Sebuah sedan Audi berwarna putih merapat di salah satu kawasan elit yang berlokasi di pinggir kota. Sedan yang termasuk mobil paling mewah di dunia tersebut kemudian berhenti di depan sepasang gerbang yang berdiri menjulang dengan aksen yang begitu mewah dan elegan.
Pintu gerbang dengan besi solid setebal sepuluh senti itu lantas bergerak secara otomatis, mengayun terbuka setelah sensornya mendeteksi kedatangan sedan mewah tersebut dan mengenalinya. Sementara, dua orang penjaga gerbang yang bertugas pun segera berdiri di kanan dan kiri gerbang, lalu sedikit membungkuk untuk memberikan salam ketika mobil melintas.
Meluncur mulus, sedan mewah itu memasuki halaman rumah yang luasnya bahkan mampu menampung puluhan kendaraan, melewati sebuah air mancur berwarna putih dengan model arsitektur yang klasik, sebelum akhirnya berhenti di depan pelataran sebuah kediaman yang berdiri megah.
"Selamat datang, Nyonya Muda," sambut Erik,
"Tidak boleh!"Killian terdiam."Pergi dan tidur saja di kamar lain!"Rambutnya basah dan dari ujung-ujungnya masih menetes air dari sisa mandi, sementara lelaki tampan itu sendiri kini hanya mengenakan mantel mandi untuk membungkus tubuh yang telanjang."Apa?" tanya Killian dengan nada percampuran antara kaget dan juga tidak terima. "Queen, apa aku salah dengar?""Aku capek," ujar Aila, kembali melanjutkan kegiatannya membaca buku. "Aku tidak akan sanggup memenuhi permainanmu nanti, sehingga justru mungkin tidak akan bisa membuatmu puas, Kills. Lagi pula, bukankah tadi pagi aku juga sudah mengatakan kalau aku ingin tidur lebih awal?"Killian masih terdiam, tapi dalam hati lelaki itu sudah memaki tidak karuan.Sial! Ini gara-gara Hugo, si berengsek itu!Kalau dia tidak menjadi seorang pengecut yang suka mengadu, tidak
"Hentikan, Kills!""Kenapa? Apakah sekarang hatimu tergerak?""Tentu saja tidak!"Menghentikan kedua tangannya yang sejak tadi sibuk menggerayangi tubuh sang istri, Killian kini hanya memberi Aila pelukan biasa. Entah apakah lelaki itu akhirnya berniat untuk membiarkan istrinya istirahat, atau sekedar merubah cara."Seharian ini aku sangat sibuk, Queen," ujarnya mulai bercerita. "Pekerjaanku yang tertunda sewaktu cuti kemarin juga masih menumpuk, meski sudah coba aku kerjakan semaksimal mungkin. Tadi aku bahkan sampai harus melewatkan makan siang karena saking repotnya. Belum lagi, ditambah dengan kedatangan Kakek yang membuatku semakin pusing. Jadi apakah salah, kalau sekarang aku berharap untuk mendapatkan sedikit perhatian dari istriku?"Melingkarkan tangan di perut Aila dan memakai sebelah tangannya sebagai alas pengganti bantal untuk Aila, Killian menarik istrinya yang berba
"Kakak cerai saja!""Apa?""Padahal ada masalah seperti ini, tapi kenapa Kakak tidak menceritakan apa pun padaku?""Sia, tenanglah. Dengarkan dulu ceritaku." Aila meraih lalu meremas tangan adik kembarnya sambil tersenyum. "Jangan marah-marah terus, ya? Lagi pula, lihat! Bukankah sekarang aku sudah berada di sini dan sedang menceritakannya kepadamu?""Tapi 'kan, tetap saja," eyel Ansia dengan wajah yang jelas terlihat kesal, tapi sebenarnya dalam hati dia juga tidak yakin bisa bertahan berapa lama lagi untuk tetap merasa marah terhadap kakak kembarnya. "Kenapa baru sekarang Kakak memberi tahuku?""Kejadiannya sendiri belum terlalu lama juga kok.""Tapi kalau mengingat si Pak Tua sialan, tidak tahu diri, dan gila judi itu menemui kalian dan langsung membicarakan soal perempuan murahan, genit dan tidak tahu diri yang ingin menikah dengan Ian—""Sia—""Aku kesal, Kak!" seru Ansia yang kali ini sudah tidak sanggup lagi
