"Tapi bekas luka itu sangat istimewa, Jeany."Richard berkata sambil melihat Jeany yang meletakkan mulutnya di puting datarnya. Tentu sangat istimewa baginya, karena luka-luka itu didapatkan Richard saat berusaha melupakan wanita yang kini berada di atas tubuhnya. Saat merasakan bibir kecil Jeany di sana, Richard tiba-tiba merasakan sesuatu yang unik. Hooh, apa ini?Pria itu membatin dengan mata berbinar senang. Richard tiba-tiba menjadi sangat gembira hanya dengan melihat Jeany yang kini berbaring di atas tubuhnya dan meletakkan bibir mungilnya di dadanya. "Diskriminasi itu buruk, Rich," ucap Jeany, yang selama ini dadanya sering dijilat Richard, seperti tengah melakukan balas dendam kecil. Jeany lantas menjilat pvting Richard lagi dengan lidahnya, menyebabkan benjolan kecil itu menjadi tegak dan keras. Jeany bahkan melebarkan lidahnya lebar-lebar dan menelusurinya di sepanjang area dekat pvting. "Unnh."Richard tak bisa untuk tidak mengerang pelan. Dia masih tidak terbiasa den
"Hm, um! Mmmm!"Itulah satu-satunya suara yang bisa dia keluarkan dengan mulut penuh. Itu sangat tidak senonoh sehingga hanya semakin mengobarkan nafsu Richard. Buk, Buk!Dorongan pusaka Richard di mulut Jeany semakin cepat, dan air liur dari mulutnya menetes ke buah zakar Richard. "Uh.... "Sebuah percikan seperti terbang di depan matanya. Pusaka Richard hendak ejakulasi, dan pembuluh darah di atasnya menonjol."Berhenti."Richard dengan kasar mengeluarkan p*nisnya tepat sebelum dia hendak mencapai klimaks. Dia tidak ingin masuk ke mulut Jeany pada oral seks pertama mereka.Pilar merah berlumuran air liur yang keluar dari mulut Jeany, bergetar seolah tidak pucas."Mengapa?"Seperti seorang anak kecil yang mainannya diambil, Jeany menyeka air liur yang bercampur dengan pre-c*m dari tangannya dengan ekspresi kosong.Hal itu membuat Richard mendesah. Wanita seperti apa dia?Richard dibuat sangat terpesona. Jeany sungguh sangat erotis hari ini. "Cukup untuk hari ini, Jeany," ucap Ri
"Nyonya, tuan meninggalkan hadiah ini untuk Anda," ucap Mayes seraya menyerahkan sekeranjang buah segar yang terlihat berkualitas premium kepada Jeany. Saat ini Jeany sedang menghabiskan waktu menjelang sore di taman luar rumahnya yang indah dan cantik.Angin sepoi-sepoi membelai rambutnya, dengan datangnya hadiah dari Richard, suasana menjadi semakin cerah. Parcel buah itu dihias dengan sangat cantik sehingga Jeany otomatis tersenyum saat melihatnya. "Terima kasih, Mayes. Aku juga akan mengucapkan terima kasih kepada Richard.""Ya, Nyonya."Mayes tersenyum saat melihat Jeany ceria dan mengangguk, sebelum kemudian pamit pergi. "Hmm, dia masih ingat jika aku menyukai buah. Betapa romantisnya," ucap Jeany dengan senyuman lebar, terkagum-kagum dengan kejutan yang diberikan suaminya. "Aku akan melakukan selfie dengan parcel buah ini dan mengirimkannya pada Richard," gumam Jeany, mengambil parcel buah dan ponsel, lalu bersiap melakukan selfie. "Hmm, apakah aku terlihat cantik?"Dia
