambuh ataupun kumat berreaksi berlebihan sambil meneriakkan kata-kata kalau dirinya bukan pembunuh. Tak jarang ia juga suka menceritakan pengalamannya menyayat kulit para pria tampan, tapi hidung belang suruhan Diana yang hendak melecehkan dirinya.
Sebagai solusinya seperti yang telah diketahui sebelumnya, jika keadaan sang buah hati yang belum lahir adalah obatnya, maka ibu mertua dan semua anggota keluarga langsung mengungkit kehamilannya untuk membuatnya tenang dan juga melupakan kejadian yang mengakibatkan dirinya trauma.
Keadaan perlahan pulih dan kondisi keluarg
Gadis bertubuh mungil terus melangkah mundur dengan perlahan. Berusaha menjauh dari bahaya yang kini telah mengakibatkan raut wajahnya kentara memperlihatkan ketakutan mendalam. Kepalanya mengeleng, jari tangannya saling meremas dan detak jantungnya terasa berdebar lebih cepat dari biasanya.Dia harus kabur secepatnya mungkin, sebelum kehancuran menimpanya. Akan tetapi bagaimana mau kabur di pergerakannya saja tidak bebas dan terus diamati oleh Pria berseragam dokter yang menatapnya dengan seringai mesum. Ditambah keadaan pintu sudah terkunci rapat membuat harapannya musnah seketika."Kau tidak bisa kemana-mana lagi gadis kecil.." Seolah dapat membaca pikirannya Pria dihadapannya menyeringai nakal menatap penuh gairah pada tubuh menggiurkan dihadapannya."Ti tii tiiidddaaakkk..!!" Gadis mungil sudah tak bisa berbuat apapun lagi. Berharap selamat pun sudah tak mungkin lagi. Mengingat di mana ia berada adalah di dalam sebuah gu
"Gigi mau sama Abang Gibgib. Gigi gak mau pisah hiks.. hiks.." Seorang gadis kecil merengek memeluk laki-laki remaja enggan berpisah."Mama Gigi mau tetap disini, Gigi enggak mau pindah. Gigi mau disini." Mohonnya mengeratkan pelukannya pada laki-laki yang dipangginya Abang Gibgib."Jangan begitu dong sayang, lepasin Abang Gibgibnya ya.." Bujuk Mamanya. "Kita harus pindah, kalau tidak siapa yang akan menemani Papa nanti di tempat kerja barunya. Nanti kalau Anggie libur kita kemari ya..""Bohong!!" Anggie geleng kepala."Tidak sayang," Giliran Mamanya laki-laki yang dipanggil Abang Gibgib membujuknya."Kalau Anggie sudah dewasa nanti kalian menikah dan bersama selamanya sampai Anggie puas.""Tapi Abang Gibgib bukan dokter. Gigi kan cuma mau nikah sama dokter soalnya kata Papa dokter itu pahlawan pemberani dan Gigi suka Pah
Pada akhirnya makan adalah cara terbaik untuk menghilangkan stres. Aroma mie ayam yang mengiurkan, setiap daging sate yang terasa nikmat dalam kunyahan serta jus apel yang menyegarkan. Terlebih semua itu telah masuk ke dalam perut Anggie dan Kayla sahabatnya berhasil menciptakan kekenyangan dan menghasilkan suara sendawa yang melegakan.Tapi setelah makan Anggie tersadar bahwa uangnya hampir habis. Bagaimana dia lupa tadi pagi Mamanya tidak memberi uang kerena aksi ngambeknya yang pergi begitu saja.Walaupun Anggie masih punya uang tapi itu cuma selembar warna biru dan selembar warna ungu. Uang tersebut pun telah habis mengisi perutnya dan sayangnya dia lupa belum mengisi bensin motor matic miliknya.Apakah benar ini hari sialnya, kalo iya. Anggie bakal menandainya di kalender supaya ia akan bertindak hati-hati ditanggal yang sama nanti."Loh kok berhenti Anggie?" Tanya Kayla heran pada Anggie yang ti
Gibran Malik Abinaya, salah seorang Dokter bedah yang persis seperti selebriti dan punya banyak penggemar. Tidak mengherankan mengingat perawakannya yang cukup memikat kaum hawa.Tubuhnya tinggi tegap, dengan dada bidang dan rahang yang kokoh disertai wajah tampan miliknya yang dikagumi kaum hawa. Lagi ia cukup mapan diusianya yang masih terbilang muda, yakni 28 tahun.Sorot mata yang tajam menyertai kepribadian sang dokter membuatnya terlihat galak dan tidak ramah. Meski begitu tetap saja membuat para kaum hawa ingin menaklukkan dirinya untuk dijadikan kekasih. Tapi satupun dari kaum hawa yang menggodanya tidak ada yang ia respon.Gibran bukannya tidak tertarik dengan prempuan. Bukan, ia bukan gay ia masih cukup normal untuk menyukai lawan jenisnya. Hanya saja Gibran bukan Pria berengsek atau setipe dengan playboy, karena ia hanya menyukai satu gadis. Gadis kecil pecinta warna merah yang membuatnya memilih
"Ini bukan jalan pulang kearah rumahku. Jangan bercanda, apa kamu mau menculikku?"Gibran melirik Anggie dengan seringai aneh dan menakutkan miliknya sambil tersenyum. Pria itu menhentikan mobilnya keluar menyeret Anggie paksa."Tidak, jangan kumohon.. tidak ada gunanya menculikku yang miskin dan kau tidak akan mendapatkan apapun sebagai tebusan."Gibran tidak menghiraukan ucapan Anggie, "kamu ingin berjalan sendiri atau kugendong?" "Aku mau pulang." Anggie berbalik hendak kabur namun Gibran mencekal pergelangan tangannya.
Anggie💋PPPPMasa Allah woy, Kayla sobatku, kawanku, sahabatku yang cantik tapi masih cantikan aku, balesin chatinganku napa!Anggie menuliskan pesan WhatsApp sambil sebelah tangannya memijit kepalanya untuk menghilangkan rasa ngilu yang masih sesekali menerpa betisnya. Bisa ya, sakit di betis dipijitnya kepala sakitnya bisa berkurang? Jawabannya cuma Anggie yang tahu."Kau masih hidup gak sih Key!!" Dumel Anggie merutuki ponselnya. Padahal teleponnya pada Kayla belum tersambung
"Pak, ini sudah saya revisi kembali." Ucap Anggie setelah dengan sopan dia masuk keruangan dosennya untuk bimbingan."Kakimu kenapa Nggie?" Tanya Pak Dirga dosen berumur setengah abat. Laki-laki paruh baya itu memang tak sungkan memberi perhatian lebih pada mahasiswanya yang bernama Anggie. Semua orang dari kalangan kampus tahu itu bukan karena genit. Sebab Pak Dirga bukanlah dosen mesum tapi terhormat, dia bahkan sangat menjunjung tinggi kehormatan perempuan. Pria itu bersikap sopan dan tidak pernah macam-macam."Kemaren jatuh dari motor Pak." Jawab Anggie sopan dan diangguki mengerti oleh Pak Dirga.Detik berikutnya Pak Dirga pun mengecek skripsi Anggie. Wajahnya datar sesekali mengerut membuat Anggie waspada, takut disemprot dan diceramahi panjang lagi. Sebenarnya sang dosen tidaklah begitu kiler namun terkadang dia bisa berubah jadi menakutkan."Analisis yang kamu gunakan sudah bagu," Puji Pak Dirga sejena
"Sehabis ini kamu masih ada kegiatan nggak? Kita pulang ber--"Anggie memutar bola matanya seraya menghentikan makannya dan menatap Gibran tak suka."Aku harus menemani Kayla menemui dosen pembimbingnya," jelas Anggie memotong kalimat Gibran yang belum selesai dan menyebabkan Kayla jadi sasaran sinis Gibran."Temanmu sudah dewasa dan bisa menemui dosen pembimbingnya sendiri, jadi kenapa kamu harus repot menemaninya?!" Tanya Gibran dengan nada tak suka sambil beberapa kali melirik Kayla dengan tajamnya."Sebab Kayla telah menemaniku meskipun aku sudah dewasa dan bisa sendiri," balas Anggie tak mau mengalah. "Pulanglah lebih dulu, kamu juga sudah dewasa memangnya pulang harus bersamaku? Lagipula rumah kita tidak searaah," lanjutnya."Ch, tidak iklas sekali temanmu menemanimu minta balas budi!" Ucap Gibran dengan pedas."Dia tidak minta, aku yang berinisiatif, jad--"
Baik Anggie maupun Gibran, sepasang suami dan istri yang sakit bersamaan itu kini perlahan membaik. Hal itu bukan tidak lain pengaruh dari kehadiran calon sang buah hati. Kehadiran bukan hanya membawa kebahagian bagi seluruh keluarga, tapi juga kesembuhan bagi ibu dan ayahnya.Meski demikian di sisi Anggie, wanita itu belum sepenuhnya sembuh dan tidak jarang kambuh ataupun kumat berreaksi berlebihan sambil meneriakkan kata-kata kalau dirinya bukan pembunuh. Tak jarang ia juga suka menceritakan pengalamannya menyayat kulit para pria tampan, tapi hidung belang suruhan Diana yang hendak melecehkan dirinya.Sebagai solusinya seperti yang telah diketahui sebelumnya, jika keadaan sang buah hati yang belum lahir adalah obatnya, maka ibu mertua dan semua anggota keluarga langsung mengungkit kehamilannya untuk membuatnya tenang dan juga melupakan kejadian yang mengakibatkan dirinya trauma.Keadaan perlahan pulih dan kondisi keluarg
