[Kak, aku butuh uang buat perawatan, kirim sekarang nggak pake lama.]
Gadis cantik berrambut panjang itu menghela napasnya panjang, lagi dan lagi uang pikirnya. Ia memijit pelipisnya. Mau tidak mau ia membuka m-bankingnya, Mentransfer beberapa jumlah uang ke rekening adiknya. Padahal, ini baru pertengahan bulan, ia harus menghemat gajinya. "Kayaknya aku perlu kasih ketegasan buat mereka berdua" ucapnya lirih. Saat ini, gadis itu sedang duduk diatas kursi kerja. Ia bekerja sebagai karyawan biasa diperusahaan besar. Gadis cantik berkulit putih itu sesekali meremas perutnya yang terasa melilit, tadi pagi, ia tidak sempat untuk sekedar mengisi perutnya. Sebab, pagi tadi ia bangun sudah hampir pukul 7 pagi, membuat ia tergesa-gesa dan hanya sempat minum air putih. Sang ibu yang biasanya sudah membangunkannya, pagi ini beliau sudah pergi kepasar pagi-pagi sekali, jika ditanya kemana dua adiknya, tentu ada tapi keduanya tampak seolah tidak peduli dengan Aluna sang kakak. Tepat saat jam istirahat, ia segera beranjak dari duduknya dan pergi kekantin dengan langkah lebar. Setibanya dikantin, ia segera memesan satu mangkuk mie goreng telur dan satu gelas es jeruk. "Busyet, Al. Nggak lagi nungguin gue?" Ucap seorang gadis berkacamata dihadapannya. Aluna hanya menyengir kuda kearah temannya "Sorry, gue udah laper banget" jawabnya dengan tampang yang memelas. "Emang, nggak sarapan dirumah?" "Nggak sempet, Sin." Tidak lama, dua mangkuk dengan berbeda pesanan sudah terhidang didepan meja. Aluna tidak ingin membuang waktu, segera menyantap mie goreng dengan telor diatas mangkuk. Saat dirinya sedang asyik menikmati makanmya, tiba-tiba ponselnya yang berada didalam diatas meja bergetar, sebuah pesan singkat masuk kedalam ponselnya. Lantas, ia membukanya. [ Kok cuma sejuta sih, loe, kirim? mana cukup anjir. Gue nggak mau tau, loe harus kirim lebih.] Aluna mendengkus membaca pesan yamg dikirim oleh adiknya yang bungsu, padahal adik bungsunya itu masih duduk dibangku sekolah menengah keatas, tapi gayanya melebihi Aluna yang lebih tua darinya. "Kenapa?" tanya Sinta heran menatap wajah temannya yang berubah menjadi bete. "Biasalah, adik gue minta kiriman uang," "Yaelah, masih aja dikasih, jangan dimanjain, Al." "Bukan manjain, Sin. Tapi kalo nggak gue kasih, dia pasti minta sama ibu gue, terus maksa lagi" "Sorry ya, adik loe itu kelakuan emang luar biasa sih." "Aku juga nggak tau lagi mau ngomong apa, Sin". Aluna mengabaikan pesan tersebut, dan melanjutkan makan siangnya kembali. Tidak sampai disana, pesan masuk kembali mengganggu Aluna, kali ini Aluna tidak lagi membacanya. Tiba-tiba saat keduanya telah menyelesaikan makan siangnya, seorang laki-laki yang seumuran dengan mereka muncul dan ikut bergabung. "Udah makan siangnya" katanya basa basi, "Nggak liat mata loe?" jawab Sinta dengan nada tak sukanya. "Wiiih... galak banget sih?" Lalu laki-laki itu menatap kearah gadis yang berada disampingnya, gadis cantik berkulit putih itu hanya tersenyum tipis melihat tingkah keduanya. "Ngapain loe, ngeliatin Aluna kayak gitu?" "Emang kenapa? Gue punya mata kali!!" "Kayaknya kalian jadian aja deh, aku liat cocok kok." Ujar Aluna dengan mengulum