Lelah karena terus memikirkan ucapan mertuanya, Jeany akhirnya tertidur. Dia terbangun oleh kecupan lembut seseorang di pipinya, saat membuka mata, Jeany mendapati suaminya yang sudah pulang ke rumah. "Jeany, apakah sakit? Tidak biasanya kamu tidur jam segini?"Richard menyapa sambil menyentuh kening istrinya, tampak sangat khawatir. Jeany biasanya tidak tidur jam segini, dia bahkan biasanya masih terbangun meski Richard pulang agak larut. Hari ini Richard pulang lebih awal dan mendapati sang istri sudah tertidur, bagaimana dia tidak khawatir? Jeany sendiri begitu tahu jika suaminya sudah pulang, mengucek mata dan segera menggeleng. "Eh? Ah, tidak... aku sehat-sehat saja, Rich. Kamu pulang lebih awal?" tanya Jeany, segera bangkit dan duduk. "Oh, itu... ibuku tadi berkunjung ke kantor dan mengajak makan bersama, dia memaksa aku untuk meninggalkan pekerjaan lebih awal," jawab Richard, mengendikkan bahu."Hmm, begitu. Lalu... apakah ibumu membicarakan sesuatu?" Jeany bertanya den
"Aku tidak bisa terus seperti ini," ucap Jeany, yang awalnya merasa sangat hancur saat membaca status whatsapp mertuanya, kini bertekad untuk diam saja. Jadi, meski jari jemarinya gemetar, Jeany tetap memaksakan diri menulis pesan kepada suaminya, untuk bertanya tentang maksud sang mertua. Richard adalah anak tunggal, jadi siapa lagi yang dimaksud ibu mertuanya selain Richard? [Rich, apa maksud status whatsapp ibu?]Jeany menunggu dengan cemas jawaban suaminya, berharap Richard akan menjawab dengan perkataan yang menenangkan hatinya, tapi balasan pesan Richard adalah.... [Kalau mengganggu, blokir saja.]Saat membaca pesan suaminya, darah di kepala Jeany seperti langsung mendidih. "H-hah?! Apa maksudnya ini? Apa Richard juga setuju dengan rencana ibu?"Jeany membaca pesan suaminya sekali lagi, merasa tak terima kenapa Richard malah menjawab seperti itu, padahal ini jelas-jelas menyangkut pernikahan mereka. "Tidak... kenapa dia menjawab dengan sangat ketus? Apa salahku?" desahnya.
"Aku tidak bisa menahan ini lagi," gumam Jeany, segera berbalik pergi tanpa bertemu dengan suaminya. Hatinya hancur, pikirannya kacau. Selama ini, bagi Jeany, Richard hanya melihat dirinya seorang. Jadi, saat melihat suaminya bisa 'ramah' dengan perempuan lain, apalagi itu adalah perempuan yang dianggap mertua Jeany sebagai menantu baru, Jeany merasa tak bisa berpikir jernih lagi. Dia bergegas masuk mobil, pikirannya benar-benar keluar dari akal sehat, Jeany bahkan tak tahu bagaimana dia bisa sampai di rumah dan sebagainya. Yang Jeany tahu hanyalah, baju-baju miliknya sudah masuk koper dan kini dia sudah dalam perjalanan ke stasiun kereta api. "Anda mau diantar ke mana, Nyonya?""Tinggalkan saja aku di stasiun, aku sudah mengurus sisanya."Jeany menjawab dengan tanpa tenaga, entah kenapa saat melihat koper di sebelah tempat dia duduk, dia merasa sebuah ketenangan yang aneh. Sopir tampak kebingungan, tapi tak bertanya apa pun. "Aku merasa tak sanggup jika melihat Richard untuk
Beberapa saat setelah berada di luar, Richard kembali masuk ruangan dan mendapati Shena yang tersenyum lebar padanya. Ponsel Richard sudah kembali ke tempatnya sehingga Richard sama sekali tak tahu apa yang baru saja dilakukan Shena. Dia hanya merasa gerah dengan senyuman lebar Shena, merasa ingin cepat-cepat menyelesaikan ini dan pulang ke rumah bertemu Jeany. Richard meraih ponsel miliknya, mengerutkan kening saat melihat fakta bahwa ponsel itu sepi tanpa pesan dari Jeany. 'Kenapa dia tak mengirim pesan lagi? Biasanya dia sangat rajin mengirim pesan,' gumam Richard dengan ekspresi muram. Shena yang gelisah ketika melihat ekspresi muram Richard saat menatap ponsel, merasa sedikit panik, takut jika aksinya beberapa waktu ketahuan dan buru-buru berkata. "Dante, bukankah sudah terlalu lama kita membicarakan pekerjaan? Bagaimana kalau makan siang?" tawarnya dengan senyuman manis. "Makan siang? Kamu ingin makan siang?""Ya! Ayo istirahat makan siang," jawab Shena dengan penuh sema