Tiga hari menjelang acara makan malam bersama.Aila sedang berjalan mengelilingi kediaman Ardhana yang luas setelah makan siang. Dia hendak memastikan ulang apakah masih ada atau tidak hal yang sekiranya masih perlu untuk dia benahi.Tidak sendiri, perempuan bermata abu itu kali ini ditemani oleh Erik, yang bergegas menawarkan diri untuk menyertainya. Kepala pengawal itu berjalan mengikuti Aila, dengan posisi yang sedikit menjauh."Beliau sama sekali tidak pernah bertemu dengan Nona Harron, Nyonya Muda."Aila menoleh, untuk sesaat memberi Erik pandangan bertanya sambil tetap terdiam.Setidaknya sudah sepuluh menit berlalu sejak mereka berdua mulai berkeliling bersama tanpa kata, tapi sekarang kepala pengawal itu mendadak mengatakan hal yang semacam ini."Maksud perkataan saya sebelumnya adalah beliau tidak pernah bertemu dengan Nona Harron secara sengaja atau
"Apakah kamu sudah dengar?""Soal apa? Ah, aku tahu, pasti soal itu, ya?"Kedua alis Ansia bertaut ketika mendengar bisik-bisik yang sekilas tersebut.Saat ini dia tengah berada di sebuah klinik kecantikan, duduk santai di atas sofa yang super nyaman, sembari menunggu kedatangan terapisnya. "Terima kasih karena sudah menunggu, Nona Ans," sapa perempuan yang usianya sepantaran dengan Ansia. "Saya sudah menyiapkan beberapa treatment khusus untuk Anda hari ini yang—""Apakah kamu tahu, apa sebenarnya yang sedang mereka bicarakan?""Ya?" Terapis itu menghentikan kesibukannya dan menoleh ke arah Ansia. "Bagaimana maksud Anda, Nona?"Mengedikkan kepala ke arah pintu ruang tunggu, Ansia lantas berkata, "Tadi, sepertinya ada beberapa terapis yang sedang lewat dan membicarakan sesuatu. Apakah ada hal yang spesial yang akan terjadi? Sebab, mereka terdengar sangat seru saat mengobrol.""Oh!" Terapis bernama Linda itu lantas menoleh ke kanan dan ki
Awalnya Killian memang berniat untuk tidur, tapi setelah beberapa waktu berlalu lelaki itu hanya berbaring tanpa bisa memejamkan mata sedikit pun."Haa ... tidak boleh," bisiknya kepada diri sendiri. "Jangan macam-macam. Queen pasti sangat lelah. Dia juga sudah begitu repot dengan segala persiapan makan malam besok."Terdiam sesaat, Killian lantas menghembuskan napas berat. Entah mengapa, tapi dia tetap merasa bahwa sebaiknya acara makan malam yang sudah akan diselenggarakan besok itu dibatalkan saja."Tapi kalau begitu, Kakek pasti akan terus mengomel tanpa ada habisnya, dan keluarga Harron juga akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyudutkan Ardhana." Menghela napas berat sekali lagi, Killian sudah bisa membayangkan kedua hal tersebut. "Lalu, yang paling utama di antara semua adalah Queen yang sudah sangat bekerja keras untuk acara tersebut. Tidak adil rasanya kalau aku membatalkannya begitu saja." 
