Share

Bab 7

Author: Saiyaarasaiyaara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sehabis ini kamu masih ada kegiatan nggak? Kita pulang ber--"

Anggie memutar bola matanya seraya menghentikan makannya dan menatap Gibran tak suka.

"Aku harus menemani Kayla menemui dosen pembimbingnya," jelas Anggie memotong kalimat Gibran yang belum selesai dan menyebabkan Kayla jadi sasaran sinis Gibran.

"Temanmu sudah dewasa dan bisa menemui dosen pembimbingnya sendiri, jadi kenapa kamu harus repot menemaninya?!" Tanya Gibran dengan nada tak suka sambil beberapa kali melirik Kayla dengan tajamnya.

"Sebab Kayla telah menemaniku meskipun aku sudah dewasa dan bisa sendiri," balas Anggie tak mau mengalah. "Pulanglah lebih dulu, kamu juga sudah dewasa memangnya pulang harus bersamaku? Lagipula rumah kita tidak searaah," lanjutnya.

"Ch, tidak iklas sekali temanmu menemanimu minta balas budi!" Ucap Gibran dengan pedas.

"Dia tidak minta, aku yang berinisiatif, jad--"

"Nggie kamu pulang saja dengan Pak Dokter. Aku bimbingannya besok saja." Kayla mengalah dan memotong ucapan Anggie. Dia sudah tak tahan dengan ucapan pedas serta tatapan tajam mengintimidasi dari Gibran.

"Nah, kamu sudah mendengarnya, Anggie? Temanmu bilang dia bimbingannya besok saja. Jadi kamu harus pulang bersamaku dan jangan beralasan tidak searah sebab mulai hari ini kamu akan tinggal denganku," beritahu Gibran dengan seenaknya memaksa dan membuat Anggie kaget serta tak bernafsu menghabiskan makanannya padahal masih terlihat banyak. Tentu saja sejak makan Gibran m terus saja mengajaknya berdebat sehingga dia tak begitu fokus makan dan sekarang apa lagi?

'Tinggal bersama!'

"Apa!!" Kaget Anggie.

"Uhukkk ... ukhukkk!!" Kayla tersedak tak kalah kaget lantas mengambil minumannya. Lantas dia kembali memakan makanannya kejadian tersebut dan memilih mengabaikannya biarlah dia jadi saksi bisu saja.

"Mana boleh begitu. Dalam agama jelas dijelaskan kalau laki-laki dan prempuan yang belum menikah dilarang tinggal bersama," tolak Anggie dengan halus.

"Oh, yaa?" Tanya Gibran dengan nada tak perduli. "Kalau itu benar lalu kenapa bisa diluaran sana banyak pasangan tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan?" Tanya Gibran sambil menyunggingkan senyum devil-nya.

"Aku tidak tahu dan tidak mau tahu, itu urusan mereka bukan urusanku!"

"Kalau begitu Aku pun tidak mau tahu. Kamu harus tinggal bersamaku mulai hari ini!!" Sarkas Gibran tak mau mengalah.

Sebenarnya dia tahu dan mengerti sekali ucapan Anggie tersebut. Tetapi, mau bagaimana lagi, dia ingin mendapatkan Anggie, tapi gadis itu selalu menghindarinya dan beginilah akhirnya, Gibran menghalalkan segala cara.

♡♡♡

"Aku tidak mau tinggal bersamamu, pulangkan Aku atau Papaku akan menghajarmu!" Protes Anggie terus-terusan semejak mereka selesai mengantarkan Kayla pulang. Tentu saja Gibran tidak sejahat itu membiarkan teman kekasihnya terlontang-lanting sendirian dijalan.

"Motor matic milikku masih dikampus bagaimana nasibnya?"

"Oh, yaa ... maksudmu yang itu?" Sarkas Gibran menunjuk motor metic yang ternyata milik Anggie terparkir depan disebuah rumah bersamaan dengan ketika Gibran menghentikan laju mobilnya.

Anggie tercengang tak percaya, bagaimana motor maticnya secara ajaib sudah barada disana tak jauh dari tempatnya sekarang, sedangkan seingatnya motor maticnya diparkirkan diparkiran kampus dan kuncinya masih berada disakunya.

Gibran keluar dari mobilnya dan dengan manisnya membukakan pintu untuk Anggie dan menggandeng tangannya keluar.

"Apa-apaan ini?! Lepas jangan pegang-pengan bukan muhrim dan tidak boleh, dosa ..."

"Yasudah, kita nikah secepatnya saja biar boleh dan gak dosa," jawab Gibran datar dan makin mengeratkan genggaman tangannya.

"Aduh lepasin dan ini juga, kita berada dimana? kenapa kemari bukannya ke apartemenmu bukankah katamu kita tinggal bersama dan juga kenapa motor maticku bisa disana??"

Gibran tak menjawab dengan wajah datarnya dia terus menyeret Anggie masuk kerumah dan disambut oleh seseorang yang membuat Anggie makin keheranan.

"Ma, calon mantu kita sudah datang!" Teriaknya memanggil istrinya. "Lama banget kamu Gibran, perasaan Anggie keluar dari ruangan Papa tadi masih pagi. Papa bahkan sudah mengisi mata kuliah dua SKS dan hari sudah siang sekali kenapa kamu lama sekalu ngejemput Anggienya sehingga baru sekarang sampai rumahnya?"

Anggie masih bingung dan tercengang tak mengerti. Keadaan makin memusingkannya.

"Pak Dirga, kenapa berada disini?" Tanya Anggie menyela sebelum Gibran menjawab Papanya itu.

"Jelas ada disinilah kan jadwal ngajar dan bimbingan mahasiswa Papa hari ini nggak ada lagi," jawab Dirga menyebut dirinya dengan sebutan 'Papa' seenaknya kepada Anggie. "Dan Gibran Papa gak yakin kamu lama sampai rumah karena mencari Anggie dan sulit menemukannya dikampus."

"Memang bukan, kita berdua lama karena menatunya Papa kelaparan, jadi makan dulu baru pulang."

"Oh, yasudah," paham Dirga. "Hm, Anggie mulai sekarang sampai kalian menikah kamu akan tinggal disini kamu gak boleh nolak karena papamu juga sudah menyetujuinya," jelas Dirga Papanya Gibran dengan tegas.

"Apa!!"

Anggie kembali kaget. Astaga hari penuh kekagetankah untuknya. Apa juga yang terjadi pada takdirnya kenapa begitu semena-mena kepadanya.

Sebelum protes melayangkan protesannya, Dirga kembali bersuara.

"Gibran bawa menantuku kekamarnya istirahat sejenak, dia pasti sudah lelah sekali memikirkan reviasiannya. Dan setelahnya kamu ajaklah dia keliling agar tak kebosanan," Ucap Dirga dan diangguki Gibran.

"Ayo ke kamarmu atau kamu maunya kekamarku saja ..." goda Gibran sambil menyeret kembali Anggie dengan paksa.

○○○

Selepas kepergian Gibran dari kamar yang dimaksudkan akan ditempatinya dengan dipaksa untuk waktu mendatang, Anggie langsung saja memutar knopnya untuk mengunci pintu lalu merogoh ponselnya yang berada didalam tasnya.

Gadis itu secara naluri menghubungi papanya Ardi untuk menanyakan kejadian yang menciptakan kebingungan dalam kepalanya.

Kenapa dia mulai sekarang harus tinggal dengan keluarga Gibran?

Kenapa juga dia harus menikah dengan Gibran mewujudkan impian Pak dosennya Dirga??

Anehnya lagi, kenapa dia juga tak banyak membrontak dan protes tadi ...

Anggie menggeleng, semua itu harus ditanyakannya kepada papanya. Dia pun mencari nomor kontak Papanya lalu mengklik panggilan.

Beberapa kali tak kunjung tersambung hanya ada bunyi tttuuut ... yang dilanjutkan oleh suara operator yang mengatakan, "maaf nomer yang anda tuju sedang sibuk, silahkan coba kembali beberapa saat lagi."

"Bangke!!" Umpat Anggie kesalnya mendengarnya.

Walau begitu dia tak menyerah terus menelepon sampai panggilan ke tuju, "maaf nomer yang anda tuju sedang tidak bisa menerima panggilan, cobalah beberapa saat lagi."

