"aku benar-benar tidak mengerti maksud kamu mas. Bicaralah dengan jelas" desak Ayrin."Kamu kenapa menyembunyikan tentang janin yang ada di dalam kandungan kamu saat ini ?"Mata Ayrin membulat, ia menelan salivanya dengan kasar. "Mas, ta....tahu dari mana ?" Ucapnya dengan terbata-bata karena gugup."Dari dokter yang memeriksa kamu. Dia mengatakan kalau kamu saat ini sedang mengandung" jawab Briyan dengan wajah dingin. "Apa kamu ingin membantah kalau kamu sedang hamil ?" Lanjutnya.Ayrin menghembus napas dengan lembut untuk menormalkan perasaannya yang gugup. "Aku tidak akan membantahnya, aku memang sedang mengandung saat ini dan usia kandunganku 3 bulan 2 Minggu" Briyan tersenyum seribu arti. "Usia kandungan kamu sudah 3 bulan dua Minggu, tetapi kamu tidak pernah mengatakannya padaku. Jika bukan dokter yang mengatakannya ! Mungkin sampai kamu melahirkan aku tidak akan mengetahuinya" "Maaf mas, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya dari kamu, tapi......" "Tapi karena anak itu
Bijaklah dalam membaca, karena di bab ini sedikit panas, dan khusus untuk orang yang sudah berkeluarga.================Matahari telah menyembunyikan sinarnya, kini digantikan dengan cahaya bulan. Ayrin yang duduk sendiri di balkon kamarnya, membayangkan betapa eratnya pelukan Sarah dan Briyan saat di rumah sakit. Entah mengapa hatinya terasa sakit seperti tertusuk jarum, selama ini ia tidak pernah merasa hal aneh seperti ini."Ternyata kamu di sini" ucap Briyan dari pintu balkon.Mendengar suara Briyan, sontak membuat Ayrin menjerit karena terkejut. "Aw....." Jerit Ayrin."Mas Briyan, kamu membuatku terkejut tahu" gerutu Ayrin dengan kesal. Briyan melangkah menghampiri Ayrin, lalu duduk di atas kursi. "Ini kan sudah larut malam, kenapa masih di luar ?" Ucapnya."Aku bosan di dalam kamar terus mas" jawab jujur Ayrin. Tentu Ayrin merasa bosan di dalam kamar, karena dia hanya sendiri dan tidak memiliki teman untuk cerita."Bosan karena sendiri ?" Todong Briyan."Hm..." Jawab singkat A
Kicauan burung dari taman menambah romantisnya suasana pagi. Seorang pria tampan tengah memandang wajah cantik wanita yang tertidur pulas di sampingnya. Briyan beberapa kali menyunggingkan senyum di bibirnya."Kamu benar-benar cantik Ayrin, aku sangat beruntung bisa memilikimu" ucapnya dengan lembut dan nyaris tidak terdengar.Tok....tok ..tok... Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Briyan menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, ia dengan lembut menggeser tubuhnya agar tidak membangunkan Ayrin dari tidurnya.Cek....lek.... pintu terbuka."Kakak" ucap Deny dari balik pintu. Sudah kebiasaan pria tampan itu sebelum berangkat ke kantor selalu menemui Ayrin terlebih dahulu."Kamu mau ngapain pagi-pagi ketuk pintu ?" Tanya Briyan."Mau lihat kak Ayrin lah" Deny berusaha menerobos Briyan untuk masuk ke dalam kamar. Tetapi Briyan menghalanginya."Jangan masuk, Ayrin masih tidur. Kamu tahu kan kalau dokter memintanya untuk banyak istirahat" dalih Briyan. Sebenarnya bukan itu alasan
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, namun Briyan belum juga kembali ke kediaman Barata. Padahal saat Deny dan Eribka bertanya ! Briyan mengatakan kalau dia akan kembali ke kediaman Barata."Ma, kok perasaan aku enggak enak ya ?" Keluh Ayrin yang sedari tadi khawatir menunggu Briyan kembali."Tenang sayang, paling Briyan sedang menenangkan diri bersama teman-temannya atau lagi di tempat hiburan" jawab Pamela. "Perasaanku juga enggak enak Tante, sama seperti Ayrin" sahut Eribka. Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga."Tapi iya juga ma, nomor kak Briyan tidak bisa dihubungi dari tadi" timpal Deny yang membuat jantung Pamela berdegup kencang."Atau aku coba cari kakak dulu" lanjut Deny."Iya sayang, coba cari kakakmu ke apartemen, ke tempat teman-temannya atau ke tempat yang sering dia kunjungi" Deny bergegas meninggalkan kediaman Barata. Bukan hanya dia saja, tetapi kedua sopir pribadi keluarga Barata ikut mencari Briyan. Mereka berpencar dan membawa mobilnya masing-ma
