Suasana di meja makan tidak ada yang berbicara. Sejak perkataan yang keluar dari mulut Tuan Mathias membuat semua orang terdiam. Termasuk, Niken dan Nyonya Megumi. Nyonya Megumi tidak bisa berkata-kata saat ini dia langsung bungkam dengan perkataan dari mertuanya itu. Tentu saja yang dikatakan oleh mertuanya itu menampar dirinya. "Olla, bagaimana dengan belanjamu hari ini? Apa menyenangkan?" tanya Tuan Mathias yang akhirnya membuka suara dan menanyakan kepergian dia ke mall dengan Megumi menantunya itu. Olla yang ditanya hanya bisa diam, dia bingung mau jawab apa. Dirinya tidak tahu apakah dia harus berkata jujur atau tidak. Rafly masih diam, dia tahu jika ibunya meninggalkan Olla di mall karena masalah yang Olla hadapi. "Jadi, kakek," jawab Olla singkat. Nyonya Megumi lega karena Olla jujur kepadanya dan tidak mengatakan apapun. "Banyak yang menyukai Olla. Mereka katakan Olla tidak perlu perawatan, dia sudah cantik alami. Aku jadi tersanjung dengan mereka."Nyonya Megumi menim
"Kamu! Kenapa ada di sini. Buat aku jantungan saja. Ngapain ngendap-ngendap seperti maling?" tanya Nyonya Megumi ke suaminya. "Siapa yang mengendap-ngendap, aku dari tadi memanggilmu. Makanya, kamu itu jangan merencanakan sesuatu tanpa aku ketahui. Jika nanti kalau sudah ketahuan, kamu merengek-rengek kepadaku minta bantuanku. Sekarang, aku tanya padamu, apa yang kamu janjikan kepada Niken?" tanya Tuan Abraham kepada istrinya Nyonya Megumi. "Aku tidak ada menjanjikan apa-apa, kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh, lebih baik tidur sana, menyebalkan," omel Nyonya Megumi yang segera masuk.Nyonya Megumi menghentakkan kakinya dengan kencang di depan Tuan Abraham. Dia sangat kesal dengan suaminya itu, bisa-bisanya mengejutkan dirinya yang melamun. Dia berpikir kalau itu adalah tuan Mathias namun, nyatanya bukan. Rafly yang masih berada di ruangan kerjanya terlihat fokus dan dia menyusun beberapa barang yang akan dikirim dan juga dia saat ini sedang berkomunikasi dengan Dion melalui Sky
Olla menggelengkan kepala. Dia tidak pernah ada biar untuk menggoda Rafly. Atas dasar apa dia menggoda pria itu. Rafly melihat Olla menggelengkan kepala berdecih. Dia segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah toilet. "Kenapa Tuan Rafly mengatakan aku yang menggodanya, padahal dia yang menarikku ke dalam pelukkanya. Sekarang, dia katakan aku godain dia, keterlaluan," dumel Olla. Olla menoleh ke arah pintu kamar mandi. Suara air yang keluar terdengar. Dengan cepat Olla merapikan pakaian dan dia akan keluar untuk membantu pelayan untuk membuat sarapan. "Nona Olla. Mau kemana?" tanya pelayan di rumah ke Olla."Mau bantu kalian buat sarapan. Bibi Ann sudah bangun?" tanya Olla. "Jangan ke dapur nanti Tuan Mathias bisa marah pada kami. Lagipula, sudah selesai semua tinggal masak dan semua menu simpel, Nona. Jadi, Nona mandi saja setelah itu baru turun untuk makan," jawab pelayan yang melarang Olla untuk membantunya. "Ta ...." Olla menghentikan ucapannya karena namanya dipa
