"Ibu......." Teriak seorang wanita cantik saat melihat ibunya ditabrak sebuah mobil mewah berwarna hitam saat pulang bekerja dari pabrik tahu. Mendengar teriakan Ayrin, para warga datang kelokasi kejadian. Gadis malang itu menangis dan memeluk erat ibunya yang bersimbah darah di tengah jalan, dengan seorang wanita parubaya yang berdiri seperti patung di sampingnya, dengan wajah yang pucat.Wanita paru baya itu tersadar saat warga menghancurkan kaca mobilnya. Dia tidak peduli dengan mobilnya dia berlari mendekati Ayrin dan meminta tolong kepada warga untuk membawa wanita yang ia tabrak itu.Warga dengan sigap membantu dan membawa ke klinik yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian. Setelah sampai di klinik namun ibu Ayrin tidak dapat diselamatkan. Dia telah menghembuskan nafas saat perjalanan menuju klinik. "Maaf pasien tidak dapat diselamatkan" ucap dokter kepada Ayrin dan wanita parubaya itu. Setelah dokter selesai berbicara Ayrin j
Tenang saja sayang, semu sudah di urus.*******Setelah pemakaman ibu Ayrin selesai, mereka kembali kerumah, masyarakat sangat peduli kepada Ayrin, Meraka merasa kasihan, karena dia menjadi anak yatim piatu dan akan tinggal sendiri di rumahnya. Ayah dan ibu Ayrin sangat dikenal di desa itu, karena semasa hidupnya, mereka selalu ramah dan selalu ikut dalam kegiatan desa.Ayrin anak satu-satunya, dia tidak memiliki adik atau kakak. Bahkan dia tidak memiliki keluarga. Karena ayah dan ibunya tidak mendapat restu dari keluarga masing-masing, jadi mereka melarikan diri dan tinggal di sebuah desa terpencil yaitu desa Bukit Kehidupan. Disana lah ia dilahirkan dan di besarkan.Saat Pamela melihat benda bulat yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukkan pukul 8 malam, dia mulai merasa cemas. Karena takut Briyan akan mencarinya, karena dia tidak pernah pulang larut malam."Sayang....aku berpikir akan membawa kamu untuk tinggal bersam
Ke esokan harinya tepat pukul 05.30, Pamela telah berangkat dengan Hendrik sang sopir dan Riana sang pelayan, menuju desa Bukit Kehidupan. Jarak dari kota kedesa itu memakan waktu 3 jam.Di perjalanan Pamela sudah membulatkan niatnya untuk membawa Ayrin ikut tinggal bersamanya. Tepat pukul 08.30 mereka telah tiba di rumah Ayrin.Saat itu Ayrin dan Eribka sedang bersiap-siap untuk berangkat ke makam ibunya. Dia kaget saat melihat Pamela turun dari mobil. Walaupun hatinya sakit tetapi dia selalu berusaha untuk tersenyum."Mau kemana sayang" ucap Pamela saat tiba di pintu rumah dan melihat satu botol air di tangan Ayrin."Saya ingin ke makam ibuku Nona" ucap Ayrin sambil menundukkan kepalanya."Apa aku bisa ikut bersamamu ?"Ayrin hanya menganggukkan kepalanya ke pada Pamela. Sekitar 10 menit mereka pun tiba di makam ibu Ayrin.
"Mama sudah pulang?" Sapa Briyan saat melihat Pamela menaiki anak tangga."Iya sayang, mama tunggu kamu di kamar, ada yang harus mama bicarakan kepadamu, ini sangat penting.""Apa harus sekarang mama" Lalu Briyan melirik Sarah dan menaikkan ke dua alis matanya."Ya.... Mama tunggu kamu" jawab Pamela lalu ia melanjutkan langkah kakinya, sebelum ia masuk kedalam kamar, dia melihat Sarah dengan tatapan dingi."Honey, kamu tunggu disi, aku menemui mama dulu, aku tidak akan lama" ucap Briyan sambil mencubit manja hidung Sarah."Sayang aku pulang saja, aku tidak mau di tinggal sendiri, lagi pula ini sudah malam, besok aku ada pemotretan. Gak apa-apa kan sayang ?" Bujuk Sarah sambil memeluk pinggul Briyan."Baik lah, tapi maaf Honey aku tidak bisa mengantar kamu pulang, kamu di antar sama Hendrik gak apa-apa kan Honey""Tidak usah sayang, aku su
Tuju hari telah berlalu, di desa Bukit Kehidupan, Ayrin sedang menyiapkan semua keperluan untuk acara doa sore nanti dan di bantu oleh Eribka dan para tetangga. Dia juga sudah menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa pindah ke kota. Sesungguhnya dia tidak ingin meninggalkan desa itu.Eribka yang sedari tadi memperlihatkan wajah Ayrin yang penuh dengan keraguan, lalu ia berusaha menyakinkannya."Apa yang kamu pikirkan Ay ?" Tanya Eribka. Dia selalu memanggil Eribka dengan panggilan *Ay*"Saya merasa ragu untuk ikut bersama Nona Pamela, kitakan baru mengenalnya.""Tidak ada yang perlu di ragukan, aku percaya Nona Pamela adalah orang yang baik, aku bisa melihat ketulusan hatinya untuk menjadikan kamu sebagai anaknya. Percayalah kepadaku" ucap Eribka sambil membantu Ayrin memasukkan pakaiannya ke dalam tas."Aku takut Rib, bagaimana jika keluarganya yang lain tidak setuju aku tinggal di sana?"&n
Ayrin langsung membulatkan matanya ke arah Pamela. Begitu juga dengan semua orang yang ada disana. Mereka sangat kaget saat mendengar kata*Barata*. Karena keluarga Barata cukup terkenal, mereka adalah pemilik perusahaan Arsitektur dan Berlian terbesar di Indonesia. Bukan hanya di dalam negeri tetapi di luar negeri juga mereka memiliki perusahaan seperti di Prancis, Singapore, dan Cina."Dia adalah Nyonya Barata ? aku tidak percaya ini." Ucap para warga."Putra dari keluarga barata sering muncul di televisi dan majalah, dia kan uda punya pacar yang berprofesi sebagai Model. Ucap salasatu wanita kepada wanita yang duduk di sampingnya"Iya....iya....saya tahu, kalau tidak salah nama model itu Sarah, yang selalu berpakaian seksi""Iya..iya itu benar sekali." Mereka tiba-tiba terdiam saat melihat Pamela sedang menatap ke arah mereka."Benar anak saya Briyan sering muncul di tele
Ayrin mengekor dari belakang Pamela untuk menaiki anak tangga menuju kamar yang berada di lantai dua. Saat Pamela membuka pintu kamar, Ayrin tidak berani untuk masuk, dia hanya berdiri di pintu. "Ayo masuk sayang, kenapa berdiri disana ? Ucap Pamela dengan lembut. Lalu Ayrin masuk ke dalam kamar dan mendekati Pamela yang berdiri di dekat tempat tidur. "Untuk sementara, kamu tinggal di kamar ini, nanti setelah kamu sudah menikah, baru pindah ke kamar Briyan. Gak apa-apa kan sayang." Ucap Pamela dengan senyum. "Ma...ma..maksudnya aku tinggal sendiri di kar ini ?" Tanya Ayrin dengan terbata-bata. "Iya sayang, untuk sementara saja. Ada apa ? Kamu takut tidur sendirian ?" Tanya Pamela saat melihat wajah Ayrin berubah menjadi tegang. "Tidak mama. Cuma ini kamar terlalu besar untuk aku sendiri, apa tidak ada kamar yang lebih kecil dari ini" jawab Ayrin dengan polosnya.
"Briyan hari ini tolong temani mamah ke mall yah" tanya Pamela setelah mereka selesai sarapan pagi."Oke mah, tapi mamah janji tidak akan lama yah ?" Ancam Briyan. Karena dia paham jika Pamela berbelanja, pasti butuh waktu lama. Padahal ia sangat malas menginjakkan kaki di mall"Mamah gak bisa janji, yang berbelanja bukan hanya mamah, tapi Ayrin juga ikut""Nah kalau mamah perginya dengan dia ? Kenapa aku harus ikut ? Kan mamah uda ada teman""Ow iya....mamah lupa kalau siang ini ada pertemuan dengan ibu-ibu arisan. Mamah minta tolong temani Ayrin ya sayang ?" Pamela sengaja membuat alasan, ia ingin mendekatkan Briyan dan Ayrin."Hm.. baiklah" Briyan terpaksa mengikuti permintaan Pamela."Sayang selesai ini, kamu siap-siap yah ? Biar Briyan yang menemani kamu, ambil saja mana yang kamu suka, nanti mamah kasi kamu kartu kredit." Ucap Pamela kepada Ayrin yang duduk di kursi tepat di sampingnya.Sudah satu jam Pamela dan Ayrin menunggu B
Dua bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Ayrin memasuki 9 bulan. Bahkan beberapa hari terakhir ini Ayrin sudah sering merasa sakit dan mulas di bagian perut. Namun saat periksa, dokter mengatakan kalau itu hanya kontraksi palsu. Jadi Ayrin hanya bisa melakukan jalan-jalan pagi dan sore hari, agar mempermudah persalinannya saat melahirkan nanti.Briyan dan Pamela sudah berkeras untuk meminta Ayrin melakukan operasi, keduanya merasa kasihan setiap kali Ayrin meringis kesakitan akibat kontraksi. Tetapi Ayrin menolak, wanita cantik itu sudah membulatkan niatnya untuk melahirkan normal. Ayrin merasa takut membayangkan jarum suntik, karena ia memang fobia dengan suntik."Sayang, kita lakukan operasi saja ya ?" Bujuk Briyan. Saat ini mereka sedang jalan-jalan pagi di taman yang ada di pekarangan kediaman Barata."Enggak mas, aku mau melahirkan normal. Aku ingin menjadi wanita yang sesungguhnya. Jika masih bisa normal, kenapa harus operasi ? Orang yang melakukan operasi itu ka
Tepat pukul 12, Ayrin dan Briyan sudah tiba di pusat perbelanjaan. Sebelum berburu pakaian bayi ! Keduanya terlebih dahulu makan siang. Saat keduanya sedang asik menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang menyapa mereka."Apa kabar Ayrin ?"Briyan dan Ayrin refleks menegakkan kepala secara bersamaan. "Kamu" ucap Briyan dengan nada yang lantang."Jangan mas, kamu harus tenang" Ayrin memeluk Briyan. Ia tidak mau jika suaminya itu sampai memukul Aldo. "Santai bro, aku datang kemari bukan untuk menganggu istrimu. Tetapi aku ingin mengatakan kalau bayi yang ada di dalam kandungan Ayrin adalah milikku" ucap Aldo yang membuat Briyan semakin marah."Tutup mulutmu" sentak Ayrin. "Jangan berusaha menghancurkan hubungan orang lain" lanjutnya."Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hubungan kalian, tetapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya" Briyan langsung menarik leher baju Aldo. "Tutup mulutmu sebelum aku menghancurkannya" Pengaman kafe datang menghampiri mereka, "silahkan pergi tuan, and
Akibat jatuh dari pohon, hari ini Briyan tidak masuk kantor. Tubuh pria tampan itu terasa remuk, bahkan ia jadi demam. Hal itu membuat Ayrin merasa bersalah. Ia tidak tega melihat suaminya meringis kesakitan, bahkan satu malam ini Briyan tidak bisa tidur."Mas, aku panggil tukang pijit ya ?" Ucap Ayrin."Enggak usah sayang" tolak Briyan."Kenapa gak usah ? Nanti kalau enggak dipijit sembuhnya lama loh mas" "Aku bukannya gak mau dipijat" sahut Briyan."Terus, enggak mau apa ?""Gak mau orang lain yang pijit, maunya kamu" jawab Briyan sambil tersenyum licik."Tapi aku gak ngerti pijit mas ?""Aku gak mau tahu, yang penting berani berbuat harus berani bertanggung jawab" protes Briyan."Baiklah kalau begitu" Ayrin bangkit dari ranjang melangkah menuju meja rias, lalu mengambil minyak telon dari sana."Ets ... tunggu dulu" Briyan menghindar saat Ayrin ingin menyentuh tubuhnya."Apalagi sih mas ?""Kamu ikhlas enggak untuk pijat aku ?" Tanya Briyan."Ya ikhlas dong mas" "Kalau ikhlas, kam
Dua bulan telah berlalu, di mana hari ini keluarga Barata sedang mengadakan acara 7 bulan kandungan Ayrin. Tamu yang berdatangan bukan hanya dari golongan atas atau sesama pengusaha, dan bukan pula hanya tamu dari Jakarta. Tetapi juga tamu dari desa Bukit Kehidupan, yaitu desa kelahiran Ayrin.Pamela sengaja mengundang seluruh warga desa itu demi membahagiakan Ayrin. Ia tahu kalau menantunya itu pasti tidak menginginkan yang lain selain kehadiran warga desa yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.Acara itupun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Kini warga desa sudah bersiap-siap untuk kembali ke desa Bukit Kehidupan. Sebenarnya Pamela dan Briyan meminta mereka untuk menginap karena hari sudah malam dan menunjukkan pukul 8. Tetapi warga desa menolak, mereka tetap meminta untuk pulang malam ini. Sebab banyak diantara mereka yang harus bekerja besok pagi dan anak-anak mereka harus sekolah."Dada" ucap Ayrin sambil melambaikan tangan ke arah bus pariwisata yang membawa ro
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, di mana Briyan dan Ayrin saat ini sedang dalam perjalanan menuju sebuah kafe tempat mereka untuk bertemu dengan klien."Mas, mas, berhenti sebentar" ucap Ayrin.Briyan menghentikan mobilnya di sisi jalan. "Ada apa sayang ?""Aku mau itu dong mas" Ayrin menunjuk ke arah seberang jalan. Dan diikuti kepala Briyan, pria tampan itu tersenyum setelah melihat apa yang ditunjuk oleh Ayrin."Itu enggak bagus untuk wanita hamil sayang, soalnya itu makanan mengandung pewarna" ucap Briyan dengan lembut.Ayrin tersenyum, "tapi aku pengen itu mas" "Tapi janji makannya gak banyak-banyak" tegas Briyan. Ia ragu untuk memberikan Ayrin makanan sembarangan, sebab dokter mengatakan kalau kandungan wanita cantik itu sangat lemah, bahkan dokter menyarankan untuk istirahat total hingga usia kandungannya 5 bulan.Ayrin mengangkat dua jari tangan berbentuk V. "Janji" ucapnya dengan riang."Oke, kamu tunggu di sini ya ?" Briyan membuka pintu lalu menyebrang jalan untuk m
Kicauan burung di pagi hari membangunkan Briyan dari tidurnya. Pria tampan itu membuka mata dengan malas sambil tersenyum melihat wanita cantik yang tertidur pulas di sampingnya, dengan posisi menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal.Briyan mengelus ujung kepala Ayrin dengan lembut. "Aku bahagia bisa memilikimu Ayrin. Bahkan aku pria yang paling beruntung di dunia" ucapnya dengan lembut dan nyaris tidak terdengar."I love you sayang" ucap Briyan sambil mengecup kening Ayrin. Sentuhan lembut dari Briyan membuat Ayrin membuka mata. "Mas sudah bangun ?" Ucapnya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dengan selimut.Bukanya menjawab, Briyan malah balik bertanya. "Kenapa wajahnya disembunyikan sayang ?""Malu mas" jawab jujur Ayrin. Rasanya enggan pede menunjukkan wajah bantalnya kepada Briyan. Briyan menarik paksa selimut yang menutupi wajah Ayrin. "Kamu itu cantik banget tahu" puji Briyan."Tapi aku enggak pede mas""Kok gak pede, aku ini suami kamu loh sayang !" Bujuk Briyan. Ia be
Setelah 15 menit di dalam kamar, akhirnya dokter ke luar dari sana. Ia mengatakan kepada keluarga Barata kalau ingatan Briyan sudah 50% pulih. Tentu ucapan dokter itu kabar bahagia bagi Ayrin."Jadi bagaimana dok, apa aku masih tetap membawanya ke luar negeri ?" Tanya Pamela kepada dokter yang menangani Briyan."Menurutku tidak perlu nyonya. Sebab tuan Briyan sudah mengigat nyonya, adiknya dan sedikit tentang masa lalunya" "Oh.... yasudah kalau begitu" Pamela menuruti apa yang dikatakan dokter.Tentu Ayrin semakin semangat karena Pamela tidak jadi membawa Briyan berobat ke luar negeri. Walaupun suaminya itu tidak mengenalnya saat ini ! Tetapi Ayrin selalu ingin dekat di sisi Briyan."Dok, apa sudah bisa menemui mas Briyan ?" Tanya Ayrin."Silahkan nyonya" Ayrin bergegas masuk ke dalam kamar, ia tersenyum sambil melangkah menghampiri Briyan yang duduk bersandar di atas tempat tidur."Mas" panggil Ayrin.Briyan menegakkan kepala untuk melihat Ayrin. "Kamu kenapa masuk ke kamarku Ayrin