Share

Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda
Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda
Penulis: PanduVi

Keputusan tak Terduga

Penulis: PanduVi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seorang gadis sedang berjalan di trotoar jalan yang sedikit ramai. Ia menelisik ke segala arah dengan raut wajah yang netral. Tiba-tiba saja, ponselnya berdering dengan nyaring di dalam tas merah miliknya.

"Halo, ada apa, Bu?" perempuan berambut panjang itu segera mengangkat telepon dari sang ibu.

"Amora, kamu cepat pulang! Ibu dan Ayah sedang dalam masalah besar!"

"Apa? Sebentar lagi Amora akan ke sana ya, Bu!"

Dengan raut wajah yang cemas, gadis itu langsung mempercepat langkahnya menuju rumah. Ia tak acuh dengan reaksi orang-orang yang menatap heran. Yang ada di pikirannya saat ini adalah masalah yang seketika muncul dari sang ibu.

Namun, sontak saja terdapat sebuah mobil sedan hitam yang melaju dengan kencang. Mobil itu tidak sengaja melintasi genangan air yang becek. Alhasil, genangan air itu menyembur ke gaun berwarna putih milik gadis yang bernama Amora itu.

"Hei! Kalau berkendara lihat-lihat sekeliling, dong!" Amora menatap ke arah mobil tersebut dan melirik kembali ke gaunnya yang menjadi basah dan kotor.

Mobil sedan hitam itu pun berhenti di tepi jalan. Tampaklah seorang pemuda berjas hitam dengan kemeja putih yang sangat rapi. Pemuda itu menghampiri Amora dengan tenang dan santai.

"Apa Nona membutuhkan bantuan?" tanya pemuda bertubuh tinggi itu sembari membuka kacamata hitam miliknya.

Amora masih geram dengan tingkah lakunya. Ia berkata dan memberi nasihat supaya tetap memperhatikan sekeliling walaupun sedang berkendara.

"Lihatlah apa yang kau lakukan ini kepadaku. Bajuku jadi kotor, 'kan?"

Segera, pemuda itu memandangi gaun putih Amora yang sudah kotor, lalu tersenyum kecil. Hal itu membuat Amora menjadi tambah marah, ia segera pergi dari tempat tersebut karena masalah yang dihadapi kedua orang tuanya lebih penting daripada melayani pemuda itu.

"Eh, tunggu!" Pemuda tersebut mencoba memanggil, tetapi Amora sudah berlari menjauh.

"Siapa gadis itu?"

***

Amora akhirnya berhenti di kejauhan dan memandangi depan rumah orang tuanya. Ia melihat beberapa orang dengan pakaian serba hitam dan bertubuh besar. Amora tentu mengenal pria tersebut.

"Ampun! Jangan ambil harta kami! Kami janji akan membayarnya secepat mungkin!" Terlihat bahwa ayah Amora memohon dengan menyatukan kedua tangan di depan mereka.

Namun, para pria itu malah memarahinya dan mengeluarkan kata-kata kasar. Sang ibu hanya berteriak histeris dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Amora segera berlari menghampiri mereka.

"Amora!" Wanita paruh baya itu segera menghampiri Amora sembari menangis. Sementara, ia sendiri masih belum tahu hal apa yang terjadi.

"Sebenarnya ada apa sebenarnya, Bu?" tanya Amora.

Salah seorang dari pria berpakaian hitam itu pun berkata bahwa kedua orang tua Amora telah memiliki utang yang sangat besar. Sampai saat ini, mereka masih belum sanggup membayar utang tersebut.

"Memangnya berapa utang kedua orang tua aku?" Amora melayangkan pertanyaan kepada tiga pria berpakaian hitam itu.

"Dua ratus juta! Apa kamu sanggup membayarnya?"

"Apa?"

Amora terkejut, ia tidak tahu bahwa kedua orang tuanya memiliki utang sebanyak itu. Entah mengapa dan untuk apa mereka meminjam utang sampai begitu besarnya, juga Amora sendiri sampai tidak tahu.

"Maafkan Ayah, Nak! Ayah meminjam uang karena Ayah perlu modal untuk bisnis Ayah yang lama, tapi Ayah justru merugi," ujar sang ayah kepada Amora.

Gadis berambut panjang terurai itu tidak dapat berkata apa-apa lagi. Ia masih syok dengan nominal utang tersebut. Jumlah uang yang sangat besar bagi mereka yang hanya keluarga sederhana.

"Tolong, beri kelonggaran untuk kami supaya bisa membayar utang itu. Atau, kalian bisa beri cara alternatif asalkan kami bisa memenuhinya. Tolonglah!" Amora meminta keringanan dan belas kasihan kepada mereka.

"Nggak ada. Pokoknya, kalian semua harus bayar! Kalau nggak, tanah dan rumah ini harus jadi taruhannya!" ucap salah seorang dari mereka dengan nada tinggi.

Sang Ibu yang bernama Rahmi hanya bisa menangis tersedu-sedu. Sementara, suaminya menunduk kaku dan tidak berani memandang apa pun. Amora sendiri saat itu masih belum kerja karena baru tamat kuliah.

"Cukup!"

Tiba-tiba, seorang pria kaya raya muncul dari dalam mobil sedan. Membuat semua orang termasuk Amora memusatkan pandangan ke arah suara tersebut. Amora mengenali mobil sedan hitam itu. Ia baru sadar bahwa lelaki yang keluar dari mobil tersebut adalah lelaki yang sama dengan yang ditemuinya di pinggir jalan tadi.

"Mohon maaf, Tuan Stefan. Kami masih belum bisa membayar uang yang Tuan Stefan pinjamkan dulu." Ayah Amora yang bernama Rama langsung menunduk sambil menyatukan kedua tangan.

Pria itu malah tidak acuh dengan sikap Rama kepadanya. Amora masih tidak menyangka dengan siapa sosok yang berada di depannya. Semua terdiam, tidak ada yang berani berkata apa-apa lagi.

"Kamu? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Amora dengan cepat kepada pria itu.

"Hai, kita ketemu lagi di sini. Ternyata, kamu anak dari mereka, ya?"

Kini, sosok tersebut memperkenalkan diri kepada Amora. Ternyata, ia adalah seorang bos muda yang kaya raya di daerahnya. Meski dikenal banyak orang, entah mengapa Amora sendiri tidak mengenalinya.

"Kamu tadi meminta cara alternatif lain supaya utang orang tua kamu lunas, 'kan?" tanya Stefan sambil mengingat kembali pertanyaan Amora tadi.

Perempuan berbaju putih itu mengangguk, ia masih belum bisa berbuat apa-apa. Pria bertubuh tinggi itu melirik Amora dengan penuh hasrat dari ujung rambut sampai kaki, lalu tersenyum sesaat. Dirinya tiba-tiba berkata bahwa utang kedua orang tua Amora bisa lunas asalkan dengan satu syarat, yaitu Amora harus menikah dengannya.

Gadis itu terkejut bukan kepalang. Mana mungkin ia menikah dengan seseorang yang baru dikenalnya? Terlebih, usianya yang mungkin terpaut jauh meski baru beberapa tahun juga.

"Itu tergantung keputusan kamu. Kalau kamu menolak juga nggak apa-apa, tapi kamu tahu konsekuensinya, 'kan?" Stefan mendekatkan bibirnya kepada telinga Amora, membuat perempuan tersebut menjadi tidak nyaman.

Lantas, pria itu pun segera pergi dari tempat tersebut. Diikuti oleh ketiga pria berbaju hitam di belakang yang merupakan para suruhannya. Tinggallah Amora beserta kedua orang tua di depan rumah itu.

Amora masih tidak menyangka bahwa pria yang bernama Stefan itu merupakan pria yang memberi utang kepada orang tuanya. Sungguh, ini suatu kebetulan yang tak terduga.

***

Malam hari pun telah tiba. Suasana di keluarga Amora terasa dingin dan sunyi. Permasalahan yang mereka hadapi bukanlah masalah biasa. Ini menyangkut tentang masa depan Amora.

"Amora, apa kamu yakin dengan keputusan itu??" tanya sang ibu kepada anaknya di sofa.

"Iya, Bu. Keputusan Amora sudah bulat dan pasti itu yang terbaik untuk Ayah dan Ibu. Amora akan menikah dengannya dan semoga Amora bisa melupakan Delvin," ujar perempuan berkulit putih itu dengan nada sendu.

Sebenarnya, mereka tidak setuju dengan keputusan Amora. Terlebih, usia Amora yang bisa terbilang terpaut jauh dengan usia CEO muda yang akan menginjak kepala tiga. Namun, mereka yakin bahwa setiap keputusan sang anak pastilah yang terbaik.

"Bagaimana dengan Delvin? Dia sudah menunggumu selama beberapa tahun di sana dan akan menikahimu jika sudah pulang dari Jepang nanti." Kini, giliran Rama yang bertanya.

Amora sendiri masih ragu untuk menceritakan hal ini kepada kekasih lamanya. Terlebih, dua bulan lagi lelaki tersebut akan pulang. Entah mengapa masalah datang bersamaan dengan perencanaan kehidupan mereka.

"Untuk sementara, Amora nggak mau cerita tentang hal ini sama dia, Bu. Amora nggak mau dia terlibat. Nanti takutnya uang dari hasil kerja dia di Jepang malah dibuat melunasi utang kita."

Kedua orang tuanya pun mengerti. Ia tahu bahwa Delvin pasti akan menolong mereka, tetapi uang yang merupakan hasil jerih payahnya pasti malah menjadi pembayar utang jika Amora benar-benar memberitahukan masalah ini.

Tiba-tiba, mereka bertiga dikejutkan dengan ponsel Amora yang berdering di atas nakas. Perempuan itu segera bangkit dan meraih ponsel di atas nakas. Seketika, raut wajahnya berubah menjadi terkejut.

"Delvin?"

Bab terkait

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Dia akan Pulang

    Amora terkejut ketika melihat nama kekasihnya yang terpampang jelas di layar ponsel. Pacarnya menelepon dan Amora merasa canggung untuk mengangkatnya. Tak beberapa lama kemudian, ia pun memberanikan diri untuk mengangkat telepon tersebut."Halo, Sayang. Apa kabar?" ucap dari seberang telepon.Mendengar suaranya saja, Amora hampir menitikkan air mata. Bukan tanpa sebab, sebentar lagi hubungannya dengan Delvin akan terputus. Ia akan menikah dengan seorang bos muda yang kaya raya."Halo?" Suara Delvin kembali terdengar di seberang telepon."Eh, iya. Halo, Sayang. Aku baik-baik saja. Bagaimana kabarmu di sana?" Perempuan itu akhirnya membuyarkan lamunan dan bertanya kembali.Rama dan Rahmi hanya tertegun melihat anaknya yang menyembunyikan semua masalah ini terhadap Delvin. Mereka merasa bersalah karena telah meminjam uang dan menjadikan sang anak sebagai penebusnya. Hanya karena utang, semuanya menjadi berantakan seperti ini."Aku baik-baik saja. Oh, ya. Aku bawa berita gembira buat kamu

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Tidak Menerima Istri Kedua

    Stefan memutuskan untuk menuju lantai dua setelah mendengar setelah mendengar sesuatu di arah sana. Sementara, Amora beserta orang tuanya tetap berada di ruang tamu dengan perasaan tak menentu. Di atas, lelaki itu segera mengetuk pintu kamarnya."Jovita, kamu sedang apa?"Stefan berkali-kali mengetuk, tetapi tak kunjung dibuka. Ia mencoba untuk membuka pintu dan ternyata tidak dikunci. Setelah dibuka, ternyata banyak sekali barang yang berserakan di lantai. "Jovita, apa yang sedang kamu lakukan?" Stefan naik pitam, ia masuk ke kamar setelah melihat Jovita melempar barang ke segala arah."Aku gak mau dia jadi istri kedua kamu, Mas! Aku gak mau! Cukup aku saja yang jadi istrimu. Kalau nggak, aku harus mati aja!" teriak Jovita seolah-olah telah hilang pikiran."Cukup, Jovita! Cukup! Sampai kapan lagi kamu bersikap egois seperti ini?"Stefan menjadi marah. Ia langsung berkata bahwa dirinya menikah dengan Amora hanya untuk meneruskan keturunan. Dirinya pun menambahkan bahwa Jovita adalah

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Malam Pertama

    Stefan mendekati wajahnya terhadap istri barunya itu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk merasakan cinta kedua dari kehidupannya. Sementara, Amora dengan cepat menutup mata dengan raut wajah yang ketakutan.Tiba-tiba, Stefan menggenggam kedua lengan atas milik perempuan itu. Amora terkejut, ia merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Amora tidak bisa berkutik, ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena sudah sah menjadi istri Stefan."Malam ini, kita akan bersenang-senang," bisik Stefan dengan halus.Kini, pria berkulit putih itu melepaskan baju pernikahannya. Perlahan, ia membuka kancing dari atas. Amora seketika menutup mata kembali. Dirinya tidak ingin melihat dan merasakan sesuatu yang terjadi di malam itu."Tuan, jangan! Jangan lakukan itu!" Amora yang tidak menyangka dengan alur kehidupannya hanya bisa pasrah. Dalam hati, ingin sekali berteriak dan meminta tolong kepada Delvin terkait hal itu.***Pagi telah tiba, Amora membuka mata secara perlahan. Ia merasa lelah, mungk

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Kabar Gembira

    Amora sedang memuntahkan sesuatu setelah merasa muak sejak berada di kamar tadi. Bi Asih yang memperhatikannya pun ikut berada di belakang karena takut terjadi apa-apa padanya. Sementara, Jovita tidak peduli dengan apa yang terjadi.Setelah merasa lebih baik, Amora bernapas dengan perlahan. Ia melihat wajahnya yang berada di cermin kamar mandi. Wajah yang terlihat putih pucat itu hanya membuatnya semakin bersedih."Non, kalau Bibi sangka, ini tanda-tanda kalau Non sedang hamil.""Apa, hamil?" Amora terkejut, baru saja seminggu menjadi istri Stefan, ia menjadi hamil saja.Memang, ini adalah kabar gembira untuk Stefan yang menantikan keturunan. Namun, hal ini merupakan kabar yang tak diinginkan oleh Amora sendiri. Itu menjadi pertanda bahwa dirinya sudah menjadi milik Stefan seutuhnya."Bibi nggak bercanda, 'kan?" tanya Amora guna memastikan."Iya, Non. Bibi bersungguh-sungguh." Di keesokannya setelah Stefan pulang pada dini hari, ia mendengar cerita dari Bu Asih bahwa sang istri kedua

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Pulangnya Delvin

    Amora sontak terkejut ketika melihat seseorang yang berada di luar rumah. Bukan tanpa sebab, seseorang yang dilihatnya itu tak lain adalah kekasih lamanya, Delvin. Lelaki itu sepertinya baru saja pulang dari Jepang. Akan tetapi, dari mana ia tahu bahwa Amora berada di rumah itu?"Apakah Delvin sudah tahu kalau aku sudah menikah dengan Mas Stefan?" ujarnya dengan penuh tanda tanya.Sementara, Delvin masih berteriak dari luar. Beberapa penjaga rumah mencoba menghentikannya, tetapi Delvin masih terlihat bersikeras untuk memanggil Amora. Lelaki tersebut ditemani oleh Alex yang merupakan teman masa kecil, sekaligus orang yang menemaninya sewaktu di Jepang."Aku harus turun!"Tanpa pikir panjang, Amora pun memutuskan untuk ke luar rumah. Ia ingin supaya Delvin tidak berada di rumah itu lagi. Bisa gawat nantinya jika istri pertama Stefan yang tak lain adalah Jovita mengetahui hal itu."Amora, keluarlah!" Sementara, Delvin masih berteriak memanggil kekasihnya untuk menagih cinta yang selama i