Seketika Anggie melotot. Dia mengerti maksud ucapan operator tersebut. Itu pasti karena papanya Ardi sengaja mengatur ponsel ponselnya dengan mode sibuk supaya tidak menerima telepon darinya atau mungkin memblokir nomor telepon Anggie.

Dan benar saja, ketika Anggie mengecek WhatApp-nya tidak ada gambar profil pengguna disana dan saat Anggie mengirim pesan hanya tercentang satu, berarti benar dia memang telah diblokir oleh papanya sendiri.

"Hhhuuuuaaaa, papa teganya kamu!" Rutuk Anggie sedikit berteriak tak terima sambil meremas sprei tempat tidur dengan kerasnya dan meluapkan emosinya kesana.

"Apa-apaan semua ini? tiba-tiba banyak hal yang menyiksaku dan banyak sekali keambiguannya.. semuanya takku mengerti dan papa jahatnya serta tega mengacuhkan bahkan memblok panggilanku. Huaaa .. hiks-hiks!" Gerutu Anggie kini terisak menangis pilu dengan hebohnya.

Dia bertingkah seolah-seolah dia seperti orang yang tertindas banyak hal dan jadi pihak tak berdaya serta tersakiti. Ya, walaupun memang nyatanya demikian, tapi tindakannya tidaklah sebanding dengan kelakuannya yang berlebihan.

"Hiks-hikss ... kenapa nasibku jadi begini? Penuh tanda tanya dan jawabannya seakan enggan menghampiri. Papa kenapa kejamnya dirimu... apakah kamu tak sayang lagi padaku dan apakah aku anak tiri, anak angkat atau mungkin anak pungut? Hhuuuuuuaaa ..."

Gadis itu terus menggerutu, menjerit serta dengan hebohnya menangis bahkan sampai mengeluarkan air mata. Untungnya kamar yang ditempatinya kedap suara jadi dari luar tak akan ada yang mendengar kegilaannya. Atau kalau tidak penghuni rumah pasti penuh tanda tanya dan mungkin akan menganggapnya gila.

Anggie dengan inisiatif pun beralih menelepon mamanya. Begitu tersambung aduannya langsung meluncur.

"Hhuuuaaa ... Mama, kenapa hidup Anggie begini?!"

"Ada apa sih, Nngie? Teleponmu menggangu Mama saja! Dan kenapa kamu menangis serta cengeng sekali tidak seperti biasanya?" Kesal Mamanya disertai keheranan diseberang telepon sana seteleh berdecih.

"Aku nggak cengeng Mama!" Protes Anggie.

"Kalo gak cengeng mengapa telepon begitu tersambung langsung nangis bukannya bilang 'hallo, Anggie yang cantik manis membutuhkanmu' bukannya gitu biasanya?" Celetuk Mamanya adanya.

Anggie terperanjat dan terdiam sejenak, ucapan Mamanya ada benarnya juga. Tetapi, memangnya kenapa?

Bukan itu yang ingin Anggie bahas melainkan tentang permasalahannya hari ini.

"Iihhh Mama, aku lagi serius.."

"Apa! serius .."

"Iya, Ma."

"Yasudah."

Sontak Anggie mendengus kecewa mendengar hanya kalimat 'yasudah' yang keluar dari Mamanya.

"Yasudah, doang?" Tanya Anggie.

Mamanya kembali mendengus, "terus kamu maunya gimana Anggie? Dasar anak tidak jelas!" Umpat Mamanya spontan sangging kesalnya membuat Anggie berpikiran buruk dan menangis teringat akan satu hal.

"Mama jadi benar aku bukan anakmu dan aku ini anak tak jelas, hhhuuuuaaaa ... kenapa banyak sekali kenyataan pahit hari ini?" isak Anggie berlebihan makin heboh saja.

"Kayaknya kamu lupa minum obat, ckck! Sudahlah, Mama mau pergi. Bye ..." Mamanya makin kesal dan memutuskan penggilan sebelah pihak. Benar-benar anak tertuanya itu mengurasa emosi saja.

Hal itu membuat Anggie jadi diam tak menangis dan cemberut. Yang benar saja menelepon mamanya tak membuahkan apapun.

"Bagaimana ini, sekarang masalahku bertambah lagi? Huaa, belum juga sehari ..."

