"Terima kasih Tante sudah merestui kembali." ucap Agatha yang membenamkan wajahnya di bahu sebelah kiri Laura."Kami harap kamu menyayangi Zargie seperti anak kandung mu sendiri. Walaupun nanti anak itu akan menjadi anak tirimu." ucap Laura.Agatha melepas perlahan pelukan nya dari butuh wanita tua itu, lalu dia menatap sendu ke arah Laura."Tante, aku itu sangat menyayangi Zargie, aku sudah menganggap dia sebagai anak kandung aku, Tante. Bahkan aku akan melakukan apapun demi Zargue dan aku juga rela terluka demi anak yang menggemaskan itu " jelas Agatha yang berusaha meyakinkan wanita tua itu."Tante sangat percaya kepada mu, Agatha. Tante juga melihat perhatian kamu kepada Zargie itu benar-benar sangat bagus, Zargie juga mulai lengket kepadamu." jawab Laura."Terima kasih karena kalian sudah mempercayai diriku. Aku pamit pulang, Assalamualaikum." pamit Agatha."Waalaikumsalam." jawab Laura dan Hasan secara bersamaan.Agatha tersenyum ke arah kedua orang tua Anton, dia pergi dari rua
Wanita itu berjalan ke arah ranjang sang anak. Setelah itu dia mengamati wajah damai sang anak ketika sedang tertidur."Tidurnya sangat nyenyak. Pasti dia merasa sangat lelah." gumam Laura sembari menatap wajah damai sang anak.Wanita tua itu tersenyum lalu menatap setiap sisi kamar sang anak yang tidak pernah berubah dari sewaktu Anton bercerai dengan Rani."Kenapa kamar ini tidak ada perubahan, semua fasilitas dan barang-barang yang ada di kamar ini tidak berubah posisi nya. Itu juga kenapa masih ada foto wanita murahan itu " ucap Laura dengan ketua saat melihat foto Rani yang berada di meja rias.Wanita tua itu berjalan ke arah meja rias milik mantan menantunya itu. Setelah sampai di meja rias, dia duduk di kursi lalu menatap dirinya di cermin."Alat make up dan skincare milik Rani Kenapa tidak dibawa ya." gumam Laura merasa heranDia mengambil bingkai foto mantan menantunya itu. Di tatap tajam foto Rani yang sedang tersenyum di dalam foto tersebut."Kamu memang wanita makin yang t
"Kenapa wajahmu terlihat seperti sangat terkejut, Rani?" tanya Kenzo."Aku memang sedang terkejut, Mas." jawab Rani."Karena?" tanya Kenzo sembari menaikan sebelah alisnya karena bingung."Aku sangat terkejut saat Mas berkata jika dulu Mas juga orang miskin." jawab Rani."Hahaha, kamu ini sangat lucu ya. Kamu pikir saya ini terlahir dari keluarga kaya raya begitu?" Kena tertawa."Iya. Apakah itu salah?" tanya Rani.Pria itu melihat ke arah lampu yang sudah berubah menjadi hijau, dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata."Tetu saja kamu salah,Rani. Saya ini terlahir bukan dari keluarga kaya raya." jawab Kenzo menjadi kerani sekilas."Berarti Mas terlahir dari keluarga orang miskin?" tanya Rani lagi karena dia masih merasa sangat penasaran."Benar sekali, saya terlahir dari keluarga orang miskin. Dahulu waktu saya masih kecil, Papa saya seorang kuli pasar, sedangkan Mama saya tukang pijat, saya merasa sangat kasihan kepada kedua orang tua saya yang bekerja keras dari pagi sam
"Ringan bagaimana? Berat tubuhku itu 42 kilo loh." ucap Rani terasa heran."Itu sangat ringan, Rani. Berat dari mana nya?" jawab Kenzo.Wanita itu tidak menjawab. Sekarang mereka sudah sampai di kolam renang, Adit dan Devo sudah masuk ke dalam kolam renang terlebih dahulu, sedangkan Zargie dan Vivi sedang berenang di area yang tidak dalam."Zargie dengan Vivi berenang di situ saja ya yang rendah. Jangan ke tengah-tengah, karena di tengah itu sangat dalam." pinta Kenzo."Sial, Om." jawab Zargie lalu kembali berenang."Iya, Daddy." jawab Vivi yang sedang bermain air.Pria itu tersenyum lalu mengangguk. Satu persatu Kenzo membuka pakaian nya, Rani yang melihat utu sangat terkecuali membalikan tubuhnya membelakangi pria itu."Kamu kenapa, Rani?" tanya Kenzo yang merasa heran kenapa wanita itu tiba-tiba membelakangi dirinya."Tidak apalagi, Mas." jawab Rani."Hahaha, saya mengerti. Kamu pasti terkejut karena saya melepas pakaian di hadapanmu, bukan?" ucap Kenzo sembari tertawa."Iya bisa d
