Setelah merasa puas menangis selama 30 menit, Rani mengubah posisi tiduran nya menjadi berdiri. Wanita itu memejamkan matanya lalu lalu menenangkan dirinya yang masih sesenggukan."Ini sudah jam 11 siang. Aku harus memasak untuk makan siang nanti." ucap Rani sembari melihat ke arah jam dinding di kamar Vivi.Wanita itu menatap ke arah Zargie dan Vivi yang masih tertidur dengan sangat nyenyak. Dia berjalan ke arah pintu lalu keluar dari kamar Vivi, tidak lupa juga dia menutup pintunya kembali secara perlahan."esok kan hari senin, otomatis aku mengantar Vivi ke sekolah. Sekalian saja aku mencari tahu siapa orang yang telah merusak rumah tanggaku dengan Mas Anton." gumam Rani sembari menuruni anak tangga secara perlahanSetelah sampai di lantai satu, Rani langsung menuju ke arah dapur. Setelah sampai di dapur, dia melihat Minah sedang memotong sayuran."Loh Bibi sedang apa?" tanya Rani"Ini, Nyonya. Saya sedang memotong sayuran untuk masak menu makan siang." jawab Minah."Tidak usah, Bi
"Sayang... ayo bangun. Kita makan siang." ucap Rani sembari mengecup berkali-kali pipi Zargie dengan lembut.Wanita itu tersenyum saat melihat anaknya menggeliat lalu dengan perlahan Zargie membuka kedua matanya dan menatap ke arah sang Mama."Mama... aku masih mengantuk." jawab Zargie kembali memejamkan kedua matanya."Iya, Sayang, Mama mengerti kamu masih mengantuk, tapi sekarang kita makan siang dulu ya, ayo bangun, ayo kita bangunkan Kak Vivi." ajak Rani dengan nada lembut kepada sang anak supaya anaknya menuruti perkataan nya.Zargie mengangguk lalu membuka kembali kedua matanya. Anak itu mengubah posisi tidurnya menjadi terduduk lalu dia mengusap-usap matanya."Anak Mama memang sangat pintar dan penurut. Ayo kita bangunkan Kak Vivi, tapi dengan perlahan ya, takut Kak Vivi terkejut dan kepalanya akan pusing." jelas Rani."Oke siap, Mama." jawab Zargiedia dengan senyuman.Perlahan anak itu mendekat ke arah Vivi lalu menatap wajah Kakak perempuannya itu yang sedang tertidur pulas.
Agatha sudah selesai membuat kopi hitam untuk Anton, dia mengambil nampan lalu meletakkan cangkir itu di nampan. Setelah itu dia keluar dari dapur dan langsung menuju ke halaman belakang."Semoga saja beneran deh Mas Anton menyukai kue bolu buatanku dan tentunya kopi hitam racikan ku ini." gumam Agatha tersenyum.Setelah sampai di halaman belakang, memang benar dia melihat Anton sedang berenang. Pria itu sangat terkejut melihat Agatha yang datang dengan membawa nampan."Agatha! Kamu ada apa kemari?" tanya Antin dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut.Bagaimana tidak terkejut, bayangkan saja posisi berenang dia yang tidak memakai pakaian dan dia hanya memakai celana boxer saja."Ah ini, Mas. Aku hanya kemari membawakan Mas kopi hitam dan kue bolu buatanku dan kopi hitam ini juga tentu mya racikan ku." jawab Agatha dengan senyum malu.Bagaimana dia tidak merasa malu karena dia salah tingkah dengan postur tubuh Anton yang begitu kekar, berotot, dan begitu gagah. Siapapun wanita yang
"Terima kasih Tante sudah merestui kembali." ucap Agatha yang membenamkan wajahnya di bahu sebelah kiri Laura."Kami harap kamu menyayangi Zargie seperti anak kandung mu sendiri. Walaupun nanti anak itu akan menjadi anak tirimu." ucap Laura.Agatha melepas perlahan pelukan nya dari butuh wanita tua itu, lalu dia menatap sendu ke arah Laura."Tante, aku itu sangat menyayangi Zargie, aku sudah menganggap dia sebagai anak kandung aku, Tante. Bahkan aku akan melakukan apapun demi Zargue dan aku juga rela terluka demi anak yang menggemaskan itu " jelas Agatha yang berusaha meyakinkan wanita tua itu."Tante sangat percaya kepada mu, Agatha. Tante juga melihat perhatian kamu kepada Zargie itu benar-benar sangat bagus, Zargie juga mulai lengket kepadamu." jawab Laura."Terima kasih karena kalian sudah mempercayai diriku. Aku pamit pulang, Assalamualaikum." pamit Agatha."Waalaikumsalam." jawab Laura dan Hasan secara bersamaan.Agatha tersenyum ke arah kedua orang tua Anton, dia pergi dari rua
Wanita itu berjalan ke arah ranjang sang anak. Setelah itu dia mengamati wajah damai sang anak ketika sedang tertidur."Tidurnya sangat nyenyak. Pasti dia merasa sangat lelah." gumam Laura sembari menatap wajah damai sang anak.Wanita tua itu tersenyum lalu menatap setiap sisi kamar sang anak yang tidak pernah berubah dari sewaktu Anton bercerai dengan Rani."Kenapa kamar ini tidak ada perubahan, semua fasilitas dan barang-barang yang ada di kamar ini tidak berubah posisi nya. Itu juga kenapa masih ada foto wanita murahan itu " ucap Laura dengan ketua saat melihat foto Rani yang berada di meja rias.Wanita tua itu berjalan ke arah meja rias milik mantan menantunya itu. Setelah sampai di meja rias, dia duduk di kursi lalu menatap dirinya di cermin."Alat make up dan skincare milik Rani Kenapa tidak dibawa ya." gumam Laura merasa heranDia mengambil bingkai foto mantan menantunya itu. Di tatap tajam foto Rani yang sedang tersenyum di dalam foto tersebut."Kamu memang wanita makin yang t
"Kenapa wajahmu terlihat seperti sangat terkejut, Rani?" tanya Kenzo."Aku memang sedang terkejut, Mas." jawab Rani."Karena?" tanya Kenzo sembari menaikan sebelah alisnya karena bingung."Aku sangat terkejut saat Mas berkata jika dulu Mas juga orang miskin." jawab Rani."Hahaha, kamu ini sangat lucu ya. Kamu pikir saya ini terlahir dari keluarga kaya raya begitu?" Kena tertawa."Iya. Apakah itu salah?" tanya Rani.Pria itu melihat ke arah lampu yang sudah berubah menjadi hijau, dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata."Tetu saja kamu salah,Rani. Saya ini terlahir bukan dari keluarga kaya raya." jawab Kenzo menjadi kerani sekilas."Berarti Mas terlahir dari keluarga orang miskin?" tanya Rani lagi karena dia masih merasa sangat penasaran."Benar sekali, saya terlahir dari keluarga orang miskin. Dahulu waktu saya masih kecil, Papa saya seorang kuli pasar, sedangkan Mama saya tukang pijat, saya merasa sangat kasihan kepada kedua orang tua saya yang bekerja keras dari pagi sam
"Ringan bagaimana? Berat tubuhku itu 42 kilo loh." ucap Rani terasa heran."Itu sangat ringan, Rani. Berat dari mana nya?" jawab Kenzo.Wanita itu tidak menjawab. Sekarang mereka sudah sampai di kolam renang, Adit dan Devo sudah masuk ke dalam kolam renang terlebih dahulu, sedangkan Zargie dan Vivi sedang berenang di area yang tidak dalam."Zargie dengan Vivi berenang di situ saja ya yang rendah. Jangan ke tengah-tengah, karena di tengah itu sangat dalam." pinta Kenzo."Sial, Om." jawab Zargie lalu kembali berenang."Iya, Daddy." jawab Vivi yang sedang bermain air.Pria itu tersenyum lalu mengangguk. Satu persatu Kenzo membuka pakaian nya, Rani yang melihat utu sangat terkecuali membalikan tubuhnya membelakangi pria itu."Kamu kenapa, Rani?" tanya Kenzo yang merasa heran kenapa wanita itu tiba-tiba membelakangi dirinya."Tidak apalagi, Mas." jawab Rani."Hahaha, saya mengerti. Kamu pasti terkejut karena saya melepas pakaian di hadapanmu, bukan?" ucap Kenzo sembari tertawa."Iya bisa d
Merasa sedang di tatap, Adit dan Devo langsung kembali melanjutkan aktivitas berenangnya. Agatha masih memperhatikan gerak gerik kedua anak laki-laki itu."Lihatlah, wanita itu terus saja menatap ke arah kita. Sepertinya dia curiga kepada kita " ucap Adit dengan berbisik kepada Devo.Mendengarkan pertanyaan temannya. Devo langsung menatap ke arah Agatha."Tante Agatha, kenapa Tante terus menatap ke arah aku dan temanku. Apa tate ingin ikut kami berenang? Jika iya kemarilah." pinta Devo.Mendengar perasaan Devo, Kenzo dan Anton langsung menatap ke arah Agatha. Termasuk Rani, wanita itu juga menatap ke arah Agatha dengan tatapan datar."Ah tidak, Devo. Tante hanya merasa asing saja dengan anak itu." jawab Agatha berbohong sembari menunjuk ke arah Adit."Ini teman ku. Adit namanya." jawab Devo."Halo, Tante. Salam kenal." ucap Adit pura-pura tersenyum ramah kepada Agatha."Halo juga, Adit. Salam kenal balik ya." jawab Agatha dengan senyuman nya.Adit mengangguk lalu melanjutkan bareng be