Share

Malam Pertama

Author: PanduVi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Stefan mendekati wajahnya terhadap istri barunya itu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk merasakan cinta kedua dari kehidupannya. Sementara, Amora dengan cepat menutup mata dengan raut wajah yang ketakutan.

Tiba-tiba, Stefan menggenggam kedua lengan atas milik perempuan itu. Amora terkejut, ia merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Amora tidak bisa berkutik, ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena sudah sah menjadi istri Stefan.

"Malam ini, kita akan bersenang-senang," bisik Stefan dengan halus.

Kini, pria berkulit putih itu melepaskan baju pernikahannya. Perlahan, ia membuka kancing dari atas. Amora seketika menutup mata kembali. Dirinya tidak ingin melihat dan merasakan sesuatu yang terjadi di malam itu.

"Tuan, jangan! Jangan lakukan itu!" Amora yang tidak menyangka dengan alur kehidupannya hanya bisa pasrah. Dalam hati, ingin sekali berteriak dan meminta tolong kepada Delvin terkait hal itu.

***

Pagi telah tiba, Amora membuka mata secara perlahan. Ia merasa lelah, mungkin saja karena pernikahan kemarin dan juga ritual malam pertamanya bersama Stefan. Perempuan berambut hitam legam tersebut melirik ke sana kemari.

Ia mendapati Stefan yang sudah tidak ada di sampingnya. Wanita itu kemudian beranjak dari kasur. Ia segera memakai pakaian yang telah dibeli oleh Stefan.

"Ah, Nyonya?" Amora seketika menunduk tatkala mendapati Jovita yang mulai masuk ke kamarnya.

"Kamu dipanggil oleh suamiku di bawah. Cepat ke sana!" ungkapnya dengan nada ketus.

"Baik, Nyonya. Saya akan segera turun."

Alhasil, Amora langsung keluar dari kamar tanpa berpikir panjang lagi. Sementara, Jovita masih berada di depan pintu kamar itu dengan sinis. Di bawah, Amora sedang melihat Stefan yang sedang dilayani oleh para pembantunya.

Tampak bahwa lelaki itu akan berangkat kerja menuju perusahaan minumannya. Amora masih malu-malu untuk turun dan menghampirinya.

"Sayang, cepatlah kemari!"

Stefan menyadari jika Amora berada di lantai dua dan melihatnya. Ia segera turun dengan perlahan. Pria berambut rapi itu mendekatinya, ia mencium kening sang istri dengan penuh kasih sayang.

"Aku berangkat dulu ya, Sayang. Kamu tinggal baik-baik di rumah besar ini." Stefan tersenyum, sementara sang istri hanya bisa terdiam dan mengangguk saja.

Lantas, lelaki tersebut segera pergi dari ruang utama menuju mobil. Bersama para penjaganya yang memakai baju hitam, Stefan sepertinya tidak sejahat yang ia pikir. Menurut orang tua Amora, Stefan adalah seorang bos yang pemarah dan juga pelit.

Namun, Amora merasakan kehangatan dari seorang bos muda entah apa sebabnya. Ketika ingin kembali ke kamar, Amora dikejutkan dengan sosok wanita bergaun merah muda di atas tangga yang tak lain adalah Jovita. Wanita itu bertepuk tangan sembari menuruni tangga.

"Bagus! Sekarang, suamiku sudah berhasil direbut olehmu. Dia mulai pamitan sama kamu juga kalau berangkat kerja," sindirnya.

Amora hanya terdiam, dirinya tidak bisa melawan perkataan dari sang istri pertama. Sontak saja, Jovita menarik rambut panjang Amora dari belakang dengan keras. Membuatnya merasa kesakitan dan berteriak secara tiba-tiba.

"Aduh! Ampun, Nyonya!" Amora memegangi rambutnya yang ditarik.

Jovita menjadi marah, ia membentak wanita itu tanpa merasa belas kasihan. Lalu, mendorong kepalanya sehingga Amora terjatuh ke lantai. Untunglah, kepalanya tidak membentur tembok.

"Gue akan buat lo sengsara di rumah ini!" teriak Jovita.

Amora menangis setelah merasakan sakitnya di kepala. Ia ingin sekali memutar waktu dan kembali ke masa lalu di mana dirinya tidak mengenal Stefan. Andai Delvin berada di sana, ia pasti ingin sekali memeluknya.

Semenjak itu, Amora sering kali mendapati perlakuan kasar dari istri pertama Stefan. Bahkan, ia disuruh untuk menjadi pembantu di rumahnya jika Stefan berangkat kerja. Para pembantu yang berada di rumah disuruh untuk beristirahat dan digantikan oleh tenaga Amora yang masih kecil.

Di siang hari, tampak wanita itu sedang mencuci baju. Mesin cuci yang seharusnya digunakan malah tidak dipakai karena Jovita melarangnya. Perempuan jahat itu ingin supaya Amora hidup sengsara di rumahnya sehingga timbullah keinginan untuk bercerai.

"Non, apakah Nona butuh bantuan?" Datanglah seorang pembantu wanita yang selalu bekerja di dapur. Melihat hal itu, Amora hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Nggak, Bi. Biarkan saya kerjakan sendiri sesuai dengan permintaan Nyonya Jovita."

Pembantu bernama Bi Asih itu merasa prihatin melihatnya. Sungguh kejam perbuatan Jovita dengan berbuat seenaknya terhadap istri baru dari Stefan. Tiba-tiba saja, Jovita muncul dari belakang.

"Bi Asih kenapa ada di sini? Apakah Bi Asih mau bantu dia atau potong gaji?" tanya wanita berkulit merah tebak tersebut sembari berkacak pinggang.

"Anu, Nyonya. Saya tidak berbuat apa-apa di sini. Jangan potong gaji saya." Bu Asih berpaling dan menghadap wanita itu.

Jovita melirik ke arah Amora, lalu menatap kembali pembantunya sembari mengancam. Ia akan memecatnya jika pembantu itu berbuat yang tak diinginkan, termasuk membantu atau memberi tahu tentang perlakuannya kepada sang suami.

"Maaf, Non. Saya permisi dulu."

Lantas, pembantu itu langsung pergi dari ruang dapur dan kamar mandi tersebut. Sementara, Jovita memperingati juga kepada Amora untuk tidak beri tahu siapa pun. Apa yang terjadi saat ini harus dibuat rahasia.

***

Seminggu pun berlalu. Amora sudah terbiasa dengan keadaan di rumah besar itu. Suatu hari pada waktu malam, Stefan tak kunjung pulang.

Amora yang berada di dalam kamar menunggui sang suami. Ia merasa aman jika berada di dekat lelaki tersebut. Meski dirinya masih belum cinta terhadap Stefan, tetapi setidaknya perempuan itu merasa tenang jika Stefan berada di rumah.

"Lo menunggu Stefan, 'kan?" Jovita muncul di kamar milik Amora.

Wanita itu langsung menghampiri Amora dengan tatapan tajam. Ternyata, dirinya membawakan sepiring makanan beserta makanan. Amora terkejut setelah melihat bahwa makanan yang dibawanya tampak seperti makanan bekas.

"Ini makanan buat lo. Orang miskin kayak lo nggak pantas makan makanan mahal di rumah ini!" Novita menyimpan makanannya tepat di tepi kasur. Sementara, Amora masih terdiam melihatnya.

"Tunggu apa lagi? Ayo, cepat makan!" Jovita menegaskan sekali lagi.

Karena merasa takut, Amora langsung mengambil roti yang sepertinya sudah lama dan bekas. Ia memakan sedikit demi sedikit dengan perasaan yang tidak menentu. Sementara, Jovita merasa senang dan puas.

Wanita berambut sebahu itu kemudian pergi dari kamar tersebut sambil tersenyum-senyum jahat.

Amora merasa sedih, entah mengapa keputusannya membawa penderitaan yang tidak disangka-sangka. Ia berhenti makan sejenak setelah merasa tidak nyaman dengan rasa roti itu.

Tiba-tiba, Amora merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan. Ia merasa mual, lalu menutup mulutnya dengan tangan.

"Kenapa ini? Kenapa aku merasa mual?" lirihnya dengan terus-terusan merasakan hal yang tidak enak. Dengan cepat, ia langsung ke kamar mandi

Related chapters

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Kabar Gembira

    Amora sedang memuntahkan sesuatu setelah merasa muak sejak berada di kamar tadi. Bi Asih yang memperhatikannya pun ikut berada di belakang karena takut terjadi apa-apa padanya. Sementara, Jovita tidak peduli dengan apa yang terjadi.Setelah merasa lebih baik, Amora bernapas dengan perlahan. Ia melihat wajahnya yang berada di cermin kamar mandi. Wajah yang terlihat putih pucat itu hanya membuatnya semakin bersedih."Non, kalau Bibi sangka, ini tanda-tanda kalau Non sedang hamil.""Apa, hamil?" Amora terkejut, baru saja seminggu menjadi istri Stefan, ia menjadi hamil saja.Memang, ini adalah kabar gembira untuk Stefan yang menantikan keturunan. Namun, hal ini merupakan kabar yang tak diinginkan oleh Amora sendiri. Itu menjadi pertanda bahwa dirinya sudah menjadi milik Stefan seutuhnya."Bibi nggak bercanda, 'kan?" tanya Amora guna memastikan."Iya, Non. Bibi bersungguh-sungguh." Di keesokannya setelah Stefan pulang pada dini hari, ia mendengar cerita dari Bu Asih bahwa sang istri kedua

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Pulangnya Delvin

    Amora sontak terkejut ketika melihat seseorang yang berada di luar rumah. Bukan tanpa sebab, seseorang yang dilihatnya itu tak lain adalah kekasih lamanya, Delvin. Lelaki itu sepertinya baru saja pulang dari Jepang. Akan tetapi, dari mana ia tahu bahwa Amora berada di rumah itu?"Apakah Delvin sudah tahu kalau aku sudah menikah dengan Mas Stefan?" ujarnya dengan penuh tanda tanya.Sementara, Delvin masih berteriak dari luar. Beberapa penjaga rumah mencoba menghentikannya, tetapi Delvin masih terlihat bersikeras untuk memanggil Amora. Lelaki tersebut ditemani oleh Alex yang merupakan teman masa kecil, sekaligus orang yang menemaninya sewaktu di Jepang."Aku harus turun!"Tanpa pikir panjang, Amora pun memutuskan untuk ke luar rumah. Ia ingin supaya Delvin tidak berada di rumah itu lagi. Bisa gawat nantinya jika istri pertama Stefan yang tak lain adalah Jovita mengetahui hal itu."Amora, keluarlah!" Sementara, Delvin masih berteriak memanggil kekasihnya untuk menagih cinta yang selama i

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Nasib Amora

    Pintu kamar terketuk kembali. Amora yang menyadarinya langsung menghampiri dan membuka kunci kamar. Ternyata, terdapat Bi Asih yang sudah berada di ambang pintu kamar sambil membawakan sepiring makanan dan segelas susu untuknya."Maaf, Non. Ini Bibi bawakan makanan dan susu untuk Non. Supaya anak yang berada di kandungan Non bisa sehat," ungkap Bi Asih dengan berseri-seri."Oh ya, Bi. Simpan saja di atas meja itu dulu ya, Bi." Amora menyeka air mata dengan kasar, lalu menunjuk ke sebuah meja di samping tempat tidur.Lantas, Bi Asih menyimpan apa yang dibawanya di atas meja. Lalu, memandang kembali ke majikannya dengan perasaan heran."Non, kenapa Non menangis? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Apakah Nyonya Jovita jahat kepada Non?" tanya Bi Asih berusaha menerka-nerka."Ah, nggak apa-apa kok, Bi. Aku baik-baik saja. Nyonya Jovita nggak jahat juga, kok." Amora berusaha untuk menutupi terkait Delvin kepada siapa pun.Alhasil, Bi Asih berpamitan kembali untuk keluar dari kamar tersebut.

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Amarah Jovita

    Amora sungguh terkejut bukan kepalang melihat Jovita yang membuka pintu kamar dengan kasar. Bukan tanpa sebab, perempuan itu menampilkan wajah yang penuh dengan amarah. Apa yang sebenarnya terjadi? Atau, apakah Jovita tahu bahwa Delvin datang dan berteriak pada waktu tadi?"Nyonya Jovita, kenapa Nyonya membuka pintu seperti ini?" tanya Amora dengan waswas."Emangnya kenapa? Nggak boleh, ini rumah gue, ya! Gue berhak berbuat apa pun di rumah ini!" teriak Jovita dengan kasar.Amora menunduk, ia merasa bahwa Jovita sudah tahu tentang kejadian tadi. Mungkin saja penjaga rumah menceritakannya kepada Jovita. Entahlah, bagaimana nasib Amora ke depannya."Gue mau cerita sama, lo."Deg!Amora terbelalak, ia baru saja mendengar pernyataan dari wanita bergaun merah itu. Apa yang sebenarnya ingin diceritakan? Apakah tentang Delvin?"Apa yang akan Nyonya ceritakan kepada saya?" tanya Amora.Jovita mendekat, membuat Amora semakin waspada. Ia khawatir jika perkiraannya benar. Tamatlah riwayat Amora

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Telepon dari Delvin

    Jovita segera melangkah ke kamar milik Amora setelah menyadari terdapat ponsel yang berdering. Dengan perlahan, ia mulai mendekati ponsel yang berada di atas nakas tersebut.Lama-kelamaan, ponsel itu tidak berdering lagi. Tampaklah nama Delvin sebagai panggilan tidak terjawab. Jovita masih berada di ambang pintu. Niatnya untuk melihat ponsel Amora menjadi urung tatkala dirinya merasa malas ketika mengingat Amora."Untuk apa gue lihat ponsel dia? Gak ada gunanya."Lantas, perempuan berpakaian kurang bahan itu segera pergi dari kamar tersebut. Untunglah, Jovita tidak sempat melihat nama Delvin di layar ponsel Amora. Jika tidak, pasti ia akan merasa curiga terhadap Amora.Di ruang tengah, Stefan dan Amora tengah berduaan. Stefan tak henti-hentinya mengelus perut Amora yang sedang mengandung. Sementara, Amora sendiri masih memikirkan Jovita. Ia tidak enak dengan istri pertama Stefan itu. Reaksinya yang tidak suka membuat semakin tidak betah."Semoga, kamu cepat besar ya, Nak. Nanti, kamu

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Kecurigaan Jovita

    Jovita menatap Amora dengan begitu tajam. Ia menaruh rasa curiga padanya bahwa Amora sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, Amora tetap meyakinkannya bahwa ia tidak menyembunyikan apa pun."Nggak, Nyonya. Saya nggak menyembunyikan apa pun." Amora tambah tegang. Jantungnya berdegup dengan begitu kencang.Jovita berusaha merebut ponsel Amora. Namun, Amora dengan sigap menahannya kembali. Terjadilah kekacauan di kamar itu. Jovita ingin melihat siapa yang berada di dalam ponsel Amora, sedangkan Amora sendiri mempertahankan ponselnya."Jangan, Nyonya! Ini nggak ada apa-apa sama sekali. Jangan begitu, Nyonya!" Amora berteriak."Nggak, lepaskan tangan lo! Gue mau lihat apa yang ada di ponsel lo!" Novita menambahkan tenaga supaya bisa merebut ponsel Amora."Nyonya Jovita!" Tiba-tiba, terdengar suara yang berasal dari luar kamar.Baik Jovita maupun Amora kemudian berpaling. Tampaklah Bi Asih yang memperhatikan mereka berdua dengan tegang. Jovita pun menghentikan aksi merebut ponselnya dan berha

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Panggilan tak Terjawab

    Stefan melihat layar ponsel milik Amora yang menyatakan bahwa terdapat belasan panggilan yang tak terjawab. Ia berniat untuk memeriksanya, tetapi sontak saja terdapat seseorang yang memanggilnya dari pintu kamar."Mas?" Amora yang sudah berdiri di sana menjadi terkejut.Bukan tanpa sebab, Stefan memegang ponsel miliknya. Pastinya akan menimbulkan rasa curiga jika terdapat riwayat telepon."Sayang, di ponsel kamu ada banyak panggilan tak terjawab." Stefan langsung memberikan ponsel hitam itu tanpa merasakan curiga sedikit pun."Iya, Mas. Terima kasih." Amora langsung merebut ponsel itu dengan cepat. Ia tidak ingin jika masalah ponsel itu berkepanjangan."Kenapa kamu nggak lihat dulu siapa yang menelepon?" Sontak saja, Stefan bertanya di luar dugaan.Amora sedikit cemas dan kaget. Entah apa yang harus ia jelaskan kepadanya. Untunglah, wanita itu bisa menjelaskan bahwa telepon tersebut pastinya berasal dari orang tua. Stefan pun mengangguk pelan."Ya, sudah. Kalau begitu, kamu istirahat.

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Menyembunyikan Diri

    Amora terkejut setelah melihat Delvin yang berada di mal tersebut. Lelaki itu tampak bersama Alex yang merupakan teman akrabnya. Namun, sedang apa mereka berdua berada di tempat itu?Sejak saat itu, Amora menjadi panik. Ia harus mencari cara supaya dirinya bisa bersembunyi dan tidak terlihat oleh Delvin. Bisa gawat nantinya jika Stefan tahu bahwa Delvin adalah kekasih lamanya."Kamu kenapa, Sayang? Ada apa?" tanya Stefan setelah melihat Amora yang berhenti mendadak."Mas, aku boleh ke belakang dulu, ya! Aku soalnya nggak kuat." Amora berusaha untuk menghindar dan bersembunyi.Tanpa pikir panjang, wanita itu langsung pergi dan berjalan dengan cepat. Stefan menjadi kebingungan, ia takut dan khawatir jika terjadi apa-apa dengan Amora."Kenapa dia?" Stefan berniat untuk mengejarnya, tetapi Jovita langsung menghentikan sang suami."Sayang, biarkan saja dia ke toilet. Nanti juga datang lagi. Kita berdua saja di sini."Akhirnya, pria berjanggut tipis tersebut tidak bisa berkutik. Ia harus me

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Menyembunyikan Diri

    Amora terkejut setelah melihat Delvin yang berada di mal tersebut. Lelaki itu tampak bersama Alex yang merupakan teman akrabnya. Namun, sedang apa mereka berdua berada di tempat itu?Sejak saat itu, Amora menjadi panik. Ia harus mencari cara supaya dirinya bisa bersembunyi dan tidak terlihat oleh Delvin. Bisa gawat nantinya jika Stefan tahu bahwa Delvin adalah kekasih lamanya."Kamu kenapa, Sayang? Ada apa?" tanya Stefan setelah melihat Amora yang berhenti mendadak."Mas, aku boleh ke belakang dulu, ya! Aku soalnya nggak kuat." Amora berusaha untuk menghindar dan bersembunyi.Tanpa pikir panjang, wanita itu langsung pergi dan berjalan dengan cepat. Stefan menjadi kebingungan, ia takut dan khawatir jika terjadi apa-apa dengan Amora."Kenapa dia?" Stefan berniat untuk mengejarnya, tetapi Jovita langsung menghentikan sang suami."Sayang, biarkan saja dia ke toilet. Nanti juga datang lagi. Kita berdua saja di sini."Akhirnya, pria berjanggut tipis tersebut tidak bisa berkutik. Ia harus me

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Panggilan tak Terjawab

    Stefan melihat layar ponsel milik Amora yang menyatakan bahwa terdapat belasan panggilan yang tak terjawab. Ia berniat untuk memeriksanya, tetapi sontak saja terdapat seseorang yang memanggilnya dari pintu kamar."Mas?" Amora yang sudah berdiri di sana menjadi terkejut.Bukan tanpa sebab, Stefan memegang ponsel miliknya. Pastinya akan menimbulkan rasa curiga jika terdapat riwayat telepon."Sayang, di ponsel kamu ada banyak panggilan tak terjawab." Stefan