Merasa sedang di tatap, Adit dan Devo langsung kembali melanjutkan aktivitas berenangnya. Agatha masih memperhatikan gerak gerik kedua anak laki-laki itu."Lihatlah, wanita itu terus saja menatap ke arah kita. Sepertinya dia curiga kepada kita " ucap Adit dengan berbisik kepada Devo.Mendengarkan pertanyaan temannya. Devo langsung menatap ke arah Agatha."Tante Agatha, kenapa Tante terus menatap ke arah aku dan temanku. Apa tate ingin ikut kami berenang? Jika iya kemarilah." pinta Devo.Mendengar perasaan Devo, Kenzo dan Anton langsung menatap ke arah Agatha. Termasuk Rani, wanita itu juga menatap ke arah Agatha dengan tatapan datar."Ah tidak, Devo. Tante hanya merasa asing saja dengan anak itu." jawab Agatha berbohong sembari menunjuk ke arah Adit."Ini teman ku. Adit namanya." jawab Devo."Halo, Tante. Salam kenal." ucap Adit pura-pura tersenyum ramah kepada Agatha."Halo juga, Adit. Salam kenal balik ya." jawab Agatha dengan senyuman nya.Adit mengangguk lalu melanjutkan bareng be
Kenzo masih setia memejamkan mata, tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki. Perlahan pria itu membuka matanya dan melihat Dokter datang menghampirinya, buru-buru Kenzo berdiri dari duduknya."Selamat sore, Tuan Kenzo. Ada dimana Nyonya Rani?" tanya Dokter Rian sembari berjabat tangan dengan Kenzo."Ada di kamar, Dok. Mari saya antarkan." jawab Kenzo.Dokter Rian mengangguk lalu mengikuti Kenzo dari belakang. Setelah sampai di depan pintu kamar tamu, Kenal tidak langsung membuka pintunya."Bi... apa sudah selesai mengganti pakaian Rani?" tanya Kenzo."Sudah, Tuan. Baru saja, silahkan masuk." jawab Minah.Kenal membuka pintunya, Minah langsung keluar dari kamar. Kenzo menatap ke arah Dokter Rian."Silahkan masuk, Dok." ucap Kenzo."Terima kasih, Tuan." jawab Dokter Rian lalu masuk ke dalam kamar. Kenzo kembali menutup pintunya dan menunggu depan pintu kamar."Semoga Rani tidak memiliki penyakit. Aamiin." gumam Kenzo.Pria itu melihat Anton berjalan ke arah nya."Ala Dokter Rian suda
Perlahan Rani membuka kedua matanya, dia melihat sekeliling. Kenzo menatap ke arah Rani yang baru saja sadar."Rani... syukurlah kamu sudah sadar. Sebentar ya." ucap Kenzo lalu menuangkan air putih ke dalam gelas."Aku ada dimana?" tanya Rani dengan suara kan, tapi masih bisa didengar oleh Kenzo."Kamu berada di kamar tamu, Rani." jawab Kenzo.Wanita itu berusaha bangun dari posisi tiduran nya. Kenzo yang merasa ada pergerakan dari Rani, pria itu langsung membalikan tubuhnya lalu memegang lengan Rani."Jangan banyak bergerak. Kamu masih lemas." pinta Kenal."Aku ini kenapa? Perasaan tadi kita sedang berada di kolam renang bersama anak-anak, sekarang anak-anak ada dimana? Terus Zargie dimana?" tanya Rani.Pria itu menatap sendu ke arah Rani. Lalu dia membantu Rani untuk duduk, Kenzo meletakan bantal di punggung Rani supaya untuk bersandar."Ini minumlah terlebih dahulu. Perlahan saja." icao Kenzo mengarahkan gelas ke bibir Rani.Wanita itu mengangguk dan meminum airnya secara perlahan.
Setelah sampai di ruang tamu, Rani mengambil selimut bulu yang tebal. Mereka keluar dari rumah dan menuju ke arah mobil yang sudah terparkir di halaman rumah."Selimutnya di masukan ke dalam tas saja, Rani." pinta Kenzo sembari membuka pintu mobil bagian belakang untuk meletakan tas nya."Baiklah." jawab Rani memberikan selimutnya kepada pria itu untuk di masukan ke dalam tas.Kenzo menerima selimut nya lalu memasukan ke dalam tas, sedangkan Rani membuka pintu mobil bagian depan lalu masuk ke dalam. Pria itu menutup pintu mobil bagian belakang, setelah itu dia berjalan ke arah pengemudi dan masuk ke dalam mobil."Aku yakin jalanan sangat macet." ucap Rani sembari memakai sabuk pengaman nya."Benar. Apalagi ini hari minggu, pasti macet, tapi semoga saja tidak terlalu parah." jawab Kenzo sembari memakai sabuk pengaman juga."Iya, Mas. Semoga saja begitu." ucap Rani.Pria itu mengangguk lalu menyalakan mesin mobilnya, di diamkan beberapa menit terlebih dahulu supaya panas. 5 menit sudah