"Hah! Jam 12 malam? Larut sekali, Mommy." jawab Devo dengan ekspresi wajah terkejut nya."Daddy kamu sedang banyak pekerjaan, Sayang. Maka dari itu Daddy kamu pulang larut." jawab Rani."Ah begitu. Baiklah, tapi aku khawatir Daddy akan sakit karena bekerja sampai larut malam seperti itu." ucapan Devo."Daddy mu itu orang yang sangat kuat, Devo. Kamu tenang saja ya, dia tidak akan mengabaikan kesehatan nya kok." jawab Anton."Baiklah, Om. Aku akan mengganti pakaian terlebih dahulu." Devi berdiri dari duduknya lalu pergi meninggalkan Rani dan Anton.Zargie dan Vivi menuruni anak tangga secara perlahan. Mereka melihat Devo yang sedang berjalan ke arah nya."Eh kalian sudah bangun." ucapan Devo saat melihat kedua Adiknya."Iya. Kakak habis dari mana?" tanya Vivi."Kakak habis main ke rumah teman Kakak." jawab Devo."Apa Kakak melihat Mama?" tanys Zargie."Mommy berada di halaman belakang bersama dengan Om Angin. Aku naik ke atas dulu ya." jawab Devo sembari menaiki anak tangga."Wah Papa
"Kamu semakin cantik saja, Sayang. Pasti kamu banyak laki-laki yang mengejar kamu ya di sekolah." ucap Anton sembari menatap keponakan kesayangan nya itu.Karena sebenarnya Anton juga ingin memiliki satu anak lagi. Yaitu anak perempuan tentunya."Kok Om tau. Jika aku di kejar-kejar banyak laki-laki baik Adik kelas ataupun Kakak kelasku." jawab Vivi."Tentu saja Om sangat mengetahui akan hal itu, Sayang. Karena kamu itu sangat cantik." Anton mencubit pelan pipi anak penipuan itu dengan gemas."Hahaha, aku memang sangat cantik. Iya kan Mommy." Vivi menatap ke arah Rani."Iya, Sayang. Kamu memang sangat cantik." jawab Rani tersenyum kepada Vivi."Mama, gendong." Zargie merentangkan kedua tangannya ke atas.Wanita itu merasa gemas lalu mengangkat tubuh mungil anaknya dengan pecahan lalu menggendong nya. Di kecup gemas pipi gembul Zargie."Hahaha geli. Apa Papa sayang Mama?" tanya Zargie menatap sang Papa.Anton sangat terkejut dengan pertanyaan buah hatinya. Tapi dia berusaha biasa saja l
Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka, Rani melihat seseorang yang masuk ke dalam kamar rawat buat hatinya."Zargie!" teriak wanita tua itu langsung berlari ke arah brankar.Dia adalah Laura, wanita tua itu datang bersama suaminya. Rani langsung sedikit menjauh dari brankar buah hatinya."Kenapa kamu seperti ini, Sayang. Ayo buka matamu, ini Nenek dan Kakek sudah datang " ucap Laura menangis sembari mengusap-usap rambut cucu kesayangannya yang belum sadarkan diri."Bangunlah jagoan Kakek. Ayo kita bermain bulu tangkis." ajak Kasan.Kedua orang tua Anton benar-benar merasa sangat sedih melihat cucu kesayangan mereka terbaring lemah di atas brankar dan belum sadarkan diri."Ini pasti gara-gara kamu! Dasar wanita murahan!" bentak Laura sembari menunjuk ke arah Rani."Tidak, Tante. Untuk apa aku menyakiti anak saya sendiri " jawab Rani."Sudahlah, jangan berbohong. Kami itu sudah tau jika kamu memang berniat jahat kepada cucu kami." ucap Hasan."Tidak, kalian semua salah paham kepadaku
Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka, anton langsung melihat ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Dan ternyata itu adalah Kenzo, Shilvia, Devo, dan Vivi."Halo, Om Anton." sapa Vivi sembari mendekat ke arah Anton."Halo juga, Sayang. Tumben sekali kamu belum tidur jam segini?" tanya Anton sembari mencubit pelan hidung Vivi.Karena sekarang sudah jam setengah 9 malam. Biasanya kan Vivi jam segini sudah tidur, apalagi jika dia sedang merasa lelah karena aktivitas di sekolahnya."Iya, Om. Karena aku ingin bertemu dengan Zargie dan melihat keadaannya." jawab Vivi."Benar. Bagaimana keadaan Zargie, Anton?" tanya Kenzo."Zargie belum ada perubahan karena belum 24 jam di rawat, Ken." jawab Anton."Sebenarnya Zargie kenapa, Pak? Kenapa bisa sampai masuk dan di rawat di rumah sakit?" tanya Shilvia."Zargie makan jajanan yang banyak mengandung bahan berbahaya. Maka dari itu dia terus muntah-muntah dan demam tinggi " jelas Anton."Astagfirullahaladzim, kenapa bisa sampai seperti itu
Kenzo menghela nafas lalu menatap ke arah Vivi yang terus-terusan menguap. Pria itu tersenyum menatap buah hatinya yang sedang menahan rasa ngantuk nya itu."Vivi... kenarilah, Sayang." pinta Kenzo."Iya, Daddy." jawab Vivi.Anak itu berdiri dari duduknya lalu berjalan ke arah Daddy nya. Setelah Vivi sampai di hadapannya, pria itu langsung mengangkat tubuh buah hatinya itu lalu menggendongnya dengan posisi kaki kanan dan kiri di pinggang kanan dan kirinya pia itu, tau lah ya gendong seperti apa."Eh, Daddy. Kenapa aku di gendong?" tanya Vivi dengan raut wajah bingung."Daddy tau kamu sudah mengantuk berat. Sekarang kamu tidur saja ya." pinta Kenzo sembari menimang-nimang Vivi.Walaupun Vivi mulai beranjak remaja. Tapi Kenzo selalu memperlakukan Vivi seperti bayi, bukan hanya Vivi saja, tapi Devo juga seperti itu, tapi sekarang Devo sudah tidak ingin diperlakukan seperti bayi, bukan tidak ingin diberi kasih sayang lebih, tapi Devo sudah mulai mandiri."Baiklah, Daddy." jawab Vivi semba
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t