Anggie dengan nafas tersenggal dan ngos-ngosan membuka pintu dengan tubuh yang luar biasa gemetar juga teramat letih dan pucat. Wajahnya memerah kontraks menutupi kulit mulusnya yang seputih susu dan selembut sutera itu.Keringat membanjirinya, hampir sekujur tubuhnya basah dengan beberapa bagian yang bercorak merah yang terjadi akibat cairan merah anyir yang keluar dari kulitnya yang kelupas. Mengalir keluar lewat sudut bibirnya dan juga bagian pelipisnya yang belum mengering menyempurnakan tampilannya sehingga terlihat kacau berantakan.Wanita itu diam membeku berjalan masuk tanpa memperdulikan seseorang yang kaget melihat komdisinya.Gibran yang sebelumnya berada di ruang depan menunggu Anggie yang tiba-tiba saja menghilang, berniat untuk mengomel. Akan tetapi hal itu tidak terjadi dan Gibran dengan seketika malah tercengang seketika menjadi cemas bercampur marah. Cemas melihat kondisi Anggie dan marah pada orang yang m
Kejadian ketika Diana memarahi dan menindas Anggie di depan umum berhasil menciptakan kesan buruk tentangnya dihadapan Gibran. Diana menjadi geram karenanya dan bertambah benci pada sosok yang bernama Anggie. "Aaarrggh!!" Diana mengamuk melembari semua barang dalam ruangannya yang bisa dijangkau tangannya. "Biadap, dasar bocah tengik. Beraninya kamu mempermainkanku, membuatku dibenci oleh Mas Gibran!! Berengsek ... Aaarrggh!" "Awas kau bocah, jika sampai aku mendapatkanmu, kali ini aku tidak hanya akan memberi makan peliharanku dengan tubuhmu, tapi juga akan jual dirimu!!" Gerutu marah Diana tidak tahan dengan perasaannya yang memanas seolah membakar dirinya sendiri dalam kemarahannya. "Hari ini kau boleh menikmati kemenanganmu itu, tapi lain kali jangan harap. Sial! Sial!! Aaarrggh, Rocky, kemarilah ... aku membutuhkan dirimu untuk mendinginkan amarahku!!" Jerit Diana keras. **** Sementara itu di sisi
Setelah berbicara dengan ibu mertuanya lewat telepon perasaan Anggie menjadi sedikit lebih tenang dan melunak. Meskipun masih kesal mengingat bagaimana Gibran dan Diana berpelukan mesra yang membuatnya terluka dan juga kecewa. Namun sedikit demi-sedikit Anggie sudah menerima dan memahaminya.‘Itulah mengapa Mama memintamu pergi ke rumah sakit dan lebih memperhatikan Gibran. Agar wanita iblis itu tidak mempunyai kesempatan mendekatinya, Anggie. Mama tahu kamu kecewa dan merasa diduakan, tapi ketahuilah hubungan apapun yang berhasil diikatkan wanita iblis itu kepada suamimu bukanlah ikatan yang sekuat ikatan hatimu dan Gibran suamimu.’Kata-kata ibu mertuanya terus membayang
Anggie berlari dari Gibran ketika ia berhasil lepas dari pelukan suaminya dan dibelakangnya ada Gibran yang menyusul sambil terus meneriakkan namanya.Melihat hal itu, para perawat dan juga dokter perempuan kepo dan tanpa segaja menyaksikannya drama tersebut, tak tahan untuk tidak berbisik-bisik menggosipi Gibran dan Anggie. Mengakibatkan Diana yang masih di sana menjadi panas dan mendidih."Wanita yang Dikter Gibran kejar itu istrinya?""Kalau dilihat dari kemiripan foto pernikahan Dokter Gibran yang diunggahnya di akun media sosial, wanita itu memanglah mirip dengan istrinya.""Lebih cantik aslinya yah?""Hm, iya. Media sosial memanglah penipu, tapi kali ini tipuannya beda. Jika biasanya membuat oramg cantik sekarang malah berbalik. Kelihatan di foto istrinya dokter Gibran kecantikannya biasa saja. Eh, pas ketemu aslinya, cantiknya kelewatan.""Hm, kamu benar. Wanita yang hamp