"Ceritakan padaku semuanya, Mayes."Richard berkata dengan suara mendesak, menyadari ke urgensian dalam masalah ini. "Jadi, sejak Nyonya besar datang ke sini.... ""Hah? Tunggu, kapan ibu datang ke sini, Mayes?" potong Richard, merasakan sesuatu yang aneh karena ibunya tidak bercerita sama sekali tentang ini. Jeany juga tidak membicarakan kedatangan ibunya ke Richard, jadi dia sangat terkejut ketika mendengar penuturan Mayes. "Kemarin, Tuan. Beliau datang tanpa pemberitahuan dan juga tidak lama. Beliau langsung menemui nyonya Jeany," jawab Mayes, mengatakan bahwa semua pegawai tahu kedatangan ibu Richard ke sini kemarin, jadi Mayes berani menjamin bahwa dia tidak bohong. "Hm, lanjutkan," titah Richard dengan ekspresi serius. Mayes pun menceritakan segalanya kepada Richard, yang semakin mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut Mayes, keningnya semakin berkerut dalam. "Sial."Begitu tahu semua kronologi, Richard mau tak mau mengumpat pelan. Dia juga tidak bisa untuk tidak men
Kyle masih belum puas meski melihat Luana sepertinya patuh dengan titahnya tersebut sehingga dia mengatakannya sekali lagi. "Apa pun yang mengganggu kamu, kamu harus menceritakan semuanya padaku. Kamu anggap apa aku ini, Luana? Hah?" Kyle mengatakan hal itu dengan ekspresi tersinggung. "M-maafkan saya. Tapi ...." Luana menggigit bibir bawahnya dan tidak meneruskan ucapan. 'Memangnya hubungan apa di antara kita?' Gadis itu hanya berani bertanya dalam hati. Mereka tidak pacaran. Juga belum bertunangan. Sekali-kali membicarakan pernikahan, itu pun kalau tidak dalam bercanda atau karena hutang. Namun, mereka sedekat jarak antara jari tengah dan jari telunjuk. "Ada apa? Kenapa tiba-tiba diam?" Kyle bertanya dengan curiga, sedangkan Luana segera menggeleng dan tersenyum, menyingkirkan kabut di wajah saat memikirkan status hubungan mereka. "Tidak ada apa-apa, Tuan," jawabnya. "Baiklah. Lalu kapan dia menghisap darah kamu untuk kedua kalinya?" Kyle kembali ke topik tentang kapa
Saat ini, hatinya sudah sepenuhnya tercuri oleh Kyle, bagaimana bisa dia menjalani sisa hidupnya dengan orang lain? Kyle segera mengulurkan tangan dan membelai sisi kiri pipi gadis itu, lalu menggeleng pelan. "Dengarkan aku dulu, Luna. Pengantin vampir itu cuma istilah, dengarkan penjelasan aku dulu," hibur Kyle sambil membujuk gadis itu agar berhenti menangis. "M-memangnya bagaimana? Apakah masih ada kesempatan untuk kita ...saling bersama, Tuan?" Luana bertanya dengan suara gemetar. Kyle tidak segera menjawab karena dia sendiri tidak berani memberikan kepastian sebelum tahu semua kebenarannya. Namun, pria itu berjanji akan menyelamatkan Luana dalam situasi ini. "Meskipun kesempatan itu cuma 0,00001 persen, aku tetap akan membuat kita menikah, Luana. Kamu harus percaya padaku," ucap Kyle penuh tekad. Melihat keyakinan di mata Kyle, Luana sedikit menarik napas lega. "B-baiklah. Lalu apa yang dimaksud dengan pengantin vampir itu jika itu bukan berarti saya menjadi pasangan
