Suara tapakan high heels putih bertumit rendah yang melangkah dengan mantap menarik perhatian para pegawai Lusamo Corp. Dress putih polos dan rambut yang dikuncir miring membuat kesan polos keluar dari gadis yang masih berusia 21 tahun itu.
Semua orang diperusahaan tersebut sudah mengenal sosok gadis yang menarik perhatian mereka, Alana Claira Dirgantara. Putri keluarga Dirgantara yang terkenal sebagai gadis lugu dan introvert.
“Alana Claira ada di sini!” bisik seorang pegawai kepada temannya yang duduk di meja sebelahnya.
“Beneran? Kenapa dia datang ke sini?” sahut temannya dengan rasa penasaran yang sama.
“Loh kalian gak tau? Dia itu tunangan Tuan Morgan”
“Hah? Sejak kapan?”
“Kalau gak salah sih udah lama mereka dijodohin”
Suaranya menyelinap di antara bisikan-bisikan di lobi perusahaan yang penuh spekulasi. Kabar tentang Alana Claira Dirgantara sebagai tunangan Tuan Morgan segera menyebar ke seluruh perusahaan.
Sosok Alana menghilang setelah pintu lift tertutup meninggalkan tanya dibenak mereka. Alana menghela nafas lelah. Nama Dirgantara yang ada di belakang namanya seolah membawa beban tersendiri namun disisi lain mengingat apa tujuannya kemari membuat senyum Alana melebar.
Dengan semangat yang membara, Alana memandang dirinya sendiri melalui refleksi di dinding lift.
"Semangat Alana, tinggal sedikit lagi. Sedikit lagi sampai kamu bisa memutuskan pertunangan sialan ini." Tatapannya penuh dengan tekad untuk mengakhiri pertunangan yang telah memberatkan hatinya. Suara perempuan tangguh itu terdengar memotivasi dirinya sendiri
Ding!
Pintu lift terbuka dengan lembut, membuka jalan untuk Alana keluar dari ruang keheningan yang seolah menjadi saksi bisu sisi tersembunyi yang Alana miliki
“Nona Dirgantara. Ada yang bisa saya bantu?” Alana menatap pria yang menyapanya atau mungkin menghalangi dirinya agar tidak masuk ke dalam ruangan dengan tulisan wakil direktur dibagian depannya itu.
“Aku mau bertemu Morgan” Ucap Alana dengan suara lembutnya
Morgan Lusamo adalah tunangannya. Lebih tepatnya pria yang dijodohkan dengannya atas paksaan sang ibu tiri. Morgan adalah putra kedua dari pasangan Adam Jonson Lusamo dan Mirabele, keluarga mereka memiliki perusahaan yang mengelola minyak dan batu bara. Namun hak waris diserahkan pada putra pertama mereka sedangkan Morgan membangun perusahaan entertain-nya sendiri
“Sekarang Tuan sedang sibuk nona” Tolak Riki, asisten Morgan
“Oh benarkah? jika dia sibuk aku bisa menunggunya kok.” Ucap Alana hendak membuka pintu sebelum tangan Riki menahannya.
“Maaf nona, tapi Tuan berpesan jika beliau tidak bisa diganggu karena sedang mengadakan meeting secara online dengan perwakilan Canada” Lagi, alasan klasik yang biasa Alana dapatkan dari asisten Morgan itu.
“Aku tidak mengganggu kok, sungguh. Aku cuma merindukan tunanganku”
“Tapi nona-“
Bugh
Alana tersenyum tipis lalu menendang tulang kering Riki, membuat pria itu meringis hingga pegangannya ditangan Alana terlepaskan
“Maaf yaa” Ucap Alana lalu dengan cepat Alana membuka pintu dan memasang ekpresi terkejut.
“Astaga! Apa yang kalian lakukan?!” Teriak Alana dengan tangan yang menutup mulutnya
Morgan yang sedang berciuman panas dengan seorang wanita dibuat terkejut oleh kedatangan Alana
“Ana… ini tidak seperti yang kau lihat sayang” ucap Morgan, pria itu membenarkan pakaiannya yang berantakan lalu menghampiri Alana
Alana bergerak mundur, air matanya menetes, dia menatap Morgan dengan tatapan kecewa “Asistenmu bilang kamu sedang meeting tapi kamu justru sedang bercumbu dengan seorang wanita. Dia..? Dia sekertaris barumu? Jadi ini alasan kamu butuh sekertaris wanita Morgan?” Ucap Alana dengan lirih, dia menepis tangan Morgan yang hendak menyentuhnya
“Alana ini.. ini salah paham” Ucap Morgan nampak terbata
“Morgan” Suara mendayu memanggil nama Morgan membuat Alana menoleh. Dibelakang mereka sang sekertaris berjalan mendekat dan mendekap Morgan dengan kuat.