♡♡♡

Setelah merasa lebih tenang Anggie keluar kamar mencari Gibran untuk menanyakan kebingungannya. Yang jawabannya tak didapatkan dari Mamanya yang bahkan justru makin menambah kebingungan baginya.

"Anggie," Panggil seseorang membuatnya menoleh.

"Aduh, ternyata kamu benaran sudah tumbuh dewasa dan cantik sekali," ungkap wanita paruh baya memuji Anggie. "Kamu masih ingat tente tidak?"

Anggie menggeleng, "maaf Aunty, aku tak ingat," jawabnya dengan jujur.

Wanita didepannya mungkin adalah isteri dosennya pak Dirga atau mamanya Gibran. Tetapi, siapa dia baginya, Anggie hanya merasa seakan tak asing dengan wajahnya, tapi dia tak ingat kalau mereka pernah bertemu.

Wanita paruh baya itu terkekeh, "wah ternyata benar kata Mas Dirga, Ommu, bahwa kamu benar-benar sudah melupakan kami. Hm, tapi sudahlah tak apa. Nanti kamu juga akan ingat dengan sendirinya."

Anggie mengangguk, "semoga saja Anty."

Anggie teringat suatu hal, "oh, iya apakah Aunty melihat Gib-Mas Gibran?" Tanya Anggie hampir saja memanggil Gibran tanpa embel-embel yang terkesan tidak sopan menurutnya didepan Mamanya Gibran lantas mengubahnya.

"Tidak apa, jika kamu tidak nyaman dengan panggilanmu pada Gibran jangan sungkan memanggil namanya," peka Mamanya Gibran dengan bijak. "Hehe, terkecuali kalau Gibran yang minta sebab itu beda lagi ceritanya. Hm, tadi kamu tanya Gibran kan?"

"Iya Aunty ..."

"Dia ada kamarnya."

TO BE CONTINUED

Comments (1)
goodnovel comment avatar
alicia_alice
seru banget nihhhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 8

    Brakk! Anggie membuka kasar pintu kamar Gibran. Gadis itu dengan tanpa takut menghampiri Gibran dan berdiri dihadapannya sambil berkacak pinggang."Aku mau pulang dan tak mau disini, cepat antarkan aku pulang!" Tegasnya galak."Pulang kemana? Kerumah yang mana?? Apa tadi kamu lupa kalau mulai saat tadi inilah rumahmu." Gibran tak kaget dan datarnya seperti sudah memperikarakan tingkah Anggie tersebut.Laki-laki itu sibuk dengan laptopnya memperhatikan data pasiennya bahkan tak menoleh ketika Anggie masuk dengan kasar kekamarnya hingga saat ini."Sialan! Rumahku masih berada dikediaman orang tuaku dan bukan disini." Anggie tersulut emosi dan kegeraman.Gibran menoleh seraya menatap datar Anggie. "Apa katamu?" Tanyanya dalam nada halus, tapi mampu membuat Anggie meringis takut dan melangkah mundur."Aku ingin pulang," cicitnya pelan, tapi masih terdengar oleh Gibran. "Aku tak nyam

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 9

    "Sssttt ... diamlah sayang. Ini aku Gibran calon suamimu," beritahu Gibran menyebabkan Anggie melotot kaget seraya berhenti memberontak. Tiba-tiba tubuhnya melemas kaku serta merinding penuh kewaspadaan.Para pria itu berbahaya pandai memamfaatkan situasi dan mengikis jarak yang ada. Mereka itu bukan makhluk yang peka, tapi perayu unggul yang mampu menghipnotis gadis manapun. Dan Gibran lebih dari pada itu dan diketahui sangat terobsesi kepadanya sehingga memicu banyak kemungkinan yang menyebabkan Anggie pikir dia harus lebih mewaspadainya.Gadis itu memastikannya dengan menoleh kebelakang. "Kenapa kamu bisa berada disini?""Tentu saja untukmu."Kening Anggie mengerut dan tak mempercayai jawaban itu mudahnya. Dia yakin bahwa ada alasan lain dibaliknya. Lagipula jika benar Gibran sungguhan berada disini untukknya dari mana Pria itu mengetahui lokasinya berada."Mana

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 10

    Pada akhirnya Gibran melaksanakan perkataan Mamanya. Pria itu tak lagi memelototi Anggie dan setelahnya dengan patuh pergi berbelanja daging sesuai perintah mamanya dalam harapan semoga di malam yang kian larut masih ada supermarket atau minimarket yang masih buka.Beruntungnya memang masih ada sebuah supermarket yang masih buka. Gibra pun berbelanja dan membeli semua pesanan, membayar lalu kemudian pulang.Setelahnya dirumah Gibran dan Anggie memasak berdua. Selesai memanggang daging barbeque-nya, kini mereka tinggal menyantapnya.Sudah dikatakan sebelumnya bahwa Anggie memang pencinta daging, jadi tak mengherankan jika sekarang matanya sedang berbinar tak sabaran mencicipinya sesegera mungkin.Andai saja saat ini dia bersama Kayla atau Gibran saja tanpa kedua orang tua, Dirga dosen pembimbingnya dan istrinya Anita yang merupakan kedua orang tua Gibran. Dapat dipastikan tanpa malu lagi dan sungkan An

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 11

    Setelah ditegur demikian oleh Dirga, baik Anggie maupun Gibran menunduk takut bagaikan seorang bocah yang baru saja ketahuan mencuri permen oleh ayahnya. Keduanya beranjak keluar dari kolam renang dan Anggie mencuri garis start lebih dulu.Melihat hal itu ego Gibran sebagai pria tak terima, sehingga dengan usil dan mudahnya tubuh Anggie ditarik kembali agar jatuh ke dalam kolam.BYUUURR!"GIBRAN!" Dirga melotot tak percaya sambil berteriak murka.Sedangkan Gibran yang menyaksikan Anggie kembali terjebur ke dalam kolam malah ternyum puas atas aksi usilnya. pria itu tampak seperti bocah nakal sambil menyembunyikan tawanya. Ternyata jadi usil ditambah mengusil Anggie sangat menyenangkan dan lain hari Gibran mungkin akan mengulanginya atau mungkin Gibran akan sering melakukan hal demikian.Berbeda dengan Anggie yang jatuh dikolam, gadis itu merasa merasa kesal. Dia tak boleh membiarkan Gib

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 12

    Anggie dan Kayla kompak menatap lurus kedepan sambil cemberut, menyimpan cerita malam mengesalkan yang telah mereka lalui masing-masing. Rencana keduanya gagal total serta meninggalkan kesan buruk."Harusnya kamu biarkan aku menginap dirumahmu, Key. Aku pasti takkan pilek sekarang, hahattttchiiii!" Anggie menggosok hidungnya yang terasa gatal."Jangan menyalahkanku, justru harusnya kamulah yang harusnya membiarkanku menginap dirumahmu atau rumah calon mertuamu. Sehingga kejadian tak terjadi. Asal kamu tahu saja nasibku tidak akan miris, jadi jika kamu mengajakku dan tidak akan jadi pengasuh dari anak si duda sedangkan duda bapak si anak malah enak-enakan pacaran dengan kak Silvira." Kayla berkata menggebu dengan kesalnya yang sudah seakan mau meluap. Kejadian semalam yang dilaluinya masih belum diterimanya.Hal itu membuat Anggie menoleh dan melirik Kayla. "Itu sih kamu aja yang bodoh, kenapa mau-maunya jadi pengasuh dan ngga

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 13

    Anggie menghela napasnya panjang seraya melemparkan tas miliknya ke atas tempat tidur dengan sembarangan. Menyusul dengan tubuhnya yang ikut jatuh menimpa matras empuk yang membuatnya sejenak terpejam mengusir penat."Sial! Gue di kampus seharian buat bimbingan, tapi pak Dirga malah enggak datang. Mana chatingan tidak dibalas, huh ...." Anggie merutuk kesal.Anggie beranjak bangkit meraih proposal miliknya dan berlalu ke luar kamar. Gadis itu nekat menerobos masuk ruang kerja tuan rumah, karena berpikir orang yang dicarinya ada di sana dan benar saja pak Dirga memang sedang di dalam ruang kerjanya.Mendadak langkah kaki Anggie menjadi kaku. Bagaimana pun juga dan meski telah tinggal dirumahnya, tetap saja pak Dirga merupakan dosennya. Anggie tak boleh demikian sembrono menyerobot masuk tanpa sopan, oleh karena itu perlahan langkah kaki Anggie mundur teratur sebelum pak Dirga menyadari kehadirannya.'Kayakn

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 14

    “Saya terima nikah dan kawinnya Anggie Anastasya ...!” Ucapan lantang serta tegas tersebut mengawali prosesi ijab kabul acara pernikahan. Prosesnya berlangsung dengan hikmat dan berjalan dengan lancar tanpa kendala sama sekali. Kini Anggie berdampingan dengan Gibran menyalami tamu undangan yang menghadiri pernikahan mereka. Dengan pasrah dan juga mulai merasakan lelah yang menghampirinya, Anggie bertahan dengan secerca senyuman yang menghiasi pipinya.Itu bukanlah mimpi, sebab Anggie benar-benar menikah saat ini. Ya dia menikah setelah berhasil menyelesaikan prosesi sidang skripsinya minggu lalu. Siapa sangka persetujuan yang diiyakannya selang sebulan lalu pada orang tuanya Gibran kini telah dilaksanakannya, padahal saat itu dirinya tidak bersungguh-sungguh. Namun apa boleh buat semuanya terlanjur terjadi.Pernikahan yang mulanya tak diinginkan yang juga berdasar perjodohan di tambah bagian dari permintaannya semasa kanak-kanak kini harus Anggie jalani.Anggie

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 15

    Anggie sudah menyelesaikan acara mandinya dan sekarang ia hendak keluar dari kamar mandi, akan tetapi kakinya seakan enggan melangkah keluar. Tidak, dia tidak sedang ceroboh lupa membawa pakain ganti sehingga malu untuk keluar. Anggie tidak sebodoh itu untuk melupakan pakaian ganti yang menurutnya merupakan hal penting. Bahkan sekarang ia pun telah mengenakan pakaian lengkap dan akan keluar mengenakan piyama tidurnya.Namun masalahnya sekarang adalah baru saja dirinya menyadari sesuatu hal yang membuatnya ragu keluar. Serius setelah selesai mandi Anggie baru sadar akan status barunya yang sudah mempunyai pasangan, sudah menikah dan menjadi seorang istri dan berarti malam ini dia akan ....“Aaarrggh, oh tidak. Bagaimana ini? Mmm ....” Anggie resah memikirkan masalahnya. Ini merupakan pertama kalinya sejak seumur hidupnya tinggal berbagi kamar dengan seorang lelaki dan malam ini merupakan malam pertamanya. Tidak, maksudnya malam kedua setelah pagi-pagi lebih

Latest chapter

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 49

    Baik Anggie maupun Gibran, sepasang suami dan istri yang sakit bersamaan itu kini perlahan membaik. Hal itu bukan tidak lain pengaruh dari kehadiran calon sang buah hati. Kehadiran bukan hanya membawa kebahagian bagi seluruh keluarga, tapi juga kesembuhan bagi ibu dan ayahnya.Meski demikian di sisi Anggie, wanita itu belum sepenuhnya sembuh dan tidak jarang kambuh ataupun kumat berreaksi berlebihan sambil meneriakkan kata-kata kalau dirinya bukan pembunuh. Tak jarang ia juga suka menceritakan pengalamannya menyayat kulit para pria tampan, tapi hidung belang suruhan Diana yang hendak melecehkan dirinya.Sebagai solusinya seperti yang telah diketahui sebelumnya, jika keadaan sang buah hati yang belum lahir adalah obatnya, maka ibu mertua dan semua anggota keluarga langsung mengungkit kehamilannya untuk membuatnya tenang dan juga melupakan kejadian yang mengakibatkan dirinya trauma.Keadaan perlahan pulih dan kondisi keluarg

