Share

Pertengkaran

Mendengar itu, Aziya menelan ludah kasar. Rasa sakit makin menusuk di dadanya.

Tidak, seharusnya dia merasa puas dan senang atas keputusan Galih untuk melepaskan dirinya. Bukankah itu yang dia maksudkan tadi?

Mereka telah kembali ke Villa. Aziya dan Galih mengambil posisi tidurnya masing-masing.

Galih terlihat sangat lelah dan iapun merebahkan tubuhnya di sofa. Meskipun ia sebenarnya tidak bisa memejamkan matanya saat teringat keinginan Aziya untuk pergi.

Begitu juga Aziya, ia diam di dalam selimutnya tanpa bisa memejamkan matanya karena merasa terpukul dengan keinginan Galih untuk mengakhiri semuanya.

Pagi harinya mereka terlihat bangun kesiangan. Baik Galih ataupun Aziya merasakan tubuhnya sangat letih.

Merasa sudah siang, secara tidak sengaja mereka sama-sama bergegas ke kamar mandi dan bertemu tepat di pintu kamar mandi.

Kebetulan Aziya lebih dulu melangkah dan sebelah kakinya sudah masuk di lantai kamar mandi.

"Aku duluan, pergilah ke tempatmu dulu," pinta Aziya.

"Kenapa begitu,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status