“Jadi dia tunanganmu, pantas saja kau tidak puas dengannya” Ucap Melinda, sekertaris baru Morgan yang menatap Alana dengan tatapan menilai
"Aku sudah melihatnya sendiri Morgan, kamu selingkuh dariku! Aku akan bilang dengan papa agar pertunangan kita batal!”
Rahang Morgan mengetat “Kau pikir papamu akan setuju Alana?” Tanya Morgan dengan menantang
“Tentu saja dia setuju!” Jawab Alana dengan tegas
Morgan terkekeh “Kau terlalu polos Alana. Pertunangan kita tidak akan pernah batal karena jika itu terjadi maka kerja sama kedua perusahaan akan hancur Alana”
“Dasar jahat! Lihat saja apa yang akan terjadi!" ucap Alana di antara isak tangisnya. Dia berbalik dan berjalan menuju lift dengan langkah tergesa-gesa, mencoba mememerankan kekasih yang tersakiti.
“ALANA!” panggilan Morgan meluncur dari bibirnya, tetapi Alana tak menoleh, tak merespon. Gadis itu menatap Morgan dengan tatapan terluka dari dalam lift yang mulai tertutup, memisahkan mereka seperti tembok yang tak terlihat.
Di dalam lift, ekspresi Alana berubah datar. Dia menghela napas dalam, mencoba menenangkan diri. "Ckk.. merepotkan sekali" gumamnya sambil mengusap air matanya dengan kasar. Tangannya merogoh tas mencari sesuatu disana.
Ketika tangan Alana meraih handphonenya, dia menekan nomor kontak yang sudah lama disimpan dengan erat di dalam benaknya, sebuah kontak dengan nama ‘Mic’ disana
“Hallo Ana?” Suara seorang pria terdengar menyapa Alana
“Hallo Mic. Berikan aku rekaman CCTV perbuatan bejat Morgan dan Melinda. Oiya jangan lupa buatkan juga berita panas dengan headline putri lugu keluarga Dirgantara yang dikhianati tunangannya” Ucap Alana
Mic, yang merupakan seorang wartawan dan jurnalis handal, terkekeh mendengar permintaan Alana. "Kau berhasil juga dengan rencananya" katanya.
"Hmm.. tapi uangku keluar banyak untuk membayar Melinda" ucap Alana sambil mendengus.
Setelah beberapa detik tertawa, Mic berkata "Setidaknya itu setimpal dengan keinginanmu."
"Ya, semoga papa mau menerima alasan ini. Aku lelah dijodohkan untuk bisnisnya terus. Apalagi jika itu saran dari medusa" ucap Alana dengan nada kesal.
Mic mengangguk setuju "Aku paham, Ana. Semoga dengan langkah ini, kau bisa mendapatkan kebebasanmu. Untuk berita aku akan publis sebelum jam 5” Ucap Mic
“Oke, terimakasih kak” Ucap Alana
“Sama-sama adik pungut” Ucap Mic yang membuat Alana mendengus lalu mematikan panggilan telponnya.
Alana menatap layar ponselnya, memikirkan langkah-langkah berikutnya. Dia tahu bahwa keputusannya untuk mengungkapkan skandal ini akan membawa konsekuensi, tetapi juga memberinya kebebasan yang begitu dia dambakan.
“Harusnya tadi aku menamparnya saja” Ucap Alana sambil menatap telapak tangannya sendiri.