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Nasib Amora

    Pintu kamar terketuk kembali. Amora yang menyadarinya langsung menghampiri dan membuka kunci kamar. Ternyata, terdapat Bi Asih yang sudah berada di ambang pintu kamar sambil membawakan sepiring makanan dan segelas susu untuknya."Maaf, Non. Ini Bibi bawakan makanan dan susu untuk Non. Supaya anak yang berada di kandungan Non bisa sehat," ungkap Bi Asih dengan berseri-seri."Oh ya, Bi. Simpan saja di atas meja itu dulu ya, Bi." Amora menyeka air mata dengan kasar, lalu menunjuk ke sebuah meja di samping tempat tidur.Lantas, Bi Asih menyimpan apa yang dibawanya di atas meja. Lalu, memandang kembali ke majikannya dengan perasaan heran."Non, kenapa Non menangis? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Apakah Nyonya Jovita jahat kepada Non?" tanya Bi Asih berusaha menerka-nerka."Ah, nggak apa-apa kok, Bi. Aku baik-baik saja. Nyonya Jovita nggak jahat juga, kok." Amora berusaha untuk menutupi terkait Delvin kepada siapa pun.Alhasil, Bi Asih berpamitan kembali untuk keluar dari kamar tersebut.

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Amarah Jovita

    Amora sungguh terkejut bukan kepalang melihat Jovita yang membuka pintu kamar dengan kasar. Bukan tanpa sebab, perempuan itu menampilkan wajah yang penuh dengan amarah. Apa yang sebenarnya terjadi? Atau, apakah Jovita tahu bahwa Delvin datang dan berteriak pada waktu tadi?"Nyonya Jovita, kenapa Nyonya membuka pintu seperti ini?" tanya Amora dengan waswas."Emangnya kenapa? Nggak boleh, ini rumah gue, ya! Gue berhak berbuat apa pun di rumah ini!" teriak Jovita dengan kasar.Amora menunduk, ia merasa bahwa Jovita sudah tahu tentang kejadian tadi. Mungkin saja penjaga rumah menceritakannya kepada Jovita. Entahlah, bagaimana nasib Amora ke depannya."Gue mau cerita sama, lo."Deg!Amora terbelalak, ia baru saja mendengar pernyataan dari wanita bergaun merah itu. Apa yang sebenarnya ingin diceritakan? Apakah tentang Delvin?"Apa yang akan Nyonya ceritakan kepada saya?" tanya Amora.Jovita mendekat, membuat Amora semakin waspada. Ia khawatir jika perkiraannya benar. Tamatlah riwayat Amora

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Telepon dari Delvin

    Jovita segera melangkah ke kamar milik Amora setelah menyadari terdapat ponsel yang berdering. Dengan perlahan, ia mulai mendekati ponsel yang berada di atas nakas tersebut.Lama-kelamaan, ponsel itu tidak berdering lagi. Tampaklah nama Delvin sebagai panggilan tidak terjawab. Jovita masih berada di ambang pintu. Niatnya untuk melihat ponsel Amora menjadi urung tatkala dirinya merasa malas ketika mengingat Amora."Untuk apa gue lihat ponsel dia? Gak ada gunanya."Lantas, perempuan berpakaian kurang bahan itu segera pergi dari kamar tersebut. Untunglah, Jovita tidak sempat melihat nama Delvin di layar ponsel Amora. Jika tidak, pasti ia akan merasa curiga terhadap Amora.Di ruang tengah, Stefan dan Amora tengah berduaan. Stefan tak henti-hentinya mengelus perut Amora yang sedang mengandung. Sementara, Amora sendiri masih memikirkan Jovita. Ia tidak enak dengan istri pertama Stefan itu. Reaksinya yang tidak suka membuat semakin tidak betah."Semoga, kamu cepat besar ya, Nak. Nanti, kamu