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Briyan sudah mulai membaik. Tapi ia tetap saja tidak mengenali Ayrin, Pamela, Deny, Eribka dan semua teman-temannya. Dokter mengatakan kalau Briyan mengalami amnesia akibat benturan di kepalanya saat kecelakaan. Dokter juga mengatakan kalau ingatan Briyan pasti pulih kembali seperti yang dulu."Mas makan dulu ya ?" Bujuk Ayrin sambil menyodorkan sesuap nasi ke mulut Briyan. Dalam satu Minggu ini Ayrin tidak pernah meninggalkan Briyan walau hanya sebentar pun. Ia makan, mandi dan tidur di sana. Begitu juga dengan Pamela."Aku enggak lapar" tolak Briyan."Mas harus makan, biar kita bisa pulang hari ini" Ayrin kembali membujuk Briyan dengan lembut. Ia bersikap seperti seorang ibu kepada anak."Tapi aku enggak lapar" Briyan tetap saja menolak.Ayrin menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan lembut dari mulut. "Ya sudah kalau enggak mau" Ayrin kembali menaruh makanannya di atas meja."Kamu siapa sih ?" Tiba-tiba pertanyaan itu ke luar lagi dari m
Tiga hari telah berlalu, kondisi Briyan sudah mulai membaik, luka yang ada di keningnya kini sudah tidak diperban lagi, namun tidak dengan ingatnya. Pria tampan itu masih melanjutkan sandiwaranya. Ia memang kasihan melihat Ayrin yang selalu berusaha mengingatkan tentang masa lalu mereka. Terkadang Briyan sudah berpikir untuk mengakhiri sandiwaranya, tetapi ia takut jika Ayrin mengabaikannya nanti.Tok...tok....tok.... seseorang mengetuk pintu kamar Ayrin. "Masuk" suara lembut dari dalam sana."Permisi nyonya" pelayan menjulurkan kepala dari balik pintu. "Iya bibi""Maaf nyonya, di ruang tamu ada yang ingin bertemu dengan nyonya" ucap pelayan."Baik bi, sebentar lagi aku ke sana" ucap Ayrin. Ia bangkit dari sofa berniat untuk menemui tamu yang menunggunya di lantai satu."Kamu mau ke mana ?" Tanya Briyan yang berbaring di tempat tidur."Aku mau bawah sebentar mas, kata bibi ada tamu" jawab jujur Ayrin."Aku ikut, setiap hari di dalam kamar sungguh membuatku bosan" keluh Briyan. Selam
Setelah Sarah pergi meninggalkan kediaman Barata, Ayrin membawa Briyan masuk ke dalam kamar. Ia meminta pria tampan itu untuk istirahat. Tetapi saat Ayrin akan beranjak dari sisi ranjang ! Briyan mencengkram pergelangan tangannya."Ada apa mas ?" Tanya Ayrin dengan lembut.Briyan menarik tangan Ayrin agar kembali duduk. "Kamu itu sebenarnya siapa ?" Ucap Briyan. Ia penasaran apa jawaban Ayrin."Aku Ayrin mas, aku ini istri kamu" jawab Ayrin dengan wajah yang sedih dan kedua bola matanya berkaca-kaca. Hatinya pedih bagaikan teriris sembilu setiap kali Briyan bertanya siapa dia.Briyan mengerakkan tubuhnya untuk mendekati Ayrin yang duduk di sisi ranjang. Ia dengan lembut mengecup bibir wanita cantik itu. "Jika kamu adalah istriku ! Biasakah kamu melayaniku" ucapnya dengan lembut.Ayrin menelan saliva dengan kasar, ia terkejut mendengar kata-kata yang baru ke luar dari mulut suaminya. "Jangan sekarang ya ?" Ucapnya dengan nada membujuk agar Briyan tidak tersinggung."Kenapa ? Tapi kamu
Setelah 15 menit di dalam kamar, akhirnya dokter ke luar dari sana. Ia mengatakan kepada keluarga Barata kalau ingatan Briyan sudah 50% pulih. Tentu ucapan dokter itu kabar bahagia bagi Ayrin."Jadi bagaimana dok, apa aku masih tetap membawanya ke luar negeri ?" Tanya Pamela kepada dokter yang menangani Briyan."Menurutku tidak perlu nyonya. Sebab tuan Briyan sudah mengigat nyonya, adiknya dan sedikit tentang masa lalunya" "Oh.... yasudah kalau begitu" Pamela menuruti apa yang dikatakan dokter.Tentu Ayrin semakin semangat karena Pamela tidak jadi membawa Briyan berobat ke luar negeri. Walaupun suaminya itu tidak mengenalnya saat ini ! Tetapi Ayrin selalu ingin dekat di sisi Briyan."Dok, apa sudah bisa menemui mas Briyan ?" Tanya Ayrin."Silahkan nyonya" Ayrin bergegas masuk ke dalam kamar, ia tersenyum sambil melangkah menghampiri Briyan yang duduk bersandar di atas tempat tidur."Mas" panggil Ayrin.Briyan menegakkan kepala untuk melihat Ayrin. "Kamu kenapa masuk ke kamarku Ayrin