Kyle serta merta melepaskan pelukan gadis itu dan menatap Luana dengan kedua mata agak sipitnya itu membelalak lebar. "Tuan, sudah saya bilang jangan memarahi saya! Saya takut, Tuan ...." Luana malah merangsek masuk ke dalam pelukan Kyle dan menyembunyikan wajahnya di sana, dia mengeratkan pelukan karena takut disingkirkan oleh pria itu. "Ya ampun. Astaga.... ini gila." Kyle hanya bisa menghela napas panjang dan menyugar rambutnya sekali lagi melihat Luana yang meringkuk ketakutan dalam pelukannya. "Jangan marah ... saya, saya benar-benar tidak tahu ...." Luana kini terisak-isak pelan dalam pelukan Kyle, sepertinya gadis itu paling takut melihat Kyle marah. Melihat Luana yang menangis, Kyle akhirnya berhasil menahan amarahnya dan mengelus pelan punggung Luana. "Katakan padaku. Jadi dia sudah pernah dua kali menghisap darahmu, Luana?" "iya. Kenapa memangnya, Tuan?" "Bajingan!" desis Kyle dengan geram, tangannya terkepal erat. "Tuan, saya minta maaf!" seru Luana
Luana yang ekspresinya melunak karena mendapat pelukan dari Kyle, mengangguk. Kini tak ada lagi keraguan dalam ekspresinya. "Anda tahu, kan, kalau dia itu vampir?" Gadis itu memulai ceritanya dengan pertanyaan. "Tentu saja aku tahu, Luna." Kyle mengangguk untuk mendukung gadis itu melanjutkan. "Dan dia itu vampir darah murni," lanjutnya yang dibalas Kyle dengan tatapan tertarik. "Yeah, sayang sekali sikap dia yang sangat pemalas dan aneh itu benar-benar mencoreng nama para vampir bangsawan." Kyle kembali membicarakan Gio yang benar-benar berbeda dengan vampir darah murni pada umumnya tersebut. Luana mengangguk-angguk. "Ah, dia memang aneh, sih. Bahkan sangat aneh," sahutnya setuju dengan ucapan pria yang sedang memeluknya ini. "Betul, bahkan orang tuanya sendiri juga sudah pasrah punya anak seperti dia," tukas Kyle dengan ekspresi prihatin, mengingat bagaimana ketua klan vampir yang hampir angkat tangan dengan kelakuan putranya tersebut. Ahh, Kyle tiba-tiba ingat sesuatu.
"Sekali lagi, itu tugasku, Luna. Kamu nggak usah memikirkan hal yang bukan bagianmu. Tugasmu hanya satu, yaitu selalu bahagia." Ucapan yang meski diucapkan dengan nada datar ala tanpa emosi Kyletersebut, membuat dada Luana rasanya mengembang bahagia. Mungkin karena cinta, sehingga hal biasa seperti itu terdengar luar biasa di telinga Luana, mungkin juga karena jarang sekali Kyle mengatakan hal seperti itu pada orang lain, sehingga Luana merasa istimewa. Kyle yang tidak sadar bahwa kata-katanya tersebut membuat hati seorang gadis meleleh, melanjutkan. "Sedang tugasku adalah membuatkamu bahagia, jadi masalah-masalah nggak penting seperti itu nggak usah kamu pikirkan lagi, mengerti, Luna?" Kyle mengatakan itu dengan suara tegas. "Ya ampun, Tuan...." Luana yang terharu, segera mermeluk erat bos-nya tersebut, tidak menyangka bahwa pria yang dulu saat SMA begitu menyebalkan dan terus mengganggu dirinya, kini tumbuh menjadi pria yang dapat dipercaya seperti ini. Benar-benar pertumb
"Anda ini bicara apa, sih, Tuan?" Luana mencubit pelan punggung tangan Kyle yang melingkar di perutnya, memiringkan kepala untuk menatap bos-nya. Mendadak gadis itu kesal kepada sang bosyang terlalu mudah curiga dengannya,untuk mengungkapkan rasa kesalnyatersebut, Luana pun memukul pelan punggung tangan Kyle karena tidak puas hanya dengan mencubitnya saja. Sementara itu Kyle balas memandang dirinya dengan ekspresi muka ditekuk, membuat Luana menarik napas panjang dan turun dari pangkuannya. Dia kini duduk di samping sang bos dan memegang kedua tanganya, menggenggam telapak tangan yang besar dan hangat meski sedikit kepalan tersebut. "Tuan, Anda kenapa punya pikiran sesempit itu?" keluhnya sambil sekali lagi menghela napas panjang. "Pikiran sempit katamu?" bantah Kyle, tak terima. Luana menggeleng dengan ekspresi cemberut, menatap intens pria yang tampak tersinggung dengan ucapannya itu. "Tentu saja. Saya benar-benar kecewa saat tahu Anda ternyata mengukur perasaan saya seda
"A-apa, Tuan? Pernikahan?" Mulut Luana membulat dengan tatapan bingung saat Kyle menyebut kata pernikahan. Kyle yang berada di atasnya balas memandang gadis di bawahnya dengan bertanya-tanya. "Kenapa kamu seperti linglung begitu saat aku menyebut kata menikah, Luana?" Atas pertanyaan tersebut Luana mengulurkan tangannya dan membelai pipi Kyle yang mulus. Ah, tidak. Tidak mulus karena saat ini adalah satu jerawat kecil nakal berwarna merah muda yang berada di pipi dekat telinga pria itu. Hal itu serta merta membuat konsentrasi Luana buyar dan membuat bibir gadis mungil itu cemberut. "Ish, bagaimana bisa, sih, Anda sampai jerawatan seperti ini, Tuan?Tunggu sebentar, saya akan mengambilkan Anda salep. Saya tidak terima wajah Anda yang setampan dewa ini sampai ditumbuhi jerawat!" Dia melayangkan protes. Luana, dengan lihainya meloloskan diri dari kungkungan Kyle dan berjalan menuju meja rias tak jauh darinya. Kyle hanya mengendikkan bahu dan duduk di tepi ranjang, menunggu g
Anehnya, hal itu tidak ada terjadi hari ini. Di bagian depan celana, hanya ada basah di bagian yang terletak di antara dua pahanya. Seperti normalnya orang yang baru saja mengeluarkan sperma. Sungguh aneh. Cairan itu seperti cairan pria pada umumnya sekarang. Apa yang membuatnya berbeda dengan kejadian ketika di ruangan kantor nya waktu itu? Apakah karena saat itu Kyle sedang berada diambang kehilangan kekuatan, sehingga cairannya juga berpengaruh? Hal ini harus ia bicarakan dengan Rion lagi. Setelah mencapai kesimpulan itu, Kyle bernapas lega dan memandang gadisnya dengan penuh cinta. "Kamu tadi mau melakukan apa sebelum aku ke sini, Luna?" Kyle bertanya kepada Luana yang masih betah memeluk dirinya. "Eummm, makan. Mau merebus mie tadi." Gadis itu menjawab malu-malu. "Ya sudah, sana ke kamar mandi, aku juga mau ambil celana dan baju bersih di mobil. Habis itu kita makan bersama, ya?" ucap Kyle. Luana mengangguk dan dibantu Kyle turun dari meja. Pria i
Luana terengah-engah karena payudaranya terus dimainkan Kyle, sedangkan Kyle sibuk dengan semua ketegangan dalam dirinya. "Biarkan aku melakukan ini, Lun. Aku sangat merindukannya," ucap Kyle dengan nada tegas. Pria itu memandang payudara Luana dengan sikap menghamba. Di mata Kyle, milik Luana ini selalu yang terbaik. Kedua bulatan itu besar, bulat sempurna, segar, putih mulus dan penuh, seperti mengundang Kyle untuk melesak kan mulutnya di sana, sampai benda itu terhisap sepenuhnya di mulut Kyle. "Ah, aku nggak tahan," desahnya dengan ekspresi serius saat memandang payudara besar Luana, seakan-akan itu cobaan paling berat dalam hidupnya. Pria itu benar-benar tak sabar untuk menggigit bulatan besar milik Luana yang seperti bakpao baru matang tersebut, dengan puncak berwarna merah muda yang menggoda. Pria itu tak sabar untuk melakukan banyak hal di sana. Jadi, Kyle pun mendekatkan mulutnya ke payudara Luana yang terbuka, dan mulai menjilat serta menyedot putingnya y