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 48

    Anggie dengan nafas tersenggal dan ngos-ngosan membuka pintu dengan tubuh yang luar biasa gemetar juga teramat letih dan pucat. Wajahnya memerah kontraks menutupi kulit mulusnya yang seputih susu dan selembut sutera itu.Keringat membanjirinya, hampir sekujur tubuhnya basah dengan beberapa bagian yang bercorak merah yang terjadi akibat cairan merah anyir yang keluar dari kulitnya yang kelupas. Mengalir keluar lewat sudut bibirnya dan juga bagian pelipisnya yang belum mengering menyempurnakan tampilannya sehingga terlihat kacau berantakan.Wanita itu diam membeku berjalan masuk tanpa memperdulikan seseorang yang kaget melihat komdisinya.Gibran yang sebelumnya berada di ruang depan menunggu Anggie yang tiba-tiba saja menghilang, berniat untuk mengomel. Akan tetapi hal itu tidak terjadi dan Gibran dengan seketika malah tercengang seketika menjadi cemas bercampur marah. Cemas melihat kondisi Anggie dan marah pada orang yang m

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 47

    Kejadian ketika Diana memarahi dan menindas Anggie di depan umum berhasil menciptakan kesan buruk tentangnya dihadapan Gibran. Diana menjadi geram karenanya dan bertambah benci pada sosok yang bernama Anggie. "Aaarrggh!!" Diana mengamuk melembari semua barang dalam ruangannya yang bisa dijangkau tangannya. "Biadap, dasar bocah tengik. Beraninya kamu mempermainkanku, membuatku dibenci oleh Mas Gibran!! Berengsek ... Aaarrggh!" "Awas kau bocah, jika sampai aku mendapatkanmu, kali ini aku tidak hanya akan memberi makan peliharanku dengan tubuhmu, tapi juga akan jual dirimu!!" Gerutu marah Diana tidak tahan dengan perasaannya yang memanas seolah membakar dirinya sendiri dalam kemarahannya. "Hari ini kau boleh menikmati kemenanganmu itu, tapi lain kali jangan harap. Sial! Sial!! Aaarrggh, Rocky, kemarilah ... aku membutuhkan dirimu untuk mendinginkan amarahku!!" Jerit Diana keras. **** Sementara itu di sisi

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 46

    Setelah berbicara dengan ibu mertuanya lewat telepon perasaan Anggie menjadi sedikit lebih tenang dan melunak. Meskipun masih kesal mengingat bagaimana Gibran dan Diana berpelukan mesra yang membuatnya terluka dan juga kecewa. Namun sedikit demi-sedikit Anggie sudah menerima dan memahaminya.‘Itulah mengapa Mama memintamu pergi ke rumah sakit dan lebih memperhatikan Gibran. Agar wanita iblis itu tidak mempunyai kesempatan mendekatinya, Anggie. Mama tahu kamu kecewa dan merasa diduakan, tapi ketahuilah hubungan apapun yang berhasil diikatkan wanita iblis itu kepada suamimu bukanlah ikatan yang sekuat ikatan hatimu dan Gibran suamimu.’Kata-kata ibu mertuanya terus membayang

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 45

    Anggie berlari dari Gibran ketika ia berhasil lepas dari pelukan suaminya dan dibelakangnya ada Gibran yang menyusul sambil terus meneriakkan namanya.Melihat hal itu, para perawat dan juga dokter perempuan kepo dan tanpa segaja menyaksikannya drama tersebut, tak tahan untuk tidak berbisik-bisik menggosipi Gibran dan Anggie. Mengakibatkan Diana yang masih di sana menjadi panas dan mendidih."Wanita yang Dikter Gibran kejar itu istrinya?""Kalau dilihat dari kemiripan foto pernikahan Dokter Gibran yang diunggahnya di akun media sosial, wanita itu memanglah mirip dengan istrinya.""Lebih cantik aslinya yah?""Hm, iya. Media sosial memanglah penipu, tapi kali ini tipuannya beda. Jika biasanya membuat oramg cantik sekarang malah berbalik. Kelihatan di foto istrinya dokter Gibran kecantikannya biasa saja. Eh, pas ketemu aslinya, cantiknya kelewatan.""Hm, kamu benar. Wanita yang hamp