Dion tidak bisa menjawabnya. Dia segera masuk ke dalam mobil meninggalkan Rafly begitu saja. Bukankah itu sangat tidak baik. Asisten langsung masuk tanpa menunggu tuannya terlebih dahulu masuk.Namun, Rafly tidak peduli sama sekali, dia masih memandang ke arah Olla yang saat ini memandang ke arahnya. "Masuk sana, jangan keluar dan jangan kemana-mana," jawab Rafly singkat, padat dan jelas. Setelah itu, barulah Rafly masuk kembali ke dalam mobil. Barulah mobil tersebut meninggalkan rumah.Olla yang mendengar permintaan dari Rafly hanya menghela napas dan langsung masuk ke dalam rumah. Saat hendak masuk ke dalam rumah, kedua pria beda usia pun keluar, tidak lupa Olla memberikan salam kepada Tuan Mathias dan Tuan Abraham. Sapaan ke kepada Tuan Abraham hanya ditanggapi dingin olehnya. Olla hanya tersenyum kecil ke arah keduanya. Tuan Abraham segera masuk ke dalam mobil meninggalkan Tuan Mathias yang masih berdiri di depan Olla. "Nak, masuklah. Jangan pedulikan orang yang ada di rumah
Olla segera masuk ke dalam kamar. Dia benar-benar terluka hati. Entah kenapa saat ini Olla ingin sekali meninggalkan rumah tersebut. Namun di dalam perjanjian antara dirinya dan Rafly, Olla tidak boleh meninggalkan rumah tersebut tanpa perintah dari Rafly. Olla langsung terduduk di lantai, dia menangis dan memeluk kakinya yang dia lipat ke arah depan dan dia menyembunyikan wajahnya diantara kedua lutut yang ada di depannya."Kenapa mereka begitu kejam denganku Kenapa mereka memperlakukanku seperti ini, aku tidak pernah menginginkan semua ini. Untuk menikahi Rafly saja aku tidak berpikiran sama sekali, aku ke sini hanya ingin bekerja, mengubah nasibku dan aku ingin menjadi orang yang lebih sukses dari sebelumnya, tapi kenapa aku diperlakukan seperti ini. Kenapa! Mereka begitu jahat denganku, mereka tidak punya hati. Aku benci dengan dia!" teriak Olla dengan cukup kencang sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Olla mengangkat kepala dan memandang foto yang ada di atas tem
"Lihat saja, Anda semua pasti suka," jawab Dion dengan tenang. Ketiganya hanya bisa diam dan tidak berkata apapun. Mereka benar-benar tidak percaya Dion bisa seperti itu. Apalagi Rafly yang tenang dan wajah pembunuhnya sudah terlihat. "Mimpi apa aku semalam punya teman datar gitu wajahnya," gumam Edgar. Mereka menuju ke tempat yang dikatakan oleh Dion. Tempat yang sangat jauh dari keramaian dan tentu saja mereka saat ini belum tahu apa yang akan dilakukan oleh Rafly. Sesampainya, mereka di tempat tujuan Rafly turun di susul dengan yang lainnya. Anak buah Rafly menundukkan kepala dan mempersilahkan Rafly masuk. "Mereka aman, Tuan," jawab anak buah Rafly tanpa menunggu apa yang akan ditanyakan oleh sang Tuan. "Aman apanya?" tanya Farrel. "Kamu culik orang? Atas dasar apa?" tanya Edgar. "Pengkhianat," jawab Rafly singkat. Ketiganya lagi- lagi hanya bisa diam dan tidak banyak komentar karena mereka benar-benar ingin tahu pengkhianatan seperti apa. Rafly melihat anak buahnya meme
Rafly dan rombongan akhirnya pulang kembali mereka tidak ada jalan-jalan ke mana -mana. Dan tidak ada percakapan membeli oleh-oleh. Karena para sahabat Rafly sudah enggan untuk menasehati Rafly. Sudah ranah pribadi jadi biarkan saja pikirnya. "Tuan, apa Tuan akan langsung pulang ke rumah atau ke kantor dulu?" tanya Dion. "Ke kantor," jawab Rafly. Dion hanya menganggukkan kepala dan tidak lagi bertanya ini dan itu. Perjalanan dari France ke Italia tidak membuat Rafly lelah. Rafly dan para sahabat tiba di bandara mereka berpisah dan masuk ke mobil masing-masing. "Apa ada meeting hari ini?" tanya Rafly singkat. "Tidak ada, hanya memeriksa data keuangan dan ada beberapa kerja sama yang belum Anda sepakati saja setelah itu tidak ada. Dan satu lagi laporan dari Mollusca mengenai produk senjata api yang kita kirimkan itu ada cacatnya, dia minta kita cek dibagian produksi, apakah kesalahan dari kita atau ada sabotase, Tuan," ucap Dion. "Sabotase senjata api yang diproduksi di bagian Bar
Tuan Mathias muncul di belakang mereka. Bibi Ann segera berdiri dan menundukkan kepala ke arah Tuan Mathias. Olla yang masih nemegang piring juga ikut berdiri. Piringnya diletakkan terlebih dahulu baru dirinya ikut menundukkan kepala. "Sudah, kalian jangan seperti itu. Olla, kamu sedang apa, nak?" tanya Tuan Mathias. "Saya, sedang makan sembari mencari angin. Kakek, kenapa sudah pulang? Apa kakek sehat-sehat saja?" tanya Olla yang khawatir dengan kondisi Tuan Mathias. Tuan Mathias tersenyum melihat kekhawatiran cucu menantunya. Tidak salah dirinya memilih Olla. Baik, perhatian, ramah, adabnya juga bisa dikatakan luar biasa hormat kepada orang yang lebih tua juga terlihat. Walaupun tidak berpendidikan tapi dia mempunyai semua itu yang belum tentu dimiliki orang yang berpendidikan. Contohnya, anak, menantu, cucu dan wanita yang baru-baru ini muncul mengacaukan rumah mereka. "Makan apa, nak. Ayo kita makan sama-sama, Ann bawakan saya makanan ke sini. Tadi saya ada bawa ayam bakar,
"Tenanglah, biarkan istrimu yang melakukannya karena istrimu yang bersalah karena mengikuti kemauan Niken dan dia juga yang memulainya. Jika dia tidak memulainya, maka wanita itu maksudnya Niken tidak akan seperti ini, jadi kamu tenang, Daddy yakin kalau istrimu itu akan bersikap seperti ibu pada umumnya," ucap Tuan Mathias mencoba menenangkan anaknya. Nyonya Megumi benar-benar melakukan apa yang diminta oleh suaminya. Dia menghubungi Niken dan saat sambungan telpon masuk. Amarah Nyonya Niken menggebu saat mendengar suara Niken yang manja padanya tapi karena terlanjur kesal dan marah karena tidak bisa menggendong si kembar dia balik memarahi Niken. "Niken, keterlaluan kamu. Kenapa kamu mengatakannya? Apa maksud kamu. Aunty tidak menyangka kamu malah nuduh aunty yang tidak-tidak. Rencana itu kamu yang buat kenapa limpahkan ke aunty? Aunty tidak mau tahu, kamu jangan ke rumah aunty lagi. Kamu benar-benar keterlaluan," amuk Nyonya Megumi kepada Niken yang hanya diam dan sekali-kali dia
"Bukan, ibunya. Sebentar aku jawab dulu," ucap Niken yang segera menekan tombol hijau di ponselnya. "Halo, ada apa aunty?" tanya Niken. Niken mendengar ocehan dan amukan dari Nyonya Niken. Niken mengepalkan tangannya, dia tidak percaya jika dia dimaki oleh wanita tersebut. "Aku tidak mengatakannya, sumpah demi Tuhan, buat apa aku mengatakan ke Rafly. Itu ideku, jadi mana mungkin ideku aku kasih tahu. Cari mati itu, aunty," jawab Niken membela dirinya. Niken lagi-lagi diam dan menahan emosinya saat Nyonya Megumi terus memarahi Niken. "Aunty, dengar a ...." Panggilan berakhir. Niken tidak bisa berkata-kata lagi, dia sudah selesai bicara lebih tepatnya ponselnya sudah padam. "Wanita tua tidak tahu diri, bisa-bisanya dia memarahi aku, apa dia tidak tahu kalau aku ingin sekali membunuhnya. Tapi, dari mana Rafly tahu rencanaku mengusir pembantu itu? Apa dia dengar aku bicara dengan ibunya ? Tapi, dia di rumah sakit, mana mungkin dia di sana," ucap Niken pda dirinya sendiri dan tentu s
"Bukan, aku tidak berpikiran seperti itu, carikan saja setelah ketemu beritahukan denganku, sekarang aku pergi dulu, aku tunggu rencananya," jawab Adrian yang segera turun dari mobil Niken. Adrian tidak ingin memberitahukan dulu kepada Niken dia tidak begitu yakin jika Niken bisa menyimpan rahasia, dia takut jika Niken memberitahukannya lebih dulu kepada Olla dan Olla akan menanyakan kepada Rafly dan dia yakin kalau Rafly akan menyangkalnya dan tentu saja itu membuat Olla akan membencinya. Jika Olla tahu kalau dia ingin menghasut dirinya dan memfitnah Rafly lebih baik dia mencari bukti dulu. Niken yang melihat Adrian keluar memicingkan mata, dia penasaran kenapa bisa Adrian meminta dia mencarikan mafia dan paling tidak detektif."Hmm, mau apa Adrian dengan detektif dan mafia ya? Apakah dia mau melakukan sesuatu, apa dia menyembunyikan sesuatu dariku, tapi apa. Hah, tunggu saja aku akan mencari tahu apa itu," jawab Niken. Niken yang segera mengambil ponselnya dan menekan nomor, set
Olla menggelengkan kepala, dia tidak mempunyai kekasih dan saat datang ke rumah Rafly dia juga masih sendiri dan kejadian malam itu pertama kalinya dia alami dan membuatnya hancur.Saat Olla membukanya apa yang diberikan Tia, Olla terkejut karena ada boneka yang memang dari dulu dia suka dan ingin dia beli yaitu, boneka labubu. Olla tersenyum. "Tia, apakah pria itu memakai kacamata?" tanya Olla kepada Tia. "Hmm. Iya benar, Olla, dia memakai kacamata , tinggi dan dia juga tampan tapi suamimu lebih tampan dari dia. Apa kamu kenal dia, Oll?" tanya Olla kepada Tia. Olla menoleh ke arah di mana Rafly berada, dia takut jika Rafly mengetahuinya atau mendengar apa yang akan dia katakan. Dia pun ikut melihat ke arah pandangan Olla. "Olla, kalau kamu takut untuk mengatakannya, lebih baik tidak perlu diam saja," jawab Tia. Olla menghela napas, dia mengatakan apa yang terjadi."Ini dari dokter Adrian, dia yang dulunya pernah menabrak aku karena aku lari dari rumah Rafly. Mungkin kamu sudah
Nyonya Megumi segera pergi dari ruangan tersebut dia tidak mau sampai suami dan mertuanya tahu jika dia berniat untuk mengusir Olla. Olla hanya bisa diam, dia tahu kalau mertuanya itu baik tidak jahat hanya terhasut saja dan belum menerima dia sebagai menantunya karena dia seorang pembantu. "Megumi, mau kemana kamu?" tanya Tuan Abraham kepada Megumi yang sudah kabur dari tempat tersebut. Rafly menatap tajam ke arah Nyonya Megumi yang pergi tanpa menjelaskan benar atau tidaknya. Tapi, Rafly tidak peduli sama sekali. Baginya, anak dan istrinya selamat. Dari yang dia lihat, semuanya benar. Harusnya kalau itu salah, maka dia akan menyangkalnya, ini tidak sama sekali malah pergi. Kedua orang tua Rafly keluar dari ruangan tersebut. Tuan Mathias hanya bisa melihat keduanya pergi dan dia menggelengkan kepala ke arah anak dan menantunya itu. "Rafly, kamu jangan bersikap seperti itu. Salah atau tidaknya menantuku, dia ibumu. Kamu sudah keterlaluan memperlakukan menantuku seperti itu. Kakek
Nyonya Megumi memperhatikan bagaimana anaknya mengurus Olla dengan cukup baik dan dia juga melihat Rafly tersenyum. Rafly benar-benar berbeda dari yang pernah dia lihat. Rafly tidak seperti ayahnya, Tuan Abraham. Saat dirinya hamil Tuan Abraham memilih bersenang-senang dengan wanita lain dan saat melahirkan pun, Tuan Abraham tidak seperti anaknya Rafly yang memperhatikan istrinya dengan luar biasa. Ada rasa iri di hati Nyonya Megumi melihat Olla diperlakukan seperti itu dengan anaknya. Kenapa dia tidak sama seperti Rafly yang memperlakukan istrinya. Rafli itu anak dari tuan Abraham tapi perlakuan mereka berbeda. Tuan Abraham melihat cucunya, dia tersenyum karena dirinya merasa dulu tidak pernah memperhatikan Rafly dan momen itu hilang sejak Rafly beranjak dewasa dan Rafly pun bersikap acuh dengannya dan sekarang Rafly malah lebih dekat dengan istri dan anak-anaknya. "Kamu kenapa? Menyesali semuanya, ya? Tidak ada yang perlu disesali. Semuanya sudah terlambat, anakmu seperti itu ka
Rafly hanya bisa diam, dia bingung mau jawab apa. Apakah dia akan jawab tidak? Tapi, nanti Olla akan bertanya atas alasan apa dan dia akan meminta untuk menghubungi Dion, kalau tidak bisa pasti akan menangis. Sekarang saja sudah hampir menangis dia. "Sayang, apakah yang aku katakan itu benar? Dia mau lecehkan sahabat aku? Kenapa? Huaaaa! Dion kejam, kamu juga jahat sahabat aku di sakiti, kembalikan sahabat aku, kenapa kalian tega dengan sahabat aku?" tanya Olla sambil menangis. Rafly yang duduk di sofa segera bangun dan meletakkan kembali ponselnya. Dia ingin menenangkan Olla. Sampai di dekat Olla, Rafly memeluk Olla dan dia menepuk-nepuk punggung Olla dengan pelan. "Bagaimana ini, aku harus apa saat ini, aku sedih sekali. Sahabat aku pasti saat ini meminta tolong. Seperti ini, tolong Pak Dion jangan sakiti aku, aku masih muda dan tidak boleh disentuh sama sekali. Nah, seperti itu kira-kira yang akan dia katakan, apakah kamu tahu itu?" tanya Olla yang membuat Rafly menggelengkan ke
Dion yang sudah selesai mandi segera bertemu dengan istri barunya. Tia. Dia tidak kesepian jika pulang ke apartemen. Sekarang dia sudah ada yang menemani. "Malam ini malam pertama aku, wah bagaimana gayanya, ya. Kuda laut atau kuda yang ...." Dion menghentikan ucapannya dan dia tersenyum sendiri saat dia memikirkan apa yang akan terjadi saat malam pertama. Dion bersiul saat keluar dari kamarnya, dia benar-benar senang karena akan melakukan malam pertama. Dion sudah memikirkan gaya apa yang akan dilakukan. Dia juga sudah melihat di media sosial caranya, akan tetapi Dion menyudahinya dan bertekad akan melakukan sesuai yang dia inginkan. Saat berada di luar dan melihat istrinya menata makanan, Dion tersenyum kecil, istrinya benar-benar seksi, rambut di cepol, memakai baju khusus memasak dan keringat mengalir di sisi kiri dan kanannya. "Sayang, apa sudah selesai makanannya?" tanya Dion kepada Tia. Tia yang mendengar suara Dion segera mengangkat kepalanya dan membalas senyum Dion.
Dion merasakan kecupan manis dari Tia. Dia bujang dan Tia gadis cocok dan sikatlah. Dion yang puas membuat Tia tidak bernapas akhirnya melepaskan ciuman panas penuh membara. Napas keduanya naik turun. Dion mengusap sisa salivanya dengan lembut yang ada di bibir Tia. Dirinya menatap Tia dengan lembut. "Maafkan aku," ucap Dion yang berbisik pelan akan tetapi bisikkam Dion yang seksi dan wow membuat bulu kuduk Tia merinding. Dia normal, tentu yang dilakukan oleh Dion membuat hasratnta bergelora dan sesuatu yang ada di dalam dirinya naik. "Aku juga minta maaf. Izinkan aku pergi, permisi," ujar Tia yang segera melepaskan pelukan Dion. Semakin lama dia bersama pria tampan ini, semakin dirinya tidak bisa memakai akal sehatnya. Berbahaya jika dia terus bersama pria tampan ini, jiwanya tidak sehat akalnya juga lebih baik pergi. Dion melihat Tia pergi setelah pintu lift terbuka segera mengejarnya. Tidak mau dia melepaskan Tia. Dion menarik tangan Tia hingga wanita tersebut masuk kembali d