"Ringan bagaimana? Berat tubuhku itu 42 kilo loh." ucap Rani terasa heran."Itu sangat ringan, Rani. Berat dari mana nya?" jawab Kenzo.Wanita itu tidak menjawab. Sekarang mereka sudah sampai di kolam renang, Adit dan Devo sudah masuk ke dalam kolam renang terlebih dahulu, sedangkan Zargie dan Vivi sedang berenang di area yang tidak dalam."Zargie dengan Vivi berenang di situ saja ya yang rendah. Jangan ke tengah-tengah, karena di tengah itu sangat dalam." pinta Kenzo."Sial, Om." jawab Zargie lalu kembali berenang."Iya, Daddy." jawab Vivi yang sedang bermain air.Pria itu tersenyum lalu mengangguk. Satu persatu Kenzo membuka pakaian nya, Rani yang melihat utu sangat terkecuali membalikan tubuhnya membelakangi pria itu."Kamu kenapa, Rani?" tanya Kenzo yang merasa heran kenapa wanita itu tiba-tiba membelakangi dirinya."Tidak apalagi, Mas." jawab Rani."Hahaha, saya mengerti. Kamu pasti terkejut karena saya melepas pakaian di hadapanmu, bukan?" ucap Kenzo sembari tertawa."Iya bisa d
Merasa sedang di tatap, Adit dan Devo langsung kembali melanjutkan aktivitas berenangnya. Agatha masih memperhatikan gerak gerik kedua anak laki-laki itu."Lihatlah, wanita itu terus saja menatap ke arah kita. Sepertinya dia curiga kepada kita " ucap Adit dengan berbisik kepada Devo.Mendengarkan pertanyaan temannya. Devo langsung menatap ke arah Agatha."Tante Agatha, kenapa Tante terus menatap ke arah aku dan temanku. Apa tate ingin ikut kami berenang? Jika iya kemarilah." pinta Devo.Mendengar perasaan Devo, Kenzo dan Anton langsung menatap ke arah Agatha. Termasuk Rani, wanita itu juga menatap ke arah Agatha dengan tatapan datar."Ah tidak, Devo. Tante hanya merasa asing saja dengan anak itu." jawab Agatha berbohong sembari menunjuk ke arah Adit."Ini teman ku. Adit namanya." jawab Devo."Halo, Tante. Salam kenal." ucap Adit pura-pura tersenyum ramah kepada Agatha."Halo juga, Adit. Salam kenal balik ya." jawab Agatha dengan senyuman nya.Adit mengangguk lalu melanjutkan bareng be
Kenzo masih setia memejamkan mata, tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki. Perlahan pria itu membuka matanya dan melihat Dokter datang menghampirinya, buru-buru Kenzo berdiri dari duduknya."Selamat sore, Tuan Kenzo. Ada dimana Nyonya Rani?" tanya Dokter Rian sembari berjabat tangan dengan Kenzo."Ada di kamar, Dok. Mari saya antarkan." jawab Kenzo.Dokter Rian mengangguk lalu mengikuti Kenzo dari belakang. Setelah sampai di depan pintu kamar tamu, Kenal tidak langsung membuka pintunya."Bi... apa sudah selesai mengganti pakaian Rani?" tanya Kenzo."Sudah, Tuan. Baru saja, silahkan masuk." jawab Minah.Kenal membuka pintunya, Minah langsung keluar dari kamar. Kenzo menatap ke arah Dokter Rian."Silahkan masuk, Dok." ucap Kenzo."Terima kasih, Tuan." jawab Dokter Rian lalu masuk ke dalam kamar. Kenzo kembali menutup pintunya dan menunggu depan pintu kamar."Semoga Rani tidak memiliki penyakit. Aamiin." gumam Kenzo.Pria itu melihat Anton berjalan ke arah nya."Ala Dokter Rian suda
Perlahan Rani membuka kedua matanya, dia melihat sekeliling. Kenzo menatap ke arah Rani yang baru saja sadar."Rani... syukurlah kamu sudah sadar. Sebentar ya." ucap Kenzo lalu menuangkan air putih ke dalam gelas."Aku ada dimana?" tanya Rani dengan suara kan, tapi masih bisa didengar oleh Kenzo."Kamu berada di kamar tamu, Rani." jawab Kenzo.Wanita itu berusaha bangun dari posisi tiduran nya. Kenzo yang merasa ada pergerakan dari Rani, pria itu langsung membalikan tubuhnya lalu memegang lengan Rani."Jangan banyak bergerak. Kamu masih lemas." pinta Kenal."Aku ini kenapa? Perasaan tadi kita sedang berada di kolam renang bersama anak-anak, sekarang anak-anak ada dimana? Terus Zargie dimana?" tanya Rani.Pria itu menatap sendu ke arah Rani. Lalu dia membantu Rani untuk duduk, Kenzo meletakan bantal di punggung Rani supaya untuk bersandar."Ini minumlah terlebih dahulu. Perlahan saja." icao Kenzo mengarahkan gelas ke bibir Rani.Wanita itu mengangguk dan meminum airnya secara perlahan.