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 44

    Perasaan Anggie bergitu membuncah gelisah sekaligus berdebar senang dan bahagia bercampur aduk sama ratanya. Pernyataan cinta dari Gibran benar-benar tidak Anggie disangka dan Anggie sedikit kaget mendengarnya.Tadinya ia hanya ingin mendebat Gibran seperti kebiasaannya, mencari masalah dan menangis untuk membuatnya merasa lega dari perasaan yang menghimpit keras dadanya hingga membuatnya merasa sesak.Namun apa yang Gibran lakukan benar-benar membuatnya berdebar kencang dan membuat jantungnya berdetak tidak beraturan.Meskipun demikian ia masih terganggu dengan perasaan lain yang masih terselip mengganjal dalam hatinya. Ada wanita lain yang menjadi nomor dua dalam hati Gibran setelah dirinya dan hal itu ditolak mentah-mentah enggan mau berbagi dalam hatinya. Namun boleh dikatakan apa yang sudah Gibran ungkapkan membuat merasa lebih baik dan sedikit merasa lebih baik.Hari ini karena senang dengan ungkapan cin

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 43

    Anggie terkejut sekaligus menjadi syok. Hatinya terluka mengetahui ada wanita yang diperhatikan Gibran selain dirinya. Setelah mendengarkan penjelasan dari Mertuanya mengenai siapa wanita yang bernama Dinda yang dicurigai merupakan pelaku utama dibalik penculikan yang terjadi kepadanya.Seketika rasa tidak terima menghimpit menyemangati dirinya agar berteriak keras. ingin rasanya marah, mengamuk sekaligus menangis. Namun yang Anggie lakukan hanyalah diam dan termenung sampai beberapa saat berlalu. Beberapa jam dari setelah selesainya ibu mertuanya membantunya mengompres sekitar matanya yang menghitam bengkak.'Haruskah aku menangis lagi setelah semalam aku sudah puas menangis terus. Aku bahkan merasa bahwa mataku yang bengkak belum sepenuhnya sembuh, tapi yang benar saja aku harus menangis,' Anggie berusaha menguatkan hatinya yang cengeng dan juga rapuh. 'Diana wanita jahat itu hanya nomor dua di hati Mas Gib-gib, tapi kenapa rasa

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bagian 42 part 2

    'Ughhh, Mas Gib-gib ini apa-apaan sih? Mengapa mematapku sampai segitunya dan bukannya kasih pelukan kek biar aku berhenti menangis. Aaarrggh, bahkan mataku sudah capek mengeluarkan air mata, tapi dia tenang-tenang saja, huhh ... dasar menyebalkan!!'Gibran terus mengamati istrinya dengan lamat-lamat dan dengan detail mempehatikan lekuk tubuhnya.'Wajahnya agak bercahaya, kulitnya agak memucat, bentuk dadanya lebih bulat dari biasanya dan yang terpenting bagian perutnya agak kelihatan membuncit. Sepertinya dugaanku tidak salah lagi! Anggie memang sudah mengandung anakku. Besok aku harus mengajaknya periksa dan aku harus lebih mewaspadai pergerakannya juga memperhatikannya, jangan sampai anak kami dalam bahaya apalagi jangan sampai kejadian penculikan tadi terjadi lagi. Bagian terpenting lainnya aku juga harus segera mengetahui siapa dalang dibalik penculikan ini dan memberikan orang itu pelajaran. Ah, s

  • Terpikat Pesona Dokter Hot   Bab 42 part 1

    Anggie masih saja menangis meski urusan mereka telah selesai baik sebagai saksi dan memberikan keterangan pada polisi atas kejadian yang barusan terjadi. Bahkan ketika sudah sampai di rumah mereka yang sudah ditunggu oleh kedua keluarga besar mereka yang haraf mencemaskan Anggie, setelah mengetahui kejadian penculikan yang menimpa Anggie. Istrinya Gibran itu masih betah dengan isakan piku yang disertai lelehan air mata yang menyelimuti daerah pipinya.Melihat hal itu para orang tua memaklumi apa yang dilakukan oleh Anggie, mereka pikir mungkin Anggie masih syok dan ketakutan.Berbeda dengan Gibran. Rasa-rasanya dia tidak mempercayai kalau Anggie mengalami trauma setelah penculikannya kali ini. Gibran ingat istrinya itu memang takut, tapi raut wajahnya yang dipikirkan Gibran tidaklah mencerminkan apa yang dikatakan orang-orang. Tapi apa yang membuat Anggie demikian jika bukan karena syok akibat penculikan yang dialaminya, Gibran pun kurang me

DMCA.com Protection Status