Richard dengan mulus membawa Jeany menuju vilanya, saking mulusnya bahkan mereka bisa sampai di vila itu dengan cepat. Sayangnya, meski sudah sampai di vila, Jeany belum juga sadar dari pengaruh obat bius. "Hah, sial. Kapan dia bangun? Ken nggak ngasih dia obat yang aneh-aneh, kan?" desah Richard, yang saat ini membaringkan tubuh istrinya di atas ranjang, lalu mendekat ke arah hidung dan mulut Jeany untuk mencium bau mencurigakan apakah ada racun atau semacamnya."Hmm, sepertinya aman."Setelah memastikan bahwa tidak ada racun atau apa pun, Richard yang bosan menunggu Jeany bangun, akhirnya menghabiskan waktu dengan mendandani sang istri, mengganti baju wanita cantik itu dengan lingerie warna hitam yang Jayden beli di luar negeri. "Cantik," gumam Richard, saat melihat tubuh seksi istrinya yang kini hanya terbalut lingerie seksi berwarna hitam, yang hanya menutup puncak buah dada dan sedikit area intimnya. Membuat penampilan Jeany benar-benar menggoda. "Aaah, kenapa kamu masih sela
Jeany bergumam dengan gelisah, memandang sekeliling untuk mencari jalan keluar dari rumah besar dengan taman indah ini. "Rumah... apa ini?"Jeany memandang sekeliling dengan putus asa. Itu karena rumah ini dikelilingi pagar yang sangat tinggi jadi tak mungkin untuk Jeany menyelinap keluar. Mau tak mau dia harus mencari pintu keluar rumah ini dan segera kabur. Jeany memandang semua makanan di meja sekali lagi. Makanan-makanan itu begitu menggugah selera, sehingga tanpa sadar Jeany menelan ludah. "Aku lapar.... "Dia berkata sambil memegangi perutnya. Tadi saking paniknya gara-gara mendapat telepon bahwa suaminya diculik, Jeany sampai melewatkan makan siang. Dan sekarang sudah senja, perutnya keroncongan. Dia berjalan mendekat untuk melihat semua makanan lezat itu dari dekat, saat tiba-tiba seseorang memeluk dirinya dari belakang. "S-siapa...!"Jeany tentu saja langsung berteriak dengan panik, mencoba melepaskan diri saat merasakan pelukan tiba-tiba dari seorang pria di belakang
“Aku ingin melakukannya di sini.”Richard menjawab dengan tegas. Dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.Keinginan Richard sudah dalam keadaan dimana dia tidak bisa menunda-nunda lagi. Apalagi saat melihat istrinya yang begitu menggoda seperti sekarang, siapa yang akan tahan? Mata Jeany yang terkejut saat mendengar jawaban suaminya, bergetar.“Yah, ini bahkan bukan kamar tidur. Kita hanya perlu beberapa langkah untuk sampai ke sana. Jadi, kenapa kamu tidak bisa menahannya sedikit lagi, Rich? Cuma beberapa langkah aja, kumohon?"Jeany mencoba membujuk. Saat Richard melihat Jeany ragu-ragu untuk bercinta di taman yang luas dan indah ini, matanya menyipit.“Oke, baiklah, kalau kamu mengizinkan aku melayanimu, aku akan bersabar sampai kita pergi ke kamar tidur," jawab Richard akhirnya. "Ya? M-maksudnya?"Jeany tak mengerti apa yang dikatakan suaminya. Meski begitu, yang jelas, Richard saat ini tampak sedikit gila.“Ya. Jadi, kalau kamu membiarkan aku memakanmu, aku akan berhenti men
Lutut Jeany yang goyah dibentangkan lebar-lebar oleh tangan Richard. Sambil berlutut, Richard mengulurkan kelopaknya."Ah!"Jeany seketika mengerang kuat atas ransangan yang diberikan suaminya. Richard membentangkan kelopak Jeany dari kedua sisi, memperlihatkan bunganya yang meneteskan anggur. Richard melihatnya dan menarik napas. Sementara itu, Jeany menelan napasnya yang gemetar, saat ujung lidah Richard yang lembab membelai bunganya.“Ahhhh….”Jeany mengerang sekali lagi, badannya terasa gemetar karena rangsangan manis itu.Richard melirik kuncup bunga yang mulai berdiri.Saat ujung lidahnya menggelitik mata bunga itu, sensasi aneh mulai menyebar."Ah…."Richard memutuskan untuk mencicipi hanya bagian mata bunganya tanpa menyentuh tempat lainnya. Dia menggosoknya ke atas dan ke bawah, mendorongnya dari sisi ke sisi, menggigitnya dengan bibir, dan meremasnya.“Ughhh?! Ahhhh. berhenti…."Jeany mengerang semakin keras. Semua sarafnya seperti beralih ke tempat-tempat yang bahkan ti