senyumnya. Lantas, ekspresi keduanya seolah menyiratkan rasa jijik, "Idih!!! najis banget deh." kata Sinta. "Siapa juga yang mau ama loe!!" Aluna terkekeh melihat tingkah keduanya. Tidak Aluna sadari, sejak tadi kehadiran dirinya duduk disana, ada sepasang mata yang sedang memperhatikan dirinya, sepasang mata itu begitu tajam memperhatikan gadis cantik yang duduk dipojokkan kantin. Diam-diam ia memotret kearah gadis tersebut, berbagai gaya sudah ia dapatkan. Lantas mengirimkan foto tersebut kepada sebuah nomor. Ia terus memperhatikan Aluna sampai gadis itu pergi dari sana, berjalan bersama kedua temannya. Bahkan pria itu pun mengakui jika Aluna adalah gadis yang cukup menarik, tubuh yang ideal, berwajah cantik dan berkulit putih alami. Dia merasa, Alina sangat cocok dengan karakter yang dicari oleh majikannya. Sedangkan Aluna, gadis itu sudah duduk dimana ia bekerja, jaraknya dengan Sinta tidak terlalu jauh hanya berjarak dua kursi. Jam kerja sudah dimulai, ia dan para karyawan lainnya sudah kembali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Hanya keheningan yang menyelimuti ruangan itu, sesekali terdengar bisik-bisik dari para teman lainnya. Sedangkan dilain tempat. Seorang pria tampam dengan tubuh yang berotot dan kekar, sedang fokus menatap kearah layar ponselnya. Cukup lama dirinya memperhatikan foto tersebut, hingga sebuah suara lembut terdengar memanggilnya. "Mas!! serius banget sih liat ponselnya?" suaranya terdengar manja dan lembut. Lantas, pria tampan itu segera menyimpan dan mematikan layarnya. "Udah makan?" Wanita itu menggeleng pelan dengan bibir yang mengerucut manja. "Kenapa belum makan? Ini udah siang loh, Sayang?" katanya, menyambut uluran tangan istrinya yang duduk diatas pangkuannya. "Nanti, Mas. Aku masih mau manja-manjaan sama kamu." Ia memainkan dada bidang milik suaminya, mengusapnya secara perlahan membuat suaminya memejamkan matanya. Sentuhan-Sentuhan itu seolah memancing kelelakiannya untuk bangkit. "Mas" ucapnya dengan suara yang sangat lirih namun masih bisa di dengar. Lantas, tanpa aba-aba, suaminya menggendong tubuh ramping istrinya lalu membaringkan tubuhnya diatas ranjang king size itu. Kedua saling menatap, lalu, bibir keduanya saling bertaut dan saling melumat. Suara kecipak dari mulut keduanya seolah menggambarkan nikmatmya ciuman itu. Tangan kekar pria itu mulai meraba bagian depan tubuh istrinya, ia memijit dan meremasnya. Suara lenguhan keluar dari mulut istrinya. Tangan istrinya pun tidak tinggal diam, ia mencari benda pusaka milik suaminya yang sudah mengacung keras. "Masukin ya, aku sudah nggak tahan lagi," kata suaminya dengan suarq parau. Dengan malu-malu, istrinya mengangguk pelan, ia sebenarnya juga sudah tidak tahan lagi. Setelah pakaian keduanya sudah berserakan dilantai, tanpa menunggu lama lagi tubuh keduanya sudah menyatu. Suara-suara desahan dan erangan terdengar didalam kamar mereka. Pria tampan itu tampak sangat menikmati servis yang diberikan oleh istrinya. Tubuh istrinya berada diatas tubuhnya, pinggulnya bergerak dengan liar seolah ingin memberikan kepuasan untuk suaminya. Tangan kekar suaminya berada dipinggulnya membantu gerakan naik turun istrinya agar