Share

Bab.4

Penulis: Dinni Iskandar
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 17:41:55

Disepanjang perjalanannya menuju kantor, Gerald terus mengembangkan senyuman, baginya hari ini terasa lebih indah dari hari-hari kemarin.

Gara-gara insiden pagi tadi, Aluna sedikit terlambat lima belas menit. Untung saja teman-temannya masih bisa diajak bekerja sama. Ia mendesah pelan dan duduk dimeja kerjanya.

"Kenapa lagi?" tanya seseorang wanita yang ada disampingnya.

"Biasalah, kejebak macet," sahutnya dengan berbohong. Jika ia jujur pasti akan muncul banyak pertanyaan jadi ia memutuskan untuk berbohong saja.

Lantas ia melanjutkan pekerjaannya kemarin. mencoba untuk fokus, tapi entah mengapa bayangan pria tampan yang bertemu dengannya seolah melekat di tempurung kepalanya.

Ia memukul pelan kepalanya, mencoba fokus pada pekerjaannya yang ada didepan layar komputernya.

Aksinya itu tak luput mendapatkan perhatian dari teman disebelahnya.

"Lun, kamu baik-baik aja kan?" tanyanya dengan nada khawatir.

Gadis cantik itu tergagap, menoleh kearah kedua temannya yang tepat berada di kanan kirinya, lalu ia meringis, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "aku baik-baik aja kok. Nggak perlu khawatir, ok!" sahutnya dengan serius.

Akhirnya mereka melanjutkan kembali pekerjaannya.

Hingga jam istirahat tiba, Aluna gadis cantik itu mengikuti kedua temannya yang akan makan siang dikantin kantornya.

"Tumben makan dikantin, biasanya bawa bekal, Lun?" ucap Tanti salah satu teman Aluna yang meja kerjanya tepat disampingnya.

"Lagi pengen aja."

Lantas ketiga gadis itu memesan makan siangnya, kurang lebih lima belas menit, pesannya sudah datang. Uap panas dari atas makanan masih terlihat mengepul tanda makanan tersebut baru saja dibuat.

"Kenyang, guys" jawab Tanti sambil mengusap perutnya diangguki oleh Aluna dan Putri.

Saat menikmati minuman dinginnya, ponsel milik Aluna berdenting, menandakan sebuah pesan masuk. Membuat atensi Aluna beralih pada benda pipih didalam kantong celananya.

Ia merogohnya lalu melihatnya, nomor asing tertera disana membuat dahi mengernyit. Siapa? bisiknya dalam hati. Karena penasaran, akhirnya ia membuka pesan teks tersebut.

[Maaf menganggu, kerugian mobil yang harus kamu tanggung sangat besar. Aku rasa kamu tidak akan sanggup.]

Aluna menahan nafasnya sesaat membaca pesan teks tersebut, jantungnya berdetak sangat kencang.

[Kalo boleh tahu, berapa ya?]

[ Tiga puluh enam juta ]

Seketika mata Aluna melotot membacanya, ia shock. "Serius? jangan-jangan dia mau meras aku lagi" bisiknya dalam hati.

[Nggak mungkin, atau anda salah hitung.]

[ Jika tidak percaya silakan datang kesini, aku sendiri yang akan menjeputmu]

[Tidak perlu]

[Jika kamu tidak sanggup membayarnya, ada satu syarat yang harus kamu tanda tangani]

Aluna tampak berpikir sejenak dengan usul laki-laki tampan itu.

"syarat?"

[ baiklah kita bisa bertemu]

akhirnya Aluna menerima untuk diajak bertemu. Sedetik dua detik tidak ada balasan lagi dari sana.

Aluna menghembuskan napasnya gusar.

"Serius, Lun. Kamu baik-baik aja. Kita perhatiin dari tadi kamu jangan tertekan gitu loh." kata Tanti yang memperhatikannya.

Aluna hanya menggeleng pelan, setelah itu ia mengajak temannya untuk kembali keruang kerjanya.