Perasaan Anggie bergitu membuncah gelisah sekaligus berdebar senang dan bahagia bercampur aduk sama ratanya. Pernyataan cinta dari Gibran benar-benar tidak Anggie disangka dan Anggie sedikit kaget mendengarnya.Tadinya ia hanya ingin mendebat Gibran seperti kebiasaannya, mencari masalah dan menangis untuk membuatnya merasa lega dari perasaan yang menghimpit keras dadanya hingga membuatnya merasa sesak.Namun apa yang Gibran lakukan benar-benar membuatnya berdebar kencang dan membuat jantungnya berdetak tidak beraturan.Meskipun demikian ia masih terganggu dengan perasaan lain yang masih terselip mengganjal dalam hatinya. Ada wanita lain yang menjadi nomor dua dalam hati Gibran setelah dirinya dan hal itu ditolak mentah-mentah enggan mau berbagi dalam hatinya. Namun boleh dikatakan apa yang sudah Gibran ungkapkan membuat merasa lebih baik dan sedikit merasa lebih baik.Hari ini karena senang dengan ungkapan cin
Anggie terkejut sekaligus menjadi syok. Hatinya terluka mengetahui ada wanita yang diperhatikan Gibran selain dirinya. Setelah mendengarkan penjelasan dari Mertuanya mengenai siapa wanita yang bernama Dinda yang dicurigai merupakan pelaku utama dibalik penculikan yang terjadi kepadanya.Seketika rasa tidak terima menghimpit menyemangati dirinya agar berteriak keras. ingin rasanya marah, mengamuk sekaligus menangis. Namun yang Anggie lakukan hanyalah diam dan termenung sampai beberapa saat berlalu. Beberapa jam dari setelah selesainya ibu mertuanya membantunya mengompres sekitar matanya yang menghitam bengkak.'Haruskah aku menangis lagi setelah semalam aku sudah puas menangis terus. Aku bahkan merasa bahwa mataku yang bengkak belum sepenuhnya sembuh, tapi yang benar saja aku harus menangis,' Anggie berusaha menguatkan hatinya yang cengeng dan juga rapuh. 'Diana wanita jahat itu hanya nomor dua di hati Mas Gib-gib, tapi kenapa rasa
'Ughhh, Mas Gib-gib ini apa-apaan sih? Mengapa mematapku sampai segitunya dan bukannya kasih pelukan kek biar aku berhenti menangis. Aaarrggh, bahkan mataku sudah capek mengeluarkan air mata, tapi dia tenang-tenang saja, huhh ... dasar menyebalkan!!'Gibran terus mengamati istrinya dengan lamat-lamat dan dengan detail mempehatikan lekuk tubuhnya.'Wajahnya agak bercahaya, kulitnya agak memucat, bentuk dadanya lebih bulat dari biasanya dan yang terpenting bagian perutnya agak kelihatan membuncit. Sepertinya dugaanku tidak salah lagi! Anggie memang sudah mengandung anakku. Besok aku harus mengajaknya periksa dan aku harus lebih mewaspadai pergerakannya juga memperhatikannya, jangan sampai anak kami dalam bahaya apalagi jangan sampai kejadian penculikan tadi terjadi lagi. Bagian terpenting lainnya aku juga harus segera mengetahui siapa dalang dibalik penculikan ini dan memberikan orang itu pelajaran. Ah, s
Anggie masih saja menangis meski urusan mereka telah selesai baik sebagai saksi dan memberikan keterangan pada polisi atas kejadian yang barusan terjadi. Bahkan ketika sudah sampai di rumah mereka yang sudah ditunggu oleh kedua keluarga besar mereka yang haraf mencemaskan Anggie, setelah mengetahui kejadian penculikan yang menimpa Anggie. Istrinya Gibran itu masih betah dengan isakan piku yang disertai lelehan air mata yang menyelimuti daerah pipinya.Melihat hal itu para orang tua memaklumi apa yang dilakukan oleh Anggie, mereka pikir mungkin Anggie masih syok dan ketakutan.Berbeda dengan Gibran. Rasa-rasanya dia tidak mempercayai kalau Anggie mengalami trauma setelah penculikannya kali ini. Gibran ingat istrinya itu memang takut, tapi raut wajahnya yang dipikirkan Gibran tidaklah mencerminkan apa yang dikatakan orang-orang. Tapi apa yang membuat Anggie demikian jika bukan karena syok akibat penculikan yang dialaminya, Gibran pun kurang me