lebih cepat. Hampir tiga puluh menit kedu pasangan suamj istri itu bertempur, akhirnya keduanya sudah mencapai klimaksnya, suara erangan dan lenguhan terdengar panjang. "Makasih servisnya, Sayang." serunya yang berada diatas tubuh istrinya. "Tentu, aku akan buat kamu selalu puas, Mas. Apa, kamu mau lanjut ronde kedua, Mas?" jawabnya dengan suara mendayu-dayu. "Tidak untuk siang ini, Jes. Aku ada pekerjaan penting yang sudah menunggu" Sang wanita mendengkus pelan, ia ingin banyak menghabiskan waktunya dengan suaminya yang sibuk. "Aku ikut, biar kapan pun kamu pengen, aku bisa ngelayani kamu." "Nggak bisa untuk kali ini, Jes." Tolak suaminya dengan tegas.Pria tampan itu segera bangkit dari tidurannya, lalu berjalan menuju kamar mandi dengan membawa pakaiannya yang berserakan dilantai. Sang istri pun mengekorinya dari belakang. "Sayang, mandi bareng ya?" ucap istrinya. Suaminya hanya mengangguk, membiarkan tubuh sexy istrinya melewati dirinya. Pria tampan yang bernama Gerald itu meneguk salivanya saat melihat tubuh sexy istrinya.Gerald mulai menyalakan showernya, guyuran air shower mengguyur tubuh keduanya. Terasa sangat dingin saat guyuran air menyentuh kulit tubuhnya. Jessica meraih spon dan menuangkan sabun cari diatasnya, menggosok kulit punggung dan tak lupa ia sedikit memainkan benda pusaka milik suaminya. Kini, giliran dirinya meminta sang suami untuk menggosok setiap inci tubuhnya. Ya, dimulai dari punggung turun kebawah bagian bokong bulatnya dan lalu bagian depannya. Lagi-lagi Gerald meneguk ludahnya, saat tubuh sexy istrinya terpangpang didepannya. Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Gerald menyerang istrinya kem
Karena bosan, gadis cantik berkulit putih itu memainkan benda pipih yang tergeletak diatas nakas. Benda itu ia beli sendiri dari hasil kerja kerasnya. Tidak terasa, jam dilayar ponselnya sudah menunjukkan angka 10 malam, karena saat jam makan malam dia menunda makan, alhasil sekarang ia merasa perutnya begitu melilit. Mau tidak mau, akhirnya gadis cantik itu bangkit dari atas tempat tidurnya. Sebenarnya ia malas tapi dari pada tidak bisa tidur hanya karena menahan rasa laparnya lebih baik ia makan saja. Saat pintu kamarnya telah terbuka, suasana diluar kamarnya sudah gelap, lampu-lampu dibeberapa ruangan sudah dipadamkan. Kakinya melangkah dengan perlahan, takut membuat para penghuni rumahnya terganggu. Kamar tidur Aluna terletak dibagian ruang tengah bersebelahan dengan kamar adik bungsunya, sedangkan adiknya nomor dua, kamarnya berada didepan berhadapan dengan ruang tamu. Saat sampai diruang makan yang tepat berhadapan dengan kamar orang tuanya, ia sangat berhati-hati, ia me
Disepanjang perjalanannya menuju kantor, Gerald terus mengembangkan senyuman, baginya hari ini terasa lebih indah dari hari-hari kemarin. Gara-gara insiden pagi tadi, Aluna sedikit terlambat lima belas menit. Untung saja teman-temannya masih bisa diajak bekerja sama. Ia mendesah pelan dan duduk dimeja kerjanya. "Kenapa lagi?" tanya seseorang wanita yang ada disampingnya. "Biasalah, kejebak macet," sahutnya dengan berbohong. Jika ia jujur pasti akan muncul banyak pertanyaan jadi ia memutuskan untuk berbohong saja. Lantas ia melanjutkan pekerjaannya kemarin. mencoba untuk fokus, tapi entah mengapa bayangan pria tampan yang bertemu dengannya seolah melekat di tempurung kepalanya. Ia memukul pelan kepalanya, mencoba fokus pada pekerjaannya yang ada didepan layar komputernya. Aksinya itu tak luput mendapatkan perhatian dari teman disebelahnya. "Lun, kamu baik-baik aja kan?" tanyanya dengan nada khawatir. Gadis cantik itu tergagap, menoleh kearah kedua temannya yang tepat be
Aluna menarik nafasnya dalam-dalam, masih mencoba bersabar menghadapi kedua adiknya yang terkesan tidak tahu diri. "Nggak usah banyak alasan, Naira, Disty." Serunya dengan wajah yang sudah mulai merah. "Kalo kalian nggak mau, aku nggak bakal lagi bayari cicilan ponsel kalian berdua." Imbuhnya dengan nada penuh penekanan Seketika wajah kedua gadis itu tampak pias, dengan terpaksa mereka membantu Aluna membereskan dapur. Ancaman yang dikatakan Aluna cukup ampuh untuk menakut-nakuti kedua adiknya. . Dua puluh menit kemudia, mereka bertiga sudah selesai dengan tugas masing. "Uuh... jadi rusak kan cat kuku gue" gerutuk Disty berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya diatas lantai. Tak berbeda jauh dengan Disty, Naira pun sama, ia terus menggerutuk bahwa telapak tangannya menjadi kasar. Karena merasa pusing mendengar ocehan kedua adiknya, Aluna kembali masuk kedalam kamarnya, ia duduk di pinggiran ranjangnya. Menarik nafasnya panjang-panjang. Isi
Aluna menarik nafasnya dalam-dalam, masih mencoba bersabar menghadapi kedua adiknya yang terkesan tidak tahu diri. "Nggak usah banyak alasan, Naira, Disty." Serunya dengan wajah yang sudah mulai merah. "Kalo kalian nggak mau, aku nggak bakal lagi bayari cicilan ponsel kalian berdua." Imbuhnya dengan nada penuh penekanan Seketika wajah kedua gadis itu tampak pias, dengan terpaksa mereka membantu Aluna membereskan dapur. Ancaman yang dikatakan Aluna cukup ampuh untuk menakut-nakuti kedua adiknya. . Dua puluh menit kemudia, mereka bertiga sudah selesai dengan tugas masing. "Uuh... jadi rusak kan cat kuku gue" gerutuk Disty berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya diatas lantai. Tak berbeda jauh dengan Disty, Naira pun sama, ia terus menggerutuk bahwa telapak tangannya menjadi kasar. Karena merasa pusing mendengar ocehan kedua adiknya, Aluna kembali masuk kedalam kamarnya, ia duduk di pinggiran ranjangnya. Menarik nafasnya panjang-panjang. Isi
Disepanjang perjalanannya menuju kantor, Gerald terus mengembangkan senyuman, baginya hari ini terasa lebih indah dari hari-hari kemarin. Gara-gara insiden pagi tadi, Aluna sedikit terlambat lima belas menit. Untung saja teman-temannya masih bisa diajak bekerja sama. Ia mendesah pelan dan duduk dimeja kerjanya. "Kenapa lagi?" tanya seseorang wanita yang ada disampingnya. "Biasalah, kejebak macet," sahutnya dengan berbohong. Jika ia jujur pasti akan muncul banyak pertanyaan jadi ia memutuskan untuk berbohong saja. Lantas ia melanjutkan pekerjaannya kemarin. mencoba untuk fokus, tapi entah mengapa bayangan pria tampan yang bertemu dengannya seolah melekat di tempurung kepalanya. Ia memukul pelan kepalanya, mencoba fokus pada pekerjaannya yang ada didepan layar komputernya. Aksinya itu tak luput mendapatkan perhatian dari teman disebelahnya. "Lun, kamu baik-baik aja kan?" tanyanya dengan nada khawatir. Gadis cantik itu tergagap, menoleh kearah kedua temannya yang tepat be
Karena bosan, gadis cantik berkulit putih itu memainkan benda pipih yang tergeletak diatas nakas. Benda itu ia beli sendiri dari hasil kerja kerasnya. Tidak terasa, jam dilayar ponselnya sudah menunjukkan angka 10 malam, karena saat jam makan malam dia menunda makan, alhasil sekarang ia merasa perutnya begitu melilit. Mau tidak mau, akhirnya gadis cantik itu bangkit dari atas tempat tidurnya. Sebenarnya ia malas tapi dari pada tidak bisa tidur hanya karena menahan rasa laparnya lebih baik ia makan saja. Saat pintu kamarnya telah terbuka, suasana diluar kamarnya sudah gelap, lampu-lampu dibeberapa ruangan sudah dipadamkan. Kakinya melangkah dengan perlahan, takut membuat para penghuni rumahnya terganggu. Kamar tidur Aluna terletak dibagian ruang tengah bersebelahan dengan kamar adik bungsunya, sedangkan adiknya nomor dua, kamarnya berada didepan berhadapan dengan ruang tamu. Saat sampai diruang makan yang tepat berhadapan dengan kamar orang tuanya, ia sangat berhati-hati, ia me
Pria tampan itu segera bangkit dari tidurannya, lalu berjalan menuju kamar mandi dengan membawa pakaiannya yang berserakan dilantai. Sang istri pun mengekorinya dari belakang. "Sayang, mandi bareng ya?" ucap istrinya. Suaminya hanya mengangguk, membiarkan tubuh sexy istrinya melewati dirinya. Pria tampan yang bernama Gerald itu meneguk salivanya saat melihat tubuh sexy istrinya.Gerald mulai menyalakan showernya, guyuran air shower mengguyur tubuh keduanya. Terasa sangat dingin saat guyuran air menyentuh kulit tubuhnya. Jessica meraih spon dan menuangkan sabun cari diatasnya, menggosok kulit punggung dan tak lupa ia sedikit memainkan benda pusaka milik suaminya. Kini, giliran dirinya meminta sang suami untuk menggosok setiap inci tubuhnya. Ya, dimulai dari punggung turun kebawah bagian bokong bulatnya dan lalu bagian depannya. Lagi-lagi Gerald meneguk ludahnya, saat tubuh sexy istrinya terpangpang didepannya. Karena sudah tidak tahan lagi, akhirnya Gerald menyerang istrinya kem
[Kak, aku butuh uang buat perawatan, kirim sekarang nggak pake lama.] Gadis cantik berrambut panjang itu menghela napasnya panjang, lagi dan lagi uang pikirnya. Ia memijit pelipisnya. Mau tidak mau ia membuka m-bankingnya, Mentransfer beberapa jumlah uang ke rekening adiknya. Padahal, ini baru pertengahan bulan, ia harus menghemat gajinya. "Kayaknya aku perlu kasih ketegasan buat mereka berdua" ucapnya lirih. Saat ini, gadis itu sedang duduk diatas kursi kerja. Ia bekerja sebagai karyawan biasa diperusahaan besar. Gadis cantik berkulit putih itu sesekali meremas perutnya yang terasa melilit, tadi pagi, ia tidak sempat untuk sekedar mengisi perutnya. Sebab, pagi tadi ia bangun sudah hampir pukul 7 pagi, membuat ia tergesa-gesa dan hanya sempat minum air putih. Sang ibu yang biasanya sudah membangunkannya, pagi ini beliau sudah pergi kepasar pagi-pagi sekali, jika ditanya kemana dua adiknya, tentu ada tapi keduanya tampak seolah tidak peduli dengan Aluna sa