Setelah sampai di ruang tamu, Rani mengambil selimut bulu yang tebal. Mereka keluar dari rumah dan menuju ke arah mobil yang sudah terparkir di halaman rumah."Selimutnya di masukan ke dalam tas saja, Rani." pinta Kenzo sembari membuka pintu mobil bagian belakang untuk meletakan tas nya."Baiklah." jawab Rani memberikan selimutnya kepada pria itu untuk di masukan ke dalam tas.Kenzo menerima selimut nya lalu memasukan ke dalam tas, sedangkan Rani membuka pintu mobil bagian depan lalu masuk ke dalam. Pria itu menutup pintu mobil bagian belakang, setelah itu dia berjalan ke arah pengemudi dan masuk ke dalam mobil."Aku yakin jalanan sangat macet." ucap Rani sembari memakai sabuk pengaman nya."Benar. Apalagi ini hari minggu, pasti macet, tapi semoga saja tidak terlalu parah." jawab Kenzo sembari memakai sabuk pengaman juga."Iya, Mas. Semoga saja begitu." ucap Rani.Pria itu mengangguk lalu menyalakan mesin mobilnya, di diamkan beberapa menit terlebih dahulu supaya panas. 5 menit sudah
"Hahaha." Kena tertawa.Pria itu tidak bisa menahan tawanya saat melihat wajah Rami."Kenapa Mas tertawa?" tanya Rani."Kamu sangat lucu. Kok bisa ya Anton membuang wanita yang sangat menggemaskan dan lucu seperti ini, kenapa tidak diberikan kepada saya saja, saya dengan senang hati akan menerimanya." jelas Kenzo yang masih tertawa."Hahahaha, ada-ada saja. Iya namanya juga sampah, Mas, makanya aku dibuang dan Mas Anton tidak mempercayai penjelasan dari aku yang waktu itu masih menjadi istrinya." jawab Rani ikut tertawa, tapi raut wajahnya menjadi sedih."Mulai besok kita akan mencari tau siapa orang yang sudah merusak rumah tangga kamu dengan Anton. Besok Shilvia akan datang ke kantor saya, karena saya juga menyukai wanita itu " jelas Kenzo tersenyum kepada Rani."Menyukai Shilvia? Sungguh.?" tanya Rani yang sangat terkejut dengan pengakuan pria itu."Iya, Rani. Tapi kamu jangan memberitahu kepada Shilvia ya, karena saya ingin mendekatinya terlebih dahulu." pinta Kenzo."Siap, Mas te
"Vivi dan Zargie sedang merengek minta jalan-jalan. Anton akan melakukan apapun demi buah hatinya, termasuk untuk bersama dengan Mama nya." jawab Kenzo."Aku sangat kasihan kepada Rani. Sudah satu tahun kita berusaha mencari siapa orang yang sudah merusak rumah tangganya dengan pak Anton, tapi hasilnya nol, kita tidak menemukan nya sampai sekarang." ucap Shilvia sembari menyuapi Kenzo lagi."Mas juga merasa sangat kasihan kepada Rani, Sayang. Tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja." jawab Kenzo."Aku hanya takut, Pak Anton menikah dengan Agatha. Sebelum mita mengetahui siapa pelaku perusak hubungan rumah tangga Rani." Shilvia menatap calon suaminya itu dengan tatapan sendu."Kamu tenang saja, Sayang. Anton tidak akan menikah dengan Agatha." jawab Kenzo."Kenapa Mas sangat yakin nika Pak Kenzo tidak akan menikah dengan wanita judes itu?" tanya Shilvia.Pria itu terkekeh lalu mencubit pelan pipi kanan Shilvia."Anton itu sahabat Mas, tentu saja Mas sangat yakin. Lagipula Anton serin
Wanita itu sudah sampai di kursi tempat tadi dia duduk. Dia melihat Zargie dan Vivi sedang duduk di kursi sembari memakan es krim, Rani mendekat ke arah mereka."Ya ampun, kalian kemana saja? Mama muter-muter mengelilingi taman untuk mencari kalian, apa kalian baik-baik saja?" tanya Rani dengan raut wajah yang sangat khawatir."Kami baik-baik saja, Ma. Mama jangan khawatir." jawab Zargie."benar yang dikatakan Zargie, Mom, kita bisa menjaga diri kita sendiri kok, jika ada apa-apa dengan kita kita pasti akan langsung berteriak, dan di sini juga kan banyak orang jadi kita aman." jelas Vivi."Sebaiknya kita pulang saja ya. Sudah cukup untuk main di taman hari ini, ini waktunya kalian tidur siang " jawab Rani dengan nada lembut, supaya kedua anak itu menuruti perkataan nya."Iya, baiklah. Ini uang kembalian nya, Mom." Vivi memberikan uang kembalian itu ke Rani."Iya, Sayang. Ayo kita ke parkiran." ajak Rani.Kedua anak itu mengangguk lalu mereka bertiga berjalan ke arah parkiran. Setelah