"Aku capek. Lagi pula besok aku juga harus bangun pagi-pagi sekali, Kills," kilah Aila sambil mendorong tubuh Killian agar menjauh. "Masih ada banyak hal yang harus aku kerjakan. Jadi, sudah cukup untuk malam ini."Terus mendorong dada bidang suaminya, Aila pun berusaha menambahkan jarak. Seperti biasa, lelaki yang menjadi suaminya itu cukup keras kepala dan masih saja terus menempel kepadanya."Jangan mengajakku untuk melakukan permainan apa pun, atau bahkan coba-coba menggoda," ujarnya lagi, sengaja memasang wajah galak. "Aku beri tahu saja sekarang, kalau kamu juga tidak perlu sampai harus repot melakukan apa pun, sebab jawabannya sudah pasti adalah tidak.""Oh, ayolah, Queen. Tinggalkan saja semua urusan yang merepotkan itu. Keluarga Ardhana memiliki cukup banyak staf yang bisa melakukannya. Biarkan mereka yang mengerjakan semua."Merasa sangat tidak rela, Killian masih mencoba peruntungannya dan
"Bisakah kamu tidak menyebutkan namanya, Queen? Tengkukku rasanya merinding setiap kali mendengar nama itu disebut."Memutar kedua matanya, Aila pun mencebik."Oh, baiklah. Jadi, apa saja yang kalian lakukan di sana?""Apa maksudmu dengan pertanyaan yang semacam itu? Memangnya, aku harus melakukan apa terhadap perempuan yang bahkan sekedar mendengarkan namanya saja sudah membuatku mual?"Bersungut-sungut, wajah tampan Killian segera saja terlihat kesal."Perempuan yang katanya putri dari keluarga terhormat itu, dia sudah berani menipu dua orang penjaga yang bertugas dengan berpura-pura mengatakan sakit perut. Lalu, dia juga nekat menerobos masuk meski Alda, sekretarisku, sudah coba melarang dan menghalanginya. Semua masih belum berakhir sampai di situ, Queen. Seolah masih kurang cukup, perempuan itu tanpa tahu malu lantas mencoba jatuh ke pelukanku dengan berpura-pura jatuh."
Halo, Semua. Apa kabar? Semoga semua dalam keadaan sehat & bahagia. Hari ini, akhirnya cerita Aila dan Killian pun berakhir. Terima kasih atas satu tahun yang begitu mengagumkan. Terima kasih juga karena sudah berkenan mengikuti cerita ini sampai akhir. Saya menyadari bahwa novel ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan saya meminta maaf atas segala hal yang tidak memuaskan. Semoga kita bisa bertemu lagi!
Orion menoleh. Bocah lelaki yang biasanya begitu pendiam itu pun seketika memasang wajah ceria, lantas berlari-lari sambil berseru riang, "Mom!" "Halo, Sayang," sahut Aila, yang juga memburu menyambut putranya dengan kedua tangan terkembang, lalu memeluknya. "Maaf karena Mommy terlambat." "Tidak apa-apa, Mom. Oh, apa Mom tahu kalau Rigel tadi terjatuh dari pohon?" Sepertinya predikat pendiam Orion pun menghilang seketika, sebab anak itu sekarang berceloteh dengan begitu bersemangat. "Oh, ya? Benarkah? Kenapa sampai bisa begit—" "Itu karena tadi ada anak kucing, lalu dia—" "Mommy!" Tidak mau berlama-lama sampai Aila mengomelinya, Rigel langsung memeluk Aila dan sengaja sedikit menggeser posisi Orion agar sedikit menjauh. "Kenapa Mommy lama sekali, sih? Apa Mommy tahu, kalau sewaktu tidak ada Mommy, Kak Lills selalu mengomeliku habis-habisan?" Tersenyum, Aila lantas menepuk-nepuk kepala kedua putra kembarnya. Setelah itu, dia mengulurkan tangan, meminta agar Liliana mendekat. Se
"Kills, apa yang kamu lakukan?""Sst, Queen. Aku sedang berusaha mendengarkan anak kita. Kira-kira mereka sedang apa, ya, di dalam perutmu?"Aila tertawa. Lelaki itu bisa menghabiskan waktu bermenit-menit hanya untuk menempelkan telinga di perut Aila. Sambil mengelus-elus dan menciumi perut istrinya, Killian terus saja berbisik dan tertawa bahagia ketika mendapatkan tendangan kecil sebagai balasan."Kills, sudah dong.""Sebentar lagi saja, Queen. Lihat, anak kita gerakannya begitu aktif.""Kamu, sih, senang melihatnya, tapi aku yang merasakan nyeri."Killian terdiam seketika, lalu buru-buru berbisik, "Sayang, kalian kalau menendang jangan terlalu kuat. Kasihan Mommy. Tuh, lihat. Kalau nanti Mommy sampai ngambek terus Daddy tidak diberi jatah, bagaimana?"Aila membelalak. Dengan wajah memerah dia lantas menjewer suaminya itu."Queen, aduh. Sakit. Lepaskan, Queen. Memangnya, aku salah apa?""Salah apa, katamu? Ya Tuhan, Kills. Apa yang baru saja kamu katakan kepada anak-anak kita, ha?"
Bukankah kehamilan Aila masih menginjak usia tujuh bulan? Killian memang bukan seorang dokter, tapi dia tahu betapa seriusnya situasi saat ini. "Dokter Aiden!" seru seorang dokter laki-laki yang datang berlari-lari menyambut, sesampainya mereka di bagian IRD (Instalasi Rawat Darurat). "Bagaimana status pasien?" "Dokter Cedric, selamat malam! Pasien mengalami preterm PROM (Premature Rupture of Membrane)." "Berapa usia kandungannya?" "Tiga puluh satu minggu." Killian masih sempat menangkap ekspresi tegang yang sekilas melintas di wajah dokter Cedric dan ada perasaan tidak enak yang seketika dia rasakan. "Aiden! Katakan padaku. Apakah ini buruk?" tanyanya, dengan nada panik yang bisa tertangkap jelas dalam suaranya. Dia mencengkeram kemeja Aiden dan menahan dokter muda itu ketika akan menyusul Aila, yang sudah dibawa masuk ke ruang perawatan terlebih dulu oleh dokter Cedric. Ada beberapa detik yang dilewatkan Aiden untuk terdiam. "Begini, Ian. Akan ada beberapa prosedur yang tid
Keadaan menjadi semakin baik. Mereka mungkin saja menggerutu, merasa kesal dan kalau bisa, maka akan memilih untuk pergi saja. Namun, nyatanya tidak. Meski dengan perasaan tidak puas, nyatanya tidak ada seorang pun yang beranjak dari tempat duduknya. Entah mengapa, seolah ada sesuatu yang membuat mereka untuk tetap bertahan di tempatnya masing-masing. Ah, bukan. Bukan sesuatu, tapi lebih tepatnya mungkin adalah ... seseorang. "Lihat. Bukankah kalau begini, jadi lebih menyenangkan?" ujar Aila dengan wajah ceria, seolah tidak menyadari apa pun. "Lills, kamu juga suka kan?" Liliana segera mengangguk-angguk, membuat kedua pipinya yang menggemaskan pun terlihat naik turun dengan lucunya. Lalu, dengan penuh semangat dia berseru, "Suka, Mommy! Kalau Mommy suka, Lills juga suka!" Berakhir sudah. Meski masih belum yakin sepenuhnya, tapi mereka seolah memiliki perasaan bahwa dengan ucapan kedua Ibu dan anak itu maka sebuah keputusan telah diambil. Mereka akan makan malam bersama dalam sa
Ada berbagai macam hal tidak jelas yang silih berganti mengisi mimpi Aila.Seorang perempuan yang berbalik lantas keluar dari sebuah tempat yang seperti ruang kantor; seorang lelaki yang tengah dipeluk oleh perempuan lain, tapi sepasang mata birunya terus memandang ke arah perempuan pertama yang tadi pergi; selembar kertas yang sepertinya berisi hasil pemeriksaan rumah sakit yang disertai oleh sebuah testpack; sebuah tempat yang begitu ramai yang tampaknya adalah bandara dan perempuan yang pertama tadi tengah berjalan menyeret sebuah koper, sembari menunduk dan mengelus-elus perutnya.Tunggu, apakah dia sedang menangis? Ah, iya. Perempuan itu memang sedang menangis.Sebab, kemudian ada sepasang lelaki dan perempuan berusia separuh baya yang lantas menghampiri dan memeluknya, berusaha menenangkan serta menghiburnya. Ketiga orang tersebut lantas berjalan di garbarata, menuju pintu sebuah pesawat dengan posisi perempuan tadi berjalan paling akhir.Lalu, sesaat sebelum melewati kedua pram
Ada begitu banyak hal yang terjadi sejak keributan di pusat perbelanjaan waktu itu.Yang pertama adalah Killian yang segera memburu Aiden dan membuat dokter muda itu uring-uringan nyaris sepanjang hari."Demi Tuhan, Ian! Harus berapa kali lagi aku harus memberi tahumu? Sudah kukatakan bahwa hal itu tidak bisa!"Aiden bahkan harus mencengkeram stetoskopnya erat-erat. Kalau saja tidak ingat bahwa alat medisnya itu keluaran Littmann, pasti dia sudah akan menyumpalkannya ke mulut Killian."Kalau begitu, setidaknya beri aku solusi Aiden! Aku ingin pergi berlibur bersama Queen dan Princess, tapi terkendala dengan paspor dan visa yang Queen miliki."Permasalahan yang dimaksud Killian adalah perbedaan antara wajah dan foto di dokumen perjalanan yang Aila miliki, sehingga jelas tidak memungkinkan bagi perempuan itu untuk bepergian ke luar negeri dengan menggunakan identitas miliknya.Satu-satunya hal yang memungkinkan adalah apabila Aila menggunakan dokumen identitas milik Selena Hills. Namun
"Kami pulang!"Ansia berseru gembira, dengan senyuman lebar di wajah dan kedua tangan yang terentang lebar. Baik dia maupun Hugo mengira bahwa akan ada banyak orang yang menyambut kepulangan mereka yang lebih awal ini dengan bahagia.Namun, nyatanya tidak."Ke mana semua orang?" tanya Hugo, memeluk pinggang istrinya, memberi kecupan sekilas di pipi, sebelum akhirnya menjatuhkan diri ke atas sofa. Tampak jelas kalau lelaki itu merasa sangat lelah. "Jam berapa sekarang? Apakah Lexis dan Alden masih belum pulang sekolah?"Istrinya hanya menggeleng kecil dan menaikkan bahu sekilas, terlihat sedikit muram. Syukurlah tidak lama kemudian kepala pelayan datang dan menyambut mereka, serta memberi tahu di mana Risa dan kedua anak kembar mereka berada."Kediaman Ardhana?" Ansia balik bertanya sekedar untuk memastikan. "Jadi, mereka bertiga pergi ke sana?""Betul, Nyonya. Tadi Nyonya Risa memang mengatakan begitu."Bahkan tanpa mau membuang waktu meski sekedar untuk beristirahat sejenak, Ansia d
"Lills, hati-hati." Ivona berseru, memandang khawatir ke arah cucu perempuannya. "Jangan lari-lari, Sayang.""Jangan terlalu khawatir," ujar Risa, sembari tersenyum menenangkan. "Lexis dan Alden bersamanya, mereka pasti akan menjaga Lills. Lagi pula, juga ada beberapa pengawal yang sekarang sedang menyertai kita."Ivona tersenyum balik dan mengangguk. "Anda benar, Nyonya Roxanne. Sepertinya memang saya saja yang terlalu khawatir.""Tidak apa-apa. Hal yang wajar, sebab itu berarti Anda sangat menyayangi Lills. Ngomong-ngomong, bagaimana kalau mulai sekarang Anda memanggil saya 'Risa' saja? Yah, agar tidak terlalu kaku."Sekali lagi, Ivona tersenyum dan mengangguk. "Ah, iya. Tentu saja. Kalau begitu, panggil saya dengan 'Ivona' saja. Bagaimana, Risa?"Kali ini, Risa tertawa kecil dan bersambut dengan tawa dari Ivona. Sejak lebih sering menghabiskan waktu dengan makan malam bersama nyaris setiap hari, kedua perempuan baya itu menjadi jauh lebih dekat dibanding sebelumnya.Tentu saja tida