*****

Tidak terasa, jam telah menunjukkan pukul 5 sore. Aluna dan karyawan lainnya sudah bersiap untuk pulang.

Gadis cantik itu merasa bimbang, antara ingin bertemu atau membatalkannya saja.

"Gimana kalo dia ada niat buruk? atau dia menjebak aku?" katanya dalam hati.

Akhirnya, ia memutuskan untuk pulang saja, ia bisa memberikan alasannya nanti setelah sampai dirumah. Lalu gadis cantik itu menarik tuas gas motornya, melaju dengan pelan meninggalkan area parkiran.

Tiga puluh lebih dalam perjalanan, Aluna sampai dirumahnya, seperti biasanya, rumah terlihat masih berantakan. Tentu saja tidak ada yang membereskan semuanya.

Dengan langkah cepat, ia masuk kedalam kamarnya dan mengabaikan kondisi rumah yang sedikit berantakan.

Tangan mulusnya meraih ponselnya yang masih berada didalam tas slempangnya.

"Haduh... kirim nggak ya?" katanya dengan bimbang. Dengan ragu-ragu ia menekan tombol send.

"Dapet uang dari mana coba, tiga puluh enam juta itu banyak banget. Uang segitu butuh waktu satu tahun lebih buat aku ngumpulinnya." Gumamnya pelan, ia begitu gelisah dan takut menghadapi masalahnya.

Tidak ada tempat bercerita atau mengadu. Ia menelan semuanya sendirian.

Tidak lama, ponselnya berdenting, sebuah balasan sudah muncul dilayar ponselnya.

[ Baiklah, aku memberi waktu 2 hari untuk kamu berpikir, mau menerima tawaran ku atau kamu harus mengganti dalam bentuk uang]

Perasaan sedikit lega atas sikap laki-laki tersebut yang tidak memaksa, tapi yang membuat ia gelisah adalah bagai mana mencari uang sebanyak itu?

"Sial..." ia mengumpat kesal. Ia melepar ponselnya ke atas tempat tidur dengan sebarangan, mengabaikan pesan yang dikirim oleh pria tampan itu.

Tok!

Tok!

"Kakak!!" seru ibunya dibalik pintu kamarnya, "udah pulang, Nak?"

"Iya, Bu, barusan aja kok." Jawab Aluna dari dalam dan berjalan menuju pintu. Saat pintu kamarnya sudah terbuka, didepannya sosok wanita setengah baya berdiri didepan pintu. Wajah wajah sudah terlihat garis keriputnya nampak pucat.

Reflek Aluna menyentuh kening ibunya, "panas, ibu demam?" tanyanya menatap wajah pucat ibunya.

"Cuma pusing sedikit kok, Kak." timpal wanita itu.

"Kita berobat yuk, Bu."

"Nggak usah, Kak. Nanti juga sembuh sendiri." Aluna mendesah pelan.

"Ibu bisa minta tolong, kak?" katanya dengan nada yang lemah.

"Apa sih yang nggak bisa buat, ibu!" jawab Luna dengan wajah manisnya. Sang ibu tersenyum lembut, ia terharu dengan anak sulungnya ini.

"Hari ini kamu ya, yang masak buat makan malam?"

"Ya ampun, Bu. Kalo itu mah nggak perlu disuruh Aluna pasti bakal kerjain".

***

Setelah beberapa saat kemudian, beberapa makanan sudah terhidang. Aluna sangat cekatan mengerjakan semua pekerjaan rumah.

Semua anggota keluarga sudah berkumpul di depan meja makan.

"Tempe lagi? Nggak ada makanan enak ya sekali-sekali" celetuk Disty adik kedua Aluna.

"Iya, nih. Makan daging kek." Naira ikut menambahkan.

Aluna menahan nafasnya mencoba untuk tidak meributkannya,

"Kalian harus bersyukur bisa makan nasi walaupun lauk seadanya" kata ibunya,

"Harusnya Kak Luna beli dong daging, pelit amat." keluh Naira menatap sinis kearah kakaknya.