Brak!Suara gebrakan meja menggema di ruang tamu, menciptakan atmosfer tegang yang terasa hingga ke sudut-sudut ruangan. Suara Andre, papa Alana, menggelegar bersamaan dengan ledakan emosi yang menyertainya."Apa-apaan ini, Alana?! Berita apa ini!" teriak Andre, wajahnya merah padam ketika melihat layar televisi yang menayangkan skandal pertunangan putrinya.Alana menjawab dengan penuh ketegasan, "Aku ingin pertunanganku dan Morgan batal, Pa!"Pandangan tajam Andre menusuk Alana, seolah mempertanyakan keberanian anak perempuannya untuk membuat keputusan besar ini. Ruang tamu yang sebelumnya terasa begitu nyaman, kini dipenuhi dengan ketegangan."Tapi kau juga tidak bisa memperlakukan Morgan seperti ini, Alana. Kamu bisa membuat kerja sama keluarga Dirgantara dan Lusamo batal” suara Yulina, ibu tirinya, terdengar lembut namun penuh dengan ketidaksetujuan. Yulina duduk di samping Andre, sementara Linda, putri kesayangan mereka yang berusia 16 tahun memperhatikan situasi dengan ekspresi
Dentuman suara musik di sebuah klub malam begitu memekakkan telinga bagi siapa saja yang mendengar, namun pengecualian bagi para pengunjung yang sedang berada di lantai dansa. Mereka menari dengan senangnya, menikmati tiap hentakan yang dimainkan oleh Disc Jockey.Alana duduk sambil memainkan gelas sloki di tangannya, memutar minuman beralkohol yang ada di dalam gelas tersebut. Ini adalah pertama kalinya selama 21 tahun hidup, Alana masuk ke dalam sebuah klub malam, lebih tepatnya club malam yang seolah didesain khusus bagi para pembisnis. Cahaya sorot lampu yang berkilauan menggambarkan suasana yang energetik di sekitarnya.Bartender yang cukup tampan menatap gadis berwajah cantik dengan rambut hitam panjang yang tergerai indah."Anda ingin minuman lain, nona?" tanya sang bartender dengan sedikit menggoda. Dia jelas tau siapa gadis didepannya saat ini. Alana Claira Dirgantara, gadis yang menghebohkan media beberapa jam lalu.“Minuman untuk mengalih
Alesio menatap gadis di depannya dari atas sampai bawah. Satu kata yang terucap, ‘imut’, namun entah kenapa tatapan matanya sangat berbeda. Bukan tatapan memuja seperti semua gadis yang selalu melihatnya, tetapi tatapan tajam dan intens, sangat jernih tanpa ternoda, membuatnya terlihat menawan.Gadis didepannya terlihat seperti kelinci kecil yang tersesat namun penuh tekad untuk mencari jalan keluar.Alesio mengalihkan pandangannya ke arah jam tangan Rolex yang melingkar indah di pergelangan tangannya yang kekar. Sudah hampir 30 menit sejak kejadian ciuman itu selesai, dan Alesio membawanya menuju salah satu hotel.“Aku pikir ada sesuatu yang ingin kamu katakan, nona” akhirnya Alesio membuka suara, matanya menerawang nakal menatap Alana yang gelagapan.“Maafkan aku” ucap Alana pelan.“Jika kamu hanya ingin minta maaf, aku akan pergi” ucap Alesio dengan nada dingin, dia tidak memiliki waktu untuk basa basi dan Alana justru membuatnya melakukan itu.Alana mencoba mengumpulkan keberanian
Alana berdiri di podium, melihat ke sekitar conference room yang dipenuhi para wartawan dengan kamera dan pena siap untuk merekam setiap kata yang keluar dari bibirnya“Hallo, Aku Alana Claira Dirgantara. Terima kasih untuk para wartawan yang sudah hadir.” Ucap Alana mengudara di conference room salah satu hotel ternama di IndonesiaDia melanjutkan "Sebelum itu, aku ingin klarifikasi bahwa aku bukan seorang artis atau model. Aku berada di sini karena banyak dari kalian yang ingin tahu lebih banyak tentang berita yang melibatkanku dengan Morgan Lusamo, dan tentu saja, hubungan ku dengan Alesio Kingston yang kalian lihat di bar dua hari lalu."“Nona Dirgantara sejak kapan anda menjalin hubungan dengan Tuan muda Kingston?”“Nona Alana apa anda menjadikan tuan Kingston pelampiasan setelah diselingkuhi tunangan anda?”Alana memandang wartawan dengan tenang, menangkap setiap pertanyaan yang dilemparkan padanya. Diantara kilatan cahaya kamera, Alana merasakan tatapan Mic yang tertuju padanya