Bab terbaru

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Menyembunyikan Diri

    Amora terkejut setelah melihat Delvin yang berada di mal tersebut. Lelaki itu tampak bersama Alex yang merupakan teman akrabnya. Namun, sedang apa mereka berdua berada di tempat itu?Sejak saat itu, Amora menjadi panik. Ia harus mencari cara supaya dirinya bisa bersembunyi dan tidak terlihat oleh Delvin. Bisa gawat nantinya jika Stefan tahu bahwa Delvin adalah kekasih lamanya."Kamu kenapa, Sayang? Ada apa?" tanya Stefan setelah melihat Amora yang berhenti mendadak."Mas, aku boleh ke belakang dulu, ya! Aku soalnya nggak kuat." Amora berusaha untuk menghindar dan bersembunyi.Tanpa pikir panjang, wanita itu langsung pergi dan berjalan dengan cepat. Stefan menjadi kebingungan, ia takut dan khawatir jika terjadi apa-apa dengan Amora."Kenapa dia?" Stefan berniat untuk mengejarnya, tetapi Jovita langsung menghentikan sang suami."Sayang, biarkan saja dia ke toilet. Nanti juga datang lagi. Kita berdua saja di sini."Akhirnya, pria berjanggut tipis tersebut tidak bisa berkutik. Ia harus me

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Panggilan tak Terjawab

    Stefan melihat layar ponsel milik Amora yang menyatakan bahwa terdapat belasan panggilan yang tak terjawab. Ia berniat untuk memeriksanya, tetapi sontak saja terdapat seseorang yang memanggilnya dari pintu kamar."Mas?" Amora yang sudah berdiri di sana menjadi terkejut.Bukan tanpa sebab, Stefan memegang ponsel miliknya. Pastinya akan menimbulkan rasa curiga jika terdapat riwayat telepon."Sayang, di ponsel kamu ada banyak panggilan tak terjawab." Stefan langsung memberikan ponsel hitam itu tanpa merasakan curiga sedikit pun."Iya, Mas. Terima kasih." Amora langsung merebut ponsel itu dengan cepat. Ia tidak ingin jika masalah ponsel itu berkepanjangan."Kenapa kamu nggak lihat dulu siapa yang menelepon?" Sontak saja, Stefan bertanya di luar dugaan.Amora sedikit cemas dan kaget. Entah apa yang harus ia jelaskan kepadanya. Untunglah, wanita itu bisa menjelaskan bahwa telepon tersebut pastinya berasal dari orang tua. Stefan pun mengangguk pelan."Ya, sudah. Kalau begitu, kamu istirahat.

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Kecurigaan Jovita

    Jovita menatap Amora dengan begitu tajam. Ia menaruh rasa curiga padanya bahwa Amora sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, Amora tetap meyakinkannya bahwa ia tidak menyembunyikan apa pun."Nggak, Nyonya. Saya nggak menyembunyikan apa pun." Amora tambah tegang. Jantungnya berdegup dengan begitu kencang.Jovita berusaha merebut ponsel Amora. Namun, Amora dengan sigap menahannya kembali. Terjadilah kekacauan di kamar itu. Jovita ingin melihat siapa yang berada di dalam ponsel Amora, sedangkan Amora sendiri mempertahankan ponselnya."Jangan, Nyonya! Ini nggak ada apa-apa sama sekali. Jangan begitu, Nyonya!" Amora berteriak."Nggak, lepaskan tangan lo! Gue mau lihat apa yang ada di ponsel lo!" Novita menambahkan tenaga supaya bisa merebut ponsel Amora."Nyonya Jovita!" Tiba-tiba, terdengar suara yang berasal dari luar kamar.Baik Jovita maupun Amora kemudian berpaling. Tampaklah Bi Asih yang memperhatikan mereka berdua dengan tegang. Jovita pun menghentikan aksi merebut ponselnya dan berha

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Telepon dari Delvin

    Jovita segera melangkah ke kamar milik Amora setelah menyadari terdapat ponsel yang berdering. Dengan perlahan, ia mulai mendekati ponsel yang berada di atas nakas tersebut.Lama-kelamaan, ponsel itu tidak berdering lagi. Tampaklah nama Delvin sebagai panggilan tidak terjawab. Jovita masih berada di ambang pintu. Niatnya untuk melihat ponsel Amora menjadi urung tatkala dirinya merasa malas ketika mengingat Amora."Untuk apa gue lihat ponsel dia? Gak ada gunanya."Lantas, perempuan berpakaian kurang bahan itu segera pergi dari kamar tersebut. Untunglah, Jovita tidak sempat melihat nama Delvin di layar ponsel Amora. Jika tidak, pasti ia akan merasa curiga terhadap Amora.Di ruang tengah, Stefan dan Amora tengah berduaan. Stefan tak henti-hentinya mengelus perut Amora yang sedang mengandung. Sementara, Amora sendiri masih memikirkan Jovita. Ia tidak enak dengan istri pertama Stefan itu. Reaksinya yang tidak suka membuat semakin tidak betah."Semoga, kamu cepat besar ya, Nak. Nanti, kamu

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Amarah Jovita

    Amora sungguh terkejut bukan kepalang melihat Jovita yang membuka pintu kamar dengan kasar. Bukan tanpa sebab, perempuan itu menampilkan wajah yang penuh dengan amarah. Apa yang sebenarnya terjadi? Atau, apakah Jovita tahu bahwa Delvin datang dan berteriak pada waktu tadi?"Nyonya Jovita, kenapa Nyonya membuka pintu seperti ini?" tanya Amora dengan waswas."Emangnya kenapa? Nggak boleh, ini rumah gue, ya! Gue berhak berbuat apa pun di rumah ini!" teriak Jovita dengan kasar.Amora menunduk, ia merasa bahwa Jovita sudah tahu tentang kejadian tadi. Mungkin saja penjaga rumah menceritakannya kepada Jovita. Entahlah, bagaimana nasib Amora ke depannya."Gue mau cerita sama, lo."Deg!Amora terbelalak, ia baru saja mendengar pernyataan dari wanita bergaun merah itu. Apa yang sebenarnya ingin diceritakan? Apakah tentang Delvin?"Apa yang akan Nyonya ceritakan kepada saya?" tanya Amora.Jovita mendekat, membuat Amora semakin waspada. Ia khawatir jika perkiraannya benar. Tamatlah riwayat Amora

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Nasib Amora

    Pintu kamar terketuk kembali. Amora yang menyadarinya langsung menghampiri dan membuka kunci kamar. Ternyata, terdapat Bi Asih yang sudah berada di ambang pintu kamar sambil membawakan sepiring makanan dan segelas susu untuknya."Maaf, Non. Ini Bibi bawakan makanan dan susu untuk Non. Supaya anak yang berada di kandungan Non bisa sehat," ungkap Bi Asih dengan berseri-seri."Oh ya, Bi. Simpan saja di atas meja itu dulu ya, Bi." Amora menyeka air mata dengan kasar, lalu menunjuk ke sebuah meja di samping tempat tidur.Lantas, Bi Asih menyimpan apa yang dibawanya di atas meja. Lalu, memandang kembali ke majikannya dengan perasaan heran."Non, kenapa Non menangis? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Apakah Nyonya Jovita jahat kepada Non?" tanya Bi Asih berusaha menerka-nerka."Ah, nggak apa-apa kok, Bi. Aku baik-baik saja. Nyonya Jovita nggak jahat juga, kok." Amora berusaha untuk menutupi terkait Delvin kepada siapa pun.Alhasil, Bi Asih berpamitan kembali untuk keluar dari kamar tersebut.

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Pulangnya Delvin

    Amora sontak terkejut ketika melihat seseorang yang berada di luar rumah. Bukan tanpa sebab, seseorang yang dilihatnya itu tak lain adalah kekasih lamanya, Delvin. Lelaki itu sepertinya baru saja pulang dari Jepang. Akan tetapi, dari mana ia tahu bahwa Amora berada di rumah itu?"Apakah Delvin sudah tahu kalau aku sudah menikah dengan Mas Stefan?" ujarnya dengan penuh tanda tanya.Sementara, Delvin masih berteriak dari luar. Beberapa penjaga rumah mencoba menghentikannya, tetapi Delvin masih terlihat bersikeras untuk memanggil Amora. Lelaki tersebut ditemani oleh Alex yang merupakan teman masa kecil, sekaligus orang yang menemaninya sewaktu di Jepang."Aku harus turun!"Tanpa pikir panjang, Amora pun memutuskan untuk ke luar rumah. Ia ingin supaya Delvin tidak berada di rumah itu lagi. Bisa gawat nantinya jika istri pertama Stefan yang tak lain adalah Jovita mengetahui hal itu."Amora, keluarlah!" Sementara, Delvin masih berteriak memanggil kekasihnya untuk menagih cinta yang selama i

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Kabar Gembira

    Amora sedang memuntahkan sesuatu setelah merasa muak sejak berada di kamar tadi. Bi Asih yang memperhatikannya pun ikut berada di belakang karena takut terjadi apa-apa padanya. Sementara, Jovita tidak peduli dengan apa yang terjadi.Setelah merasa lebih baik, Amora bernapas dengan perlahan. Ia melihat wajahnya yang berada di cermin kamar mandi. Wajah yang terlihat putih pucat itu hanya membuatnya semakin bersedih."Non, kalau Bibi sangka, ini tanda-tanda kalau Non sedang hamil.""Apa, hamil?" Amora terkejut, baru saja seminggu menjadi istri Stefan, ia menjadi hamil saja.Memang, ini adalah kabar gembira untuk Stefan yang menantikan keturunan. Namun, hal ini merupakan kabar yang tak diinginkan oleh Amora sendiri. Itu menjadi pertanda bahwa dirinya sudah menjadi milik Stefan seutuhnya."Bibi nggak bercanda, 'kan?" tanya Amora guna memastikan."Iya, Non. Bibi bersungguh-sungguh." Di keesokannya setelah Stefan pulang pada dini hari, ia mendengar cerita dari Bu Asih bahwa sang istri kedua

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Malam Pertama

    Stefan mendekati wajahnya terhadap istri barunya itu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk merasakan cinta kedua dari kehidupannya. Sementara, Amora dengan cepat menutup mata dengan raut wajah yang ketakutan.Tiba-tiba, Stefan menggenggam kedua lengan atas milik perempuan itu. Amora terkejut, ia merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Amora tidak bisa berkutik, ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena sudah sah menjadi istri Stefan."Malam ini, kita akan bersenang-senang," bisik Stefan dengan halus.Kini, pria berkulit putih itu melepaskan baju pernikahannya. Perlahan, ia membuka kancing dari atas. Amora seketika menutup mata kembali. Dirinya tidak ingin melihat dan merasakan sesuatu yang terjadi di malam itu."Tuan, jangan! Jangan lakukan itu!" Amora yang tidak menyangka dengan alur kehidupannya hanya bisa pasrah. Dalam hati, ingin sekali berteriak dan meminta tolong kepada Delvin terkait hal itu.***Pagi telah tiba, Amora membuka mata secara perlahan. Ia merasa lelah, mungk

DMCA.com Protection Status