Belum sempat menjawab, sang ayah yang sedari diam akhirnya angkat bicara, jika diteruskan pasti bakal menjadi keributan kecil dimeja makan.

Dengan rasa kesal, Aluna makan dengan tidak nafsu. Sedangkan kedua adiknya, sudah cemberut karena keinginannya tidak terpenuhi.

Tidak sampai dua puluh menit, semua sudah menyelesaikan makannya, sang ayah yang sudah selesia duluan, ia berjalan keluar untuk duduk didepan teras rumahnya seperti biasanya.

Sedangkan Aluna ia membereskan peralatan makan, melihat kedua adiknya akan pergi begitu saja lantas ia memanggil.

"Naira, Disty, bantu kakak beresin peralatan makan." seru Aluna menatap kdua adiknya.

Dengan wajah yang seolah jijik mereka menolak secara halus, "dih! biasanya juga kakak sendiri yang beresin" sanggah Disty, ia melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Aku juga nggak mau ah, nanti tangan aku kasar jadinya" imbuh Naira.

Bab terkait

  • Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan   Bab.5

    Aluna menarik nafasnya dalam-dalam, masih mencoba bersabar menghadapi kedua adiknya yang terkesan tidak tahu diri. "Nggak usah banyak alasan, Naira, Disty." Serunya dengan wajah yang sudah mulai merah. "Kalo kalian nggak mau, aku nggak bakal lagi bayari cicilan ponsel kalian berdua." Imbuhnya dengan nada penuh penekanan Seketika wajah kedua gadis itu tampak pias, dengan terpaksa mereka membantu Aluna membereskan dapur. Ancaman yang dikatakan Aluna cukup ampuh untuk menakut-nakuti kedua adiknya. . Dua puluh menit kemudia, mereka bertiga sudah selesai dengan tugas masing. "Uuh... jadi rusak kan cat kuku gue" gerutuk Disty berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya diatas lantai. Tak berbeda jauh dengan Disty, Naira pun sama, ia terus menggerutuk bahwa telapak tangannya menjadi kasar. Karena merasa pusing mendengar ocehan kedua adiknya, Aluna kembali masuk kedalam kamarnya, ia duduk di pinggiran ranjangnya. Menarik nafasnya panjang-panjang. Isi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan   Bab 1

    [Kak, aku butuh uang buat perawatan, kirim sekarang nggak pake lama.] Gadis cantik berrambut panjang itu menghela napasnya panjang, lagi dan lagi uang pikirnya. Ia memijit pelipisnya. Mau tidak mau ia membuka m-bankingnya, Mentransfer beberapa jumlah uang ke rekening adiknya. Padahal, ini baru pertengahan bulan, ia harus menghemat gajinya. "Kayaknya aku perlu kasih ketegasan buat mereka berdua" ucapnya lirih. Saat ini, gadis itu sedang duduk diatas kursi kerja. Ia bekerja sebagai karyawan biasa diperusahaan besar. Gadis cantik berkulit putih itu sesekali meremas perutnya yang terasa melilit, tadi pagi, ia tidak sempat untuk sekedar mengisi perutnya. Sebab, pagi tadi ia bangun sudah hampir pukul 7 pagi, membuat ia tergesa-gesa dan hanya sempat minum air putih. Sang ibu yang biasanya sudah membangunkannya, pagi ini beliau sudah pergi kepasar pagi-pagi sekali, jika ditanya kemana dua adiknya, tentu ada tapi keduanya tampak seolah tidak peduli dengan Aluna sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan   Bab.2