PLAK “Apa-apaan tingkahmu ini, Alana?! Kamu ingin membuat keluarga Dirgantara hancur?” desis Andre, sambil menampar pipi putrinya dengan keras. Suara kekerasan itu memecah keheningan, menciptakan gelombang ketegangan yang melanda ruangan itu. Alana memandang ayahnya dengan mata terbelalak, tidak percaya bahwa dirinya harus kembali merasakan sentuhan kasar dari sang ayah. Yulina menutup mulutnya dengan ekspresi syok, namun dibalik bibirnya yang tertutup tangan, tersembunyi senyum tipis. Ia memperhatikan dengan cermat bagaimana tamparan keras dari Andre jatuh begitu tajam pada pipi kiri Alana. Bagi Yulina, tamparan itu adalah bentuk kepuasan tersendiri, seperti sebuah kesenangan terpenuhi di antara mereka. ‘Lagipula, bisa dimengerti kenapa dia begitu marah’ gumam Alana dalam hati, walaupun di wajahnya tergambar kesedihan yang mendalam. “Papa, aku hanya mencoba menyampaikan kebenaran, Papa tega membiarkanku dengan pria yang jelas-jelas sudah selingkuh?” ujar Alana dengan suara terbata
Alana menatap pria tampan yang sedang duduk di depannya, mengingat bagaimana ekspresi Yulina saat mengetahui Alesio datang ke rumah dan mencari dirinya. Hal itu membuat gadis itu merasa puas, ternyata pilihannya tidak salah untuk memanfaatkan kekuasaan Alesio.“Berhenti tersenyum seperti itu, tatapanmu membuatku merasa dilecehkan” kata Alesio sambil mendudukkan dirinya di ranjang Alana.“Hei! Siapa yang menyuruhmu duduk di situ, bangun!” Alana menatap Alesio kesal. Alesio hanya terkekeh kecil, kemudian ia bangkit dan duduk di kursi depan Alana.“Kamu yang membawaku ke sini, señorita” ucap Alesio dengan senyum miringnya, matanya menyorot Alana dengan nakal.Alana mendesah ringan. “Jangan membuatku menyesal membawamu kemari.”“Oh haruskah aku kembali dan berbicara dengan ibu tirimu itu” Ucap Alesio yang membuat Alana mendengus “Kau tidak penasaran kenapa aku dirumahmu?” Ta
Alana mengantar Alesio sampai pintu depan rumah. Dia menatap mobil Mercedes Benz milik Alesio yang menghilang dibalik gerbang yang tertutup. Suara mesin mobil yang merayap menjauh semakin meredup, meninggalkan Alana dalam keheningan malam.Alana kembali ke kamarnya, namun saat hendak menutup pintu, sebuah tangan kekar menahan pintu itu agar tetap terbuka.“Hentikan semuanya, Alana!” ucap sebuah suara yang sudah terlalu dikenal oleh Alana. Dia menoleh dan menemukan Henry, sang kakak tiri, berdiri di ambang pintu dengan ekspresi serius.Alana tersenyum sinis, menatap sang kakak tiri dengan ejekan. “Menghentikan apa, Kak?”Henry menghela nafas panjang sebelum memasuki kamar Alana tanpa izin. “Rencana anehmu itu, Alana. Hentikan sekarang! Kau tahu betapa pentingnya pertunanganmu dengan Morgan untuk menjaga citra dan bisnis keluarga.”Alana menyipitkan mata, tidak suka dengan pembicaraan ini. “Apa kau datang han
“Tidak!” Engahan napas itu beradu di antara gelapnya malam. Dada itu tersegal-segal seakan habis berlari ribuan kilometer jauhnya. Alana merasakan detak jantungnya yang memburu, seolah-olah sedang mengejar sesuatu yang terus bergerak menjauh. Alana menghidupkan lampu tidur yang terletak di atas nakas kecil di samping tempat tidurnya. Cahaya lembut menerangi ruangan, membawa sedikit kehangatan di tengah ketidakpastian yang melingkupi pikirannya. Dia duduk di tepi tempat tidur, menggenggam wajahnya dalam kedua tangan. Rambut panjangnya menjuntai dengan liar, menyelimuti wajah yang penuh kekhawatiran. Dengan gemetar, Alana mencoba meredakan napasnya yang masih terengah-engah. Dia menatap sekeliling kamarnya, mencari kepastian dalam setiap sudut yang pernah menjadi saksi bisu kehidupannya. Foto kelurganya terpajang diatas nakas membuatnya mengulas senyum tipis. Alana meminum segelas air yang telah dia siapkan setiap malam. Air itu dingin dan menyegarkan tenggorokannya yang terasa kerin