Wanita itu berjalan ke arah ranjang sang anak. Setelah itu dia mengamati wajah damai sang anak ketika sedang tertidur."Tidurnya sangat nyenyak. Pasti dia merasa sangat lelah." gumam Laura sembari menatap wajah damai sang anak.Wanita tua itu tersenyum lalu menatap setiap sisi kamar sang anak yang tidak pernah berubah dari sewaktu Anton bercerai dengan Rani."Kenapa kamar ini tidak ada perubahan, semua fasilitas dan barang-barang yang ada di kamar ini tidak berubah posisi nya. Itu juga kenapa masih ada foto wanita murahan itu " ucap Laura dengan ketua saat melihat foto Rani yang berada di meja rias.Wanita tua itu berjalan ke arah meja rias milik mantan menantunya itu. Setelah sampai di meja rias, dia duduk di kursi lalu menatap dirinya di cermin."Alat make up dan skincare milik Rani Kenapa tidak dibawa ya." gumam Laura merasa heranDia mengambil bingkai foto mantan menantunya itu. Di tatap tajam foto Rani yang sedang tersenyum di dalam foto tersebut."Kamu memang wanita makin yang t
"Kenapa wajahmu terlihat seperti sangat terkejut, Rani?" tanya Kenzo."Aku memang sedang terkejut, Mas." jawab Rani."Karena?" tanya Kenzo sembari menaikan sebelah alisnya karena bingung."Aku sangat terkejut saat Mas berkata jika dulu Mas juga orang miskin." jawab Rani."Hahaha, kamu ini sangat lucu ya. Kamu pikir saya ini terlahir dari keluarga kaya raya begitu?" Kena tertawa."Iya. Apakah itu salah?" tanya Rani.Pria itu melihat ke arah lampu yang sudah berubah menjadi hijau, dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata."Tetu saja kamu salah,Rani. Saya ini terlahir bukan dari keluarga kaya raya." jawab Kenzo menjadi kerani sekilas."Berarti Mas terlahir dari keluarga orang miskin?" tanya Rani lagi karena dia masih merasa sangat penasaran."Benar sekali, saya terlahir dari keluarga orang miskin. Dahulu waktu saya masih kecil, Papa saya seorang kuli pasar, sedangkan Mama saya tukang pijat, saya merasa sangat kasihan kepada kedua orang tua saya yang bekerja keras dari pagi sam
"Ringan bagaimana? Berat tubuhku itu 42 kilo loh." ucap Rani terasa heran."Itu sangat ringan, Rani. Berat dari mana nya?" jawab Kenzo.Wanita itu tidak menjawab. Sekarang mereka sudah sampai di kolam renang, Adit dan Devo sudah masuk ke dalam kolam renang terlebih dahulu, sedangkan Zargie dan Vivi sedang berenang di area yang tidak dalam."Zargie dengan Vivi berenang di situ saja ya yang rendah. Jangan ke tengah-tengah, karena di tengah itu sangat dalam." pinta Kenzo."Sial, Om." jawab Zargie lalu kembali berenang."Iya, Daddy." jawab Vivi yang sedang bermain air.Pria itu tersenyum lalu mengangguk. Satu persatu Kenzo membuka pakaian nya, Rani yang melihat utu sangat terkecuali membalikan tubuhnya membelakangi pria itu."Kamu kenapa, Rani?" tanya Kenzo yang merasa heran kenapa wanita itu tiba-tiba membelakangi dirinya."Tidak apalagi, Mas." jawab Rani."Hahaha, saya mengerti. Kamu pasti terkejut karena saya melepas pakaian di hadapanmu, bukan?" ucap Kenzo sembari tertawa."Iya bisa d
Merasa sedang di tatap, Adit dan Devo langsung kembali melanjutkan aktivitas berenangnya. Agatha masih memperhatikan gerak gerik kedua anak laki-laki itu."Lihatlah, wanita itu terus saja menatap ke arah kita. Sepertinya dia curiga kepada kita " ucap Adit dengan berbisik kepada Devo.Mendengarkan pertanyaan temannya. Devo langsung menatap ke arah Agatha."Tante Agatha, kenapa Tante terus menatap ke arah aku dan temanku. Apa tate ingin ikut kami berenang? Jika iya kemarilah." pinta Devo.Mendengar perasaan Devo, Kenzo dan Anton langsung menatap ke arah Agatha. Termasuk Rani, wanita itu juga menatap ke arah Agatha dengan tatapan datar."Ah tidak, Devo. Tante hanya merasa asing saja dengan anak itu." jawab Agatha berbohong sembari menunjuk ke arah Adit."Ini teman ku. Adit namanya." jawab Devo."Halo, Tante. Salam kenal." ucap Adit pura-pura tersenyum ramah kepada Agatha."Halo juga, Adit. Salam kenal balik ya." jawab Agatha dengan senyuman nya.Adit mengangguk lalu melanjutkan bareng be
Kenzo masih setia memejamkan mata, tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki. Perlahan pria itu membuka matanya dan melihat Dokter datang menghampirinya, buru-buru Kenzo berdiri dari duduknya."Selamat sore, Tuan Kenzo. Ada dimana Nyonya Rani?" tanya Dokter Rian sembari berjabat tangan dengan Kenzo."Ada di kamar, Dok. Mari saya antarkan." jawab Kenzo.Dokter Rian mengangguk lalu mengikuti Kenzo dari belakang. Setelah sampai di depan pintu kamar tamu, Kenal tidak langsung membuka pintunya."Bi... apa sudah selesai mengganti pakaian Rani?" tanya Kenzo."Sudah, Tuan. Baru saja, silahkan masuk." jawab Minah.Kenal membuka pintunya, Minah langsung keluar dari kamar. Kenzo menatap ke arah Dokter Rian."Silahkan masuk, Dok." ucap Kenzo."Terima kasih, Tuan." jawab Dokter Rian lalu masuk ke dalam kamar. Kenzo kembali menutup pintunya dan menunggu depan pintu kamar."Semoga Rani tidak memiliki penyakit. Aamiin." gumam Kenzo.Pria itu melihat Anton berjalan ke arah nya."Ala Dokter Rian suda
Perlahan Rani membuka kedua matanya, dia melihat sekeliling. Kenzo menatap ke arah Rani yang baru saja sadar."Rani... syukurlah kamu sudah sadar. Sebentar ya." ucap Kenzo lalu menuangkan air putih ke dalam gelas."Aku ada dimana?" tanya Rani dengan suara kan, tapi masih bisa didengar oleh Kenzo."Kamu berada di kamar tamu, Rani." jawab Kenzo.Wanita itu berusaha bangun dari posisi tiduran nya. Kenzo yang merasa ada pergerakan dari Rani, pria itu langsung membalikan tubuhnya lalu memegang lengan Rani."Jangan banyak bergerak. Kamu masih lemas." pinta Kenal."Aku ini kenapa? Perasaan tadi kita sedang berada di kolam renang bersama anak-anak, sekarang anak-anak ada dimana? Terus Zargie dimana?" tanya Rani.Pria itu menatap sendu ke arah Rani. Lalu dia membantu Rani untuk duduk, Kenzo meletakan bantal di punggung Rani supaya untuk bersandar."Ini minumlah terlebih dahulu. Perlahan saja." icao Kenzo mengarahkan gelas ke bibir Rani.Wanita itu mengangguk dan meminum airnya secara perlahan.
Setelah sampai di ruang tamu, Rani mengambil selimut bulu yang tebal. Mereka keluar dari rumah dan menuju ke arah mobil yang sudah terparkir di halaman rumah."Selimutnya di masukan ke dalam tas saja, Rani." pinta Kenzo sembari membuka pintu mobil bagian belakang untuk meletakan tas nya."Baiklah." jawab Rani memberikan selimutnya kepada pria itu untuk di masukan ke dalam tas.Kenzo menerima selimut nya lalu memasukan ke dalam tas, sedangkan Rani membuka pintu mobil bagian depan lalu masuk ke dalam. Pria itu menutup pintu mobil bagian belakang, setelah itu dia berjalan ke arah pengemudi dan masuk ke dalam mobil."Aku yakin jalanan sangat macet." ucap Rani sembari memakai sabuk pengaman nya."Benar. Apalagi ini hari minggu, pasti macet, tapi semoga saja tidak terlalu parah." jawab Kenzo sembari memakai sabuk pengaman juga."Iya, Mas. Semoga saja begitu." ucap Rani.Pria itu mengangguk lalu menyalakan mesin mobilnya, di diamkan beberapa menit terlebih dahulu supaya panas. 5 menit sudah
"Hahaha." Kena tertawa.Pria itu tidak bisa menahan tawanya saat melihat wajah Rami."Kenapa Mas tertawa?" tanya Rani."Kamu sangat lucu. Kok bisa ya Anton membuang wanita yang sangat menggemaskan dan lucu seperti ini, kenapa tidak diberikan kepada saya saja, saya dengan senang hati akan menerimanya." jelas Kenzo yang masih tertawa."Hahahaha, ada-ada saja. Iya namanya juga sampah, Mas, makanya aku dibuang dan Mas Anton tidak mempercayai penjelasan dari aku yang waktu itu masih menjadi istrinya." jawab Rani ikut tertawa, tapi raut wajahnya menjadi sedih."Mulai besok kita akan mencari tau siapa orang yang sudah merusak rumah tangga kamu dengan Anton. Besok Shilvia akan datang ke kantor saya, karena saya juga menyukai wanita itu " jelas Kenzo tersenyum kepada Rani."Menyukai Shilvia? Sungguh.?" tanya Rani yang sangat terkejut dengan pengakuan pria itu."Iya, Rani. Tapi kamu jangan memberitahu kepada Shilvia ya, karena saya ingin mendekatinya terlebih dahulu." pinta Kenzo."Siap, Mas te
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
"Bagaimana? Apa Agatha menerima tawaran Mama?" tanya Hasan."Iya, Pa. Agatha sedang bersiap-siap. Setelah itu dia akan datang kemari." jawab Laura."Baguslah. Sekarang buatkan Papa kopi buatan Mama." pinta Hasan.Wanita tua itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya,dia berjalan ke arah dapur. Sedangkan di Anton dan Rani baru saja sampai di dalam kamar, pria itu menutup kencang pintunya lalu tanpa sadar dia mendorong Rani kencang ke arah sofa.Brakk!Kepala Rani terbentur sudut sofa. Tes.Tes.Tes.Darah keluar dari kening Rani yang terluka."Astagfirullahaladzim." gumam Rani pelan sembari memejamkan kedua matanya karena menahan sakit yang luar biasa di bagian keningnya yang terluka.Pria itu menatap ke arah Rani yang masih terduduk di lantai, dia sangat terkejut.lalu mendekat ke arah Rani."Astagfirullahaladzim, Rani. Maafkan Mas." ucap Anton yang sudah menyadari apa yang sudah diperbuat kepada istrinya itu."Tidak apa-apa kok, Mas. Jangan meminta maaf ya." jawab Rani dengan senyuman
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a