    Pria tampan itu segera bangkit dari tidurannya, lalu berjalan menuju kamar mandi dengan membawa pakaiannya yang berserakan dilantai. Sang istri pun mengekorinya dari belakang. "Sayang, mandi bareng ya?" ucap istrinya. Suaminya hanya mengangguk, membiarkan tubuh sexy istrinya melewati dirinya. Pria tampan yang bernama Gerald itu meneguk salivanya saat melihat tubuh sexy istrinya.Gerald mulai menyalakan showernya, guyuran air shower mengguyur tubuh keduanya. Terasa sangat dingin saat guyuran air menyentuh kulit tubuhnya. Jessica meraih spon dan menuangkan sabun cari diatasnya, menggosok kulit punggung dan tak lupa ia sedikit memainkan benda pusaka milik suaminya. Kini, giliran dirinya meminta sang suami untuk menggosok setiap inci tubuhnya. Ya, dimulai dari punggung turun kebawah bagian bokong bulatnya dan lalu bagian depannya. Lagi-lagi Gerald meneguk ludahnya, saat tubuh sexy istrinya terpangpang didepannya. Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Gerald menyerang istrinya kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan   Bab.3

    Karena bosan, gadis cantik berkulit putih itu memainkan benda pipih yang tergeletak diatas nakas. Benda itu ia beli sendiri dari hasil kerja kerasnya. Tidak terasa, jam dilayar ponselnya sudah menunjukkan angka 10 malam, karena saat jam makan malam dia menunda makan, alhasil sekarang ia merasa perutnya begitu melilit. Mau tidak mau, akhirnya gadis cantik itu bangkit dari atas tempat tidurnya. Sebenarnya ia malas tapi dari pada tidak bisa tidur hanya karena menahan rasa laparnya lebih baik ia makan saja. Saat pintu kamarnya telah terbuka, suasana diluar kamarnya sudah gelap, lampu-lampu dibeberapa ruangan sudah dipadamkan. Kakinya melangkah dengan perlahan, takut membuat para penghuni rumahnya terganggu. Kamar tidur Aluna terletak dibagian ruang tengah bersebelahan dengan kamar adik bungsunya, sedangkan adiknya nomor dua, kamarnya berada didepan berhadapan dengan ruang tamu. Saat sampai diruang makan yang tepat berhadapan dengan kamar orang tuanya, ia sangat berhati-hati, ia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan   Bab.5

    Aluna menarik nafasnya dalam-dalam, masih mencoba bersabar menghadapi kedua adiknya yang terkesan tidak tahu diri. "Nggak usah banyak alasan, Naira, Disty." Serunya dengan wajah yang sudah mulai merah. "Kalo kalian nggak mau, aku nggak bakal lagi bayari cicilan ponsel kalian berdua." Imbuhnya dengan nada penuh penekanan Seketika wajah kedua gadis itu tampak pias, dengan terpaksa mereka membantu Aluna membereskan dapur. Ancaman yang dikatakan Aluna cukup ampuh untuk menakut-nakuti kedua adiknya. . Dua puluh menit kemudia, mereka bertiga sudah selesai dengan tugas masing. "Uuh... jadi rusak kan cat kuku gue" gerutuk Disty berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya diatas lantai. Tak berbeda jauh dengan Disty, Naira pun sama, ia terus menggerutuk bahwa telapak tangannya menjadi kasar. Karena merasa pusing mendengar ocehan kedua adiknya, Aluna kembali masuk kedalam kamarnya, ia duduk di pinggiran ranjangnya. Menarik nafasnya panjang-panjang. Isi

  • Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan   Bab.4

    Disepanjang perjalanannya menuju kantor, Gerald terus mengembangkan senyuman, baginya hari ini terasa lebih indah dari hari-hari kemarin. Gara-gara insiden pagi tadi, Aluna sedikit terlambat lima belas menit. Untung saja teman-temannya masih bisa diajak bekerja sama. Ia mendesah pelan dan duduk dimeja kerjanya. "Kenapa lagi?" tanya seseorang wanita yang ada disampingnya. "Biasalah, kejebak macet," sahutnya dengan berbohong. Jika ia jujur pasti akan muncul banyak pertanyaan jadi ia memutuskan untuk berbohong saja. Lantas ia melanjutkan pekerjaannya kemarin. mencoba untuk fokus, tapi entah mengapa bayangan pria tampan yang bertemu dengannya seolah melekat di tempurung kepalanya. Ia memukul pelan kepalanya, mencoba fokus pada pekerjaannya yang ada didepan layar komputernya. Aksinya itu tak luput mendapatkan perhatian dari teman disebelahnya. "Lun, kamu baik-baik aja kan?" tanyanya dengan nada khawatir. Gadis cantik itu tergagap, menoleh kearah kedua temannya yang tepat be

  • Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan   Bab.3

    Karena bosan, gadis cantik berkulit putih itu memainkan benda pipih yang tergeletak diatas nakas. Benda itu ia beli sendiri dari hasil kerja kerasnya. Tidak terasa, jam dilayar ponselnya sudah menunjukkan angka 10 malam, karena saat jam makan malam dia menunda makan, alhasil sekarang ia merasa perutnya begitu melilit. Mau tidak mau, akhirnya gadis cantik itu bangkit dari atas tempat tidurnya. Sebenarnya ia malas tapi dari pada tidak bisa tidur hanya karena menahan rasa laparnya lebih baik ia makan saja. Saat pintu kamarnya telah terbuka, suasana diluar kamarnya sudah gelap, lampu-lampu dibeberapa ruangan sudah dipadamkan. Kakinya melangkah dengan perlahan, takut membuat para penghuni rumahnya terganggu. Kamar tidur Aluna terletak dibagian ruang tengah bersebelahan dengan kamar adik bungsunya, sedangkan adiknya nomor dua, kamarnya berada didepan berhadapan dengan ruang tamu. Saat sampai diruang makan yang tepat berhadapan dengan kamar orang tuanya, ia sangat berhati-hati, ia me

  • Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan   Bab.2

    Pria tampan itu segera bangkit dari tidurannya, lalu berjalan menuju kamar mandi dengan membawa pakaiannya yang berserakan dilantai. Sang istri pun mengekorinya dari belakang. "Sayang, mandi bareng ya?" ucap istrinya. Suaminya hanya mengangguk, membiarkan tubuh sexy istrinya melewati dirinya. Pria tampan yang bernama Gerald itu meneguk salivanya saat melihat tubuh sexy istrinya.Gerald mulai menyalakan showernya, guyuran air shower mengguyur tubuh keduanya. Terasa sangat dingin saat guyuran air menyentuh kulit tubuhnya. Jessica meraih spon dan menuangkan sabun cari diatasnya, menggosok kulit punggung dan tak lupa ia sedikit memainkan benda pusaka milik suaminya. Kini, giliran dirinya meminta sang suami untuk menggosok setiap inci tubuhnya. Ya, dimulai dari punggung turun kebawah bagian bokong bulatnya dan lalu bagian depannya. Lagi-lagi Gerald meneguk ludahnya, saat tubuh sexy istrinya terpangpang didepannya. Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Gerald menyerang istrinya kem

  • Terpaksa Menjadi Wanita Simpanan   Bab 1

    [Kak, aku butuh uang buat perawatan, kirim sekarang nggak pake lama.] Gadis cantik berrambut panjang itu menghela napasnya panjang, lagi dan lagi uang pikirnya. Ia memijit pelipisnya. Mau tidak mau ia membuka m-bankingnya, Mentransfer beberapa jumlah uang ke rekening adiknya. Padahal, ini baru pertengahan bulan, ia harus menghemat gajinya. "Kayaknya aku perlu kasih ketegasan buat mereka berdua" ucapnya lirih. Saat ini, gadis itu sedang duduk diatas kursi kerja. Ia bekerja sebagai karyawan biasa diperusahaan besar. Gadis cantik berkulit putih itu sesekali meremas perutnya yang terasa melilit, tadi pagi, ia tidak sempat untuk sekedar mengisi perutnya. Sebab, pagi tadi ia bangun sudah hampir pukul 7 pagi, membuat ia tergesa-gesa dan hanya sempat minum air putih. Sang ibu yang biasanya sudah membangunkannya, pagi ini beliau sudah pergi kepasar pagi-pagi sekali, jika ditanya kemana dua adiknya, tentu ada tapi keduanya tampak seolah tidak peduli dengan Aluna sa

DMCA.com Protection Status