Beberapa hari setelah Jeany dan Richard menghabiskan malam yang begitu panas di vila milik Richard.... "Bagaimana hasilnya?"Richard bertanya kepada Kyle tentang hasil penyelidikan peristiwa penculikan Jeany dan menangkap seseorang yang ingin mencelakai istrinya itu. Keduanya hari ini bertemu di kantor Richard. "Sayangnya, semua jejak seperti dihapus dengan rapi, baru kali ini saya kesulitan mencari jejak dari sebuah kejahatan. Maafkan ketidak kompetenan saya, Tuan" jawab Kyle dengan perasaan bersalah. Melihat Richard memijat keningnya, Kyle semakin merasa menyesal karena untuk hal penting seperti ini, dia malah tidak dengan mudah membantu sang bos. "Maafkan saya, Bos."Kyle meminta maaf lagi. "Tidak apa-apa, ayo kita cari pelan-pelan. Aku sudah cukup lega karena bisa menyelamatkan Jeany tepat pada waktunya, meski tentu saja aku tidak akan membiarkan hal seperti ini terjadi lagi di masa depan."Richard menyahut setelah menghela napas dalam-dalam. Dia merasa cukup kesal karena kec
"Kenapa Richard tidak mau jujur padaku?"Adalah kata-kata yang terus digumamkan Jeany selama beberapa jam ini, sambil menghela napas panjang tentunya. Raisa meninggalkan dirinya dalam tanda tanya yang sangat besar atas peristiwa penculikan yang dialami Jeany. Temannya itu, saat Jeany bertanya tentang detail penculikan yang terjadi, malah langsung kabur dengan alasan sibuk dengan pekerjaan. "M-maaf, Jeany. Tiba-tiba ada telepon dari kantor, aku harus segera pergi, maafkan aku!"Dengan alasan seperti itu, Raisa yang sudah menjatuhkan bom malah pergi. "Haaa, bagaimana caranya aku menanyakan ini kepada Richard. Apalagi dia sendiri sepertinya sengaja menyembunyikan ini dariku."Jeany mendesah, memandang langit-langit kamar yang mewah. Dia benar-benar ingin tahu apa yang terjadi hari itu, tapi juga tak mungkin bertanya kepada Richard apa yang terjadi, jika pria itu menyembunyikannya dari Jeany. "Tapi aku sangat penasaran apa yang terjadi! Videonya begitu heboh, itu artinya situasi ben
"Haaa, Jeany. "Richard yang sudah tak bisa menahan diri lagi, akhirnya menarik tubuh langsing sang istri untuk dia dudukkan di atas pahanya yang keras dan kuat."Terima kasih banyak atas perhatian kamu. Tapi jangan menggodaku saat sedang bekerja seperti ini," ujar Richard, sembari menciumi pipi Jeany yang lembut dan harum.Bagaimana bisa dia berpantang berhenti bercinta jika istrinya semenggoda ini?"Siapa yang menggoda, aku hanya sedang ingin memeluk suamiku sendiri, memangnya tidak boleh?" balas Jeany dengan suara manja, membuat Richard otomatis tersenyum pada wanita yang kini berada di pangkuannya."Bukannya tidak boleh.... "Richard menjawab, tapi tak meneruskan ucapannya. Pria itu memandang Jeany penuh kasih, begitu gemas dengan tingkahnya yang manja. Hati Richard selalu menghangat tiap kali melihat wajah cantik istrinya. Sampai detik ini, Jeany adalah segalanya baginya."Hmmm, lalu kenapa tiba-tiba memelukku dari belakang kalau bukan sedang ingin menggoda?" tanya Richard, yan
Pipi Jeany merona merah saat memberikan jawaban pada suaminya.Sedangkan Richard tersenyum lebar mendengar jawaban istrinya yang sangat memuaskan dan mulai naik ke atas tubuh seksi istrinya yang mulai dia lucuti pakaiannya satu persatu."Kamu bilang aku boleh melakukan apa pun, kan? Jangan menyesal nanti kalau aku membuat dirimu tidak bisa bangun dari tidur sampai besok pagi," goda Richard dengan seringai nakal."Itu terdengar menyenangkan," sahut Jeany dengan nada menantang.Dia kini membenamkan wajah di leher pria tampan itu, leher Richard selalu beraroma harum dan terasa hangat. Itu sangat menyenangkan bagi Jeany. "Uhmmm, Rich. Tahu tidak, kamu saat ini terlihat sangat tampan," puji Jeany, yang membuat Richard menyeringai senang dan menciumi dirinya."Bisa saja kamu. Sekarang benar-benar sudah pintar menggoda, ya?" balas Richard, tak berhenti menciumi istrinya. Saat Jeany melihat wajah Richard yang merah padam oleh gairah, sensasi seperti demam naik ke atas kepala wanita itu, kei