BRAK! “BRENGSEK! BERANINYA MEREKA MENGINCAR ROBERT SEBELUM AKU YANG MELAKUKANNYA!!” Shia memaki geram. Teriakan marahnya memecah hening di sekitar rumah sakit, dan tindakannya kini menjadi pusat perhatian bagi beberapa pengunjung yang berada di sana. Netra biru itu menatap melalui kaca ruang operasi di mana Robert berada. Pikirannya penuh dengan kemarahan, keputusasaan, dan kekesalan yang mendalam. Shia terlambat dan dia tau itu. “Shia.. kita di tempat umum,” ucap Paman Ronnie dengan lembut, mencoba menenangkan keponakannya yang tengah lepas kendali. Shia menyorot pamannya itu dengan tatapan tajam tanpa menyadari air matanya mulai menetes. “Kau menangis, Shia..” ucap David, yang terkejut melihat sisi emosional yang belum pernah dia lihat sebelumnya pada gadis tangguh itu. Meskipun Shia tidak mengakuinya, namun David sadar. Shia menangisi kondisi ayahnya yang terbaring di ruang operasi “Aku tidak menangis! Aku sangat membenci Robert hingga ingin membunuhnya. Aku menunggu waktu yang
Shia menjatuhkan tas besar dipunggungnya pada lantai lalu mulai merakit sebuah senjata. Mata birunya mengintai rombongan pria yang berada jauh di depannya. Ia membidik senapan panjangnya tepat di kepala seseorang yang Shia yakini sebagai atasan kelompok itu. Dengan hati-hati, Shia merapatkan bibir senapan panjangnya dan mengamati gerak-gerik mereka, Mengunci targetnya yang saat ini sedang bergerak. Ia mengukur jarak, memperhitungkan faktor angin, dan mengatur nafasnya dengan tenang. Saat yang tepat tiba, Shia mengeluarkan tembakan pertamanya. Suara dentuman senapan panjangnya meluncur di antara reruntuhan, menghujam kegelapan dan menembus udara malam. Peluru melesat dengan kecepatan tinggi, mengunci targetnya yang sedang memberikan perintah pada anak buahnya. Peluru itu mengenai kepala pria tua tersebut, menyapu nyawanya dalam sekejap. Darah menyembur, dan kebingungan melanda di antara rombongan pria itu. Sebelum mereka bisa bereaksi, tembakan kedua menghantam sasaran lain yang berd
Shia duduk dalam sebuah kamar, tangannya terikat dengan tali dan mata yang tertutup oleh kain. Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berakhir di tempat seperti ini, yang pasti Shia yakin jika pelakunya adah George. Pintu terbuka perlahan, suara langkah kaki terdengar mendekati Shia lalu tak lama ikatan yang menutup matanya terlepas. “Bajingan!” Shia mengumpat. Mata biru itu menatap George dengan tajam. Tangan George terulur hendak mengusap kepala Shia namun Shia segala memalingkan pandangannya, menghindari tangan George. Tindakannya itu membuat George tertawa hambar. “Aku sangat menyesal atas apa yang telah terjadi padamu, Shia. Sejujurnya aku tidak ingin kau terlibat dalam semua ini” Suara George terdengar lembut membuat Shia nyaris mual dibuatnya. “Aku tidak pernah bermaksud untuk melukaimu Shia. Ayo kita mulai semuanya dari awal” Ajaknya. Shia berdecih sambil mendengus keras. Mata birunya menampakan binar ejekan “Sebaiknya periksa kesehatan jiwamu ke dokter, sepertinya ada masalah
“Pergilah. Aku sadar jika mendapatkan hatimu hal yang mustahil.” “Huh?” Shia memandang George dengan tatapan bingung, tidak yakin apakah dia bisa percaya pada apa yang baru saja didengarnya. George dengan santainya mengangkat bahu. “Aku bercanda. Apa kau pikir aku akan membiarkanmu pergi setelah melukai wajahku? tentu saja tidak, Shia” ucap Geroge lalu keluar dengan cepat disertai dengan suara pintu yang terkunci. “Bajingan sialan!” ucap Shia dengan wajah kesalnya, dia tertipu oleh Geroge. Malam berlalu dengan cepat. Shia menghela nafas lelah, sudah ini hari kedua dirinya terkurung di kamar minim ini. Dia hanya berbaring di ranjang lalu menatap pemandangan luar dari tempat yang tinggi. Shia perkirakan dia berada disebuah bangunan yang mirip dengan menara, untungnya Geroger berbaik hati tidak mengikat kedua tangan dan kakinya. “Bagaimana kabar daddy?” Shia bergumam Hal yang mudah bagi Shia untuk keluar dari kamar ini namun dia tidak yakin dengan keadaan di luar. Dia tidak tau stru
“Kau menemukannya?” Ucap Dante seraya mengetuk meja kantornya dengan pelan. Dia sedang menunggu laporan Ero yang baru saja membuka kantor pintu Dante. “Mr Pattion membawa Nyonya pergi bersama beberapa pria, kami sudah menelusuri kamera pengintai dan titik terakhir berada di kota Texas. Handphone Nyonya Shia ditemukan disana” ucapnya sambil menyerahkan sebuah handphone dalam kondisi rusak itu. Dante menghela nafas dalam-dalam, mencoba meredakan ketegangan yang merambat di seluruh tubuhnya “Lakukan pencarian Shia secara terbuka dan tandai semua orang yang mencurigakan!” Perintah Dante. Ero mengangguk lalu keluar dari ruangan Dante ‘Kau kehilangannya lagi bodoh’ Seruan itu membuat Dante memejamkan matanya, kepalanya berdenyut sakit setelah beberapa menit matanya terbuka, netra abu-abunya semakin menggelap bersamaan dengan jam tangannya berdering. "Tuan kami mendeteksi sinyal terakhir Nyonya Shia di sebuah bangunan terpencil di pinggiran kota Texas. Sepertinya tempat itu telah lama dit
Shia hanya terbaring di ranjang dingin dan hampa, dengan rantai yang mengikat kedua tangannya dan kakinya. Setiap kali matanya terbuka, ruangan itu terasa semakin sempit dan terang. Syukurnya George memberikannya sebuah kamar dengan jendela sehingga ada cahaya matahari yang masuk. Lina, sosok yang telah menjadi penyiksa dirinya. Terkadang, kekerasan itu berupa tamparan yang membakar pipinya, atau mungkin pukulan yang meninggalkan bekas luka. “Berapa lama waktu yang kau butuhkan Dante?” Shia bergumam menatap ke luar jendela. Jika diperkirakan sudah hampir 5 hari dirinya terkurung ditempat ini dan selama itu Shia tidak tau bagaimana kondisi Dante ataupun Robert yang masih koma. Mata Shia melirik ke kamera yang setia merekam setiap detiknya. Kamera pengawas yang berada disudut kamar. Meskipun tubuhnya terluka dan terpukul, keterlihatan kamera menjadi penjaga bisu atas rahasia yang mungkin saja dapat menjadi kunci kebebasannya. Shia kembali menatap keluar jendela. Sebenarnya hal yang m
Sebuah kapal berjenis Yacht belayar sejauh 10 Km dari bibir pantai sebuah pulau tak berpenghuni. Orang-orang mungkin akan mengira jika itu hanyalah sebuah kapal yang mengangkut para pelancong namun nyatanya kapal itu mengangkut sekelompok mafia yang paling kuat di benua Eropa. Sang pemimpin mafia, yang dikenal sebagai Zedane, memandang pulau tak berpenghuni itu dengan tajam melalui teropongnya. Wajahnya yang dingin dan tegas mencerminkan otoritasnya yang tak terbantahkan di kalangan mafia Eropa. Angin sepoi-sepoi laut mengibaskan rambut hitamnya yang tergerai di udara “Joker!” Panggil Dante dengan suara tegas, memanggil ketua tim shadow-nya. "Tarik mundur semua bawahan yang ikut. Aku akan ke sana sendiri!" Joker, seorang pria yang telah lama setia kepada Zedane dan mengepalai tim bayangan mereka, merasa tidak yakin dengan keputusan ini. "Tapi Tuan-" kata-kata Joker terpotong saat Dante mengarahkan ponselnya pada Joker. “Dia mengundangku untuk datang” Serunya. Layar ponsel Dante me
"Shia..." Panggilan itu membangunkan Shia dari dunianya yang penuh mimpi. Perlahan, dia membuka matanya dan menemukan sosok Robert duduk di sebelah ranjangnya, menggenggam erat tangannya. Senyum tulus terukir di bibir lelaki itu, membawa rasa ketenangan. “Daddy?” Shia bergumam, matanya bertemu dengan mata penuh kasih dari Robert. Dia merasakan kehangatan dan kehadiran ayahnya yang selalu setia. “Ya, Shia, ini daddy. Daddy tidak memiliki banyak waktu dan selalu menunggumu bangun.” Ucap Robert sambil lembut mengusap rambut putrinya. Shia mencoba memahami kata-kata itu. “Di mana Dante?” Meskipun tubuhnya terasa sakit, Shia berusaha bangkit, ingin tahu tentang keadaan saudaranya. Kesadarannya menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit. Robert masih dengan senyumnya yang lembut menjawab “Dia baik-baik saja, dan Shia, hiduplah dengan baik. Kau masih muda, dan hidupmu panjang. Maafkan Daddy untuk semua yang telah terjadi.” Ucapannya membuat kening Shia mengernyit, mencoba memahami mak
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata