Perlahan Rani membuka kedua matanya, dia melihat sekeliling. Kenzo menatap ke arah Rani yang baru saja sadar."Rani... syukurlah kamu sudah sadar. Sebentar ya." ucap Kenzo lalu menuangkan air putih ke dalam gelas."Aku ada dimana?" tanya Rani dengan suara kan, tapi masih bisa didengar oleh Kenzo."Kamu berada di kamar tamu, Rani." jawab Kenzo.Wanita itu berusaha bangun dari posisi tiduran nya. Kenzo yang merasa ada pergerakan dari Rani, pria itu langsung membalikan tubuhnya lalu memegang lengan Rani."Jangan banyak bergerak. Kamu masih lemas." pinta Kenal."Aku ini kenapa? Perasaan tadi kita sedang berada di kolam renang bersama anak-anak, sekarang anak-anak ada dimana? Terus Zargie dimana?" tanya Rani.Pria itu menatap sendu ke arah Rani. Lalu dia membantu Rani untuk duduk, Kenzo meletakan bantal di punggung Rani supaya untuk bersandar."Ini minumlah terlebih dahulu. Perlahan saja." icao Kenzo mengarahkan gelas ke bibir Rani.Wanita itu mengangguk dan meminum airnya secara perlahan.
Setelah sampai di ruang tamu, Rani mengambil selimut bulu yang tebal. Mereka keluar dari rumah dan menuju ke arah mobil yang sudah terparkir di halaman rumah."Selimutnya di masukan ke dalam tas saja, Rani." pinta Kenzo sembari membuka pintu mobil bagian belakang untuk meletakan tas nya."Baiklah." jawab Rani memberikan selimutnya kepada pria itu untuk di masukan ke dalam tas.Kenzo menerima selimut nya lalu memasukan ke dalam tas, sedangkan Rani membuka pintu mobil bagian depan lalu masuk ke dalam. Pria itu menutup pintu mobil bagian belakang, setelah itu dia berjalan ke arah pengemudi dan masuk ke dalam mobil."Aku yakin jalanan sangat macet." ucap Rani sembari memakai sabuk pengaman nya."Benar. Apalagi ini hari minggu, pasti macet, tapi semoga saja tidak terlalu parah." jawab Kenzo sembari memakai sabuk pengaman juga."Iya, Mas. Semoga saja begitu." ucap Rani.Pria itu mengangguk lalu menyalakan mesin mobilnya, di diamkan beberapa menit terlebih dahulu supaya panas. 5 menit sudah
"Hahaha." Kena tertawa.Pria itu tidak bisa menahan tawanya saat melihat wajah Rami."Kenapa Mas tertawa?" tanya Rani."Kamu sangat lucu. Kok bisa ya Anton membuang wanita yang sangat menggemaskan dan lucu seperti ini, kenapa tidak diberikan kepada saya saja, saya dengan senang hati akan menerimanya." jelas Kenzo yang masih tertawa."Hahahaha, ada-ada saja. Iya namanya juga sampah, Mas, makanya aku dibuang dan Mas Anton tidak mempercayai penjelasan dari aku yang waktu itu masih menjadi istrinya." jawab Rani ikut tertawa, tapi raut wajahnya menjadi sedih."Mulai besok kita akan mencari tau siapa orang yang sudah merusak rumah tangga kamu dengan Anton. Besok Shilvia akan datang ke kantor saya, karena saya juga menyukai wanita itu " jelas Kenzo tersenyum kepada Rani."Menyukai Shilvia? Sungguh.?" tanya Rani yang sangat terkejut dengan pengakuan pria itu."Iya, Rani. Tapi kamu jangan memberitahu kepada Shilvia ya, karena saya ingin mendekatinya terlebih dahulu." pinta Kenzo."Siap, Mas te
"Vivi dan Zargie sedang merengek minta jalan-jalan. Anton akan melakukan apapun demi buah hatinya, termasuk untuk bersama dengan Mama nya." jawab Kenzo."Aku sangat kasihan kepada Rani. Sudah satu tahun kita berusaha mencari siapa orang yang sudah merusak rumah tangganya dengan pak Anton, tapi hasilnya nol, kita tidak menemukan nya sampai sekarang." ucap Shilvia sembari menyuapi Kenzo lagi."Mas juga merasa sangat kasihan kepada Rani, Sayang. Tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja." jawab Kenzo."Aku hanya takut, Pak Anton menikah dengan Agatha. Sebelum mita mengetahui siapa pelaku perusak hubungan rumah tangga Rani." Shilvia menatap calon suaminya itu dengan tatapan sendu."Kamu tenang saja, Sayang. Anton tidak akan menikah dengan Agatha." jawab Kenzo."Kenapa Mas sangat yakin nika Pak Kenzo tidak akan menikah dengan wanita judes itu?" tanya Shilvia.Pria itu terkekeh lalu mencubit pelan pipi kanan Shilvia."Anton itu sahabat Mas, tentu saja Mas sangat yakin. Lagipula Anton serin
Wanita itu sudah sampai di kursi tempat tadi dia duduk. Dia melihat Zargie dan Vivi sedang duduk di kursi sembari memakan es krim, Rani mendekat ke arah mereka."Ya ampun, kalian kemana saja? Mama muter-muter mengelilingi taman untuk mencari kalian, apa kalian baik-baik saja?" tanya Rani dengan raut wajah yang sangat khawatir."Kami baik-baik saja, Ma. Mama jangan khawatir." jawab Zargie."benar yang dikatakan Zargie, Mom, kita bisa menjaga diri kita sendiri kok, jika ada apa-apa dengan kita kita pasti akan langsung berteriak, dan di sini juga kan banyak orang jadi kita aman." jelas Vivi."Sebaiknya kita pulang saja ya. Sudah cukup untuk main di taman hari ini, ini waktunya kalian tidur siang " jawab Rani dengan nada lembut, supaya kedua anak itu menuruti perkataan nya."Iya, baiklah. Ini uang kembalian nya, Mom." Vivi memberikan uang kembalian itu ke Rani."Iya, Sayang. Ayo kita ke parkiran." ajak Rani.Kedua anak itu mengangguk lalu mereka bertiga berjalan ke arah parkiran. Setelah
Setelah selesai membuat kopi dan teh, Agatha mengambil nampan lalu meletakan satu persatu cangkir isi kopi dan teh itu ke nampan."Apa ada yang bisa saya bantu, Nyonya Agatha?" tanya Bibi."Ada, Bi. Tolong itu cucikan bekas tadi saya dan Tante Laura membuat kue." jawab Agatha."Baik, Nyonya." Bibi mendekat ke wastafel lalu mulai mencuci bekas membuat kue tadi.Agatha membawa mengangkat nampaknya lalu berjalan keluar dapur. Dia berjalan perlahan ke ruang tengah."Sebenarnya aku sangat malas untuk melayani mereka. Tapi ini demi membuat mereka semakin menyukai dirinya dan merasa bahwa aku sangat pantas menjadi menantu di keluarga Watson." batin Agatha.Setelah sampai di ruang tengah, dengan perlahan Agatha meletakan nampan di atas meja. Lalu dia duduk di sofa yang hanya muat untuk satu orang."Terima kasih, Agatha. Seharusnya kan Bibi saja yang membuat minuman untuk kita, bukan kamu." ucap Hasan sembari mengambil cangkir berisi kopi buatan Agatha."Sama-sama, Om. Tidak masalah, aku meras
"Hah! Jam 12 malam? Larut sekali, Mommy." jawab Devo dengan ekspresi wajah terkejut nya."Daddy kamu sedang banyak pekerjaan, Sayang. Maka dari itu Daddy kamu pulang larut." jawab Rani."Ah begitu. Baiklah, tapi aku khawatir Daddy akan sakit karena bekerja sampai larut malam seperti itu." ucapan Devo."Daddy mu itu orang yang sangat kuat, Devo. Kamu tenang saja ya, dia tidak akan mengabaikan kesehatan nya kok." jawab Anton."Baiklah, Om. Aku akan mengganti pakaian terlebih dahulu." Devi berdiri dari duduknya lalu pergi meninggalkan Rani dan Anton.Zargie dan Vivi menuruni anak tangga secara perlahan. Mereka melihat Devo yang sedang berjalan ke arah nya."Eh kalian sudah bangun." ucapan Devo saat melihat kedua Adiknya."Iya. Kakak habis dari mana?" tanya Vivi."Kakak habis main ke rumah teman Kakak." jawab Devo."Apa Kakak melihat Mama?" tanys Zargie."Mommy berada di halaman belakang bersama dengan Om Angin. Aku naik ke atas dulu ya." jawab Devo sembari menaiki anak tangga."Wah Papa
"Kamu semakin cantik saja, Sayang. Pasti kamu banyak laki-laki yang mengejar kamu ya di sekolah." ucap Anton sembari menatap keponakan kesayangan nya itu.Karena sebenarnya Anton juga ingin memiliki satu anak lagi. Yaitu anak perempuan tentunya."Kok Om tau. Jika aku di kejar-kejar banyak laki-laki baik Adik kelas ataupun Kakak kelasku." jawab Vivi."Tentu saja Om sangat mengetahui akan hal itu, Sayang. Karena kamu itu sangat cantik." Anton mencubit pelan pipi anak penipuan itu dengan gemas."Hahaha, aku memang sangat cantik. Iya kan Mommy." Vivi menatap ke arah Rani."Iya, Sayang. Kamu memang sangat cantik." jawab Rani tersenyum kepada Vivi."Mama, gendong." Zargie merentangkan kedua tangannya ke atas.Wanita itu merasa gemas lalu mengangkat tubuh mungil anaknya dengan pecahan lalu menggendong nya. Di kecup gemas pipi gembul Zargie."Hahaha geli. Apa Papa sayang Mama?" tanya Zargie menatap sang Papa.Anton sangat terkejut dengan pertanyaan buah hatinya. Tapi dia berusaha biasa saja l
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
"Bagaimana? Apa Agatha menerima tawaran Mama?" tanya Hasan."Iya, Pa. Agatha sedang bersiap-siap. Setelah itu dia akan datang kemari." jawab Laura."Baguslah. Sekarang buatkan Papa kopi buatan Mama." pinta Hasan.Wanita tua itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya,dia berjalan ke arah dapur. Sedangkan di Anton dan Rani baru saja sampai di dalam kamar, pria itu menutup kencang pintunya lalu tanpa sadar dia mendorong Rani kencang ke arah sofa.Brakk!Kepala Rani terbentur sudut sofa. Tes.Tes.Tes.Darah keluar dari kening Rani yang terluka."Astagfirullahaladzim." gumam Rani pelan sembari memejamkan kedua matanya karena menahan sakit yang luar biasa di bagian keningnya yang terluka.Pria itu menatap ke arah Rani yang masih terduduk di lantai, dia sangat terkejut.lalu mendekat ke arah Rani."Astagfirullahaladzim, Rani. Maafkan Mas." ucap Anton yang sudah menyadari apa yang sudah diperbuat kepada istrinya itu."Tidak apa-apa kok, Mas. Jangan meminta maaf ya." jawab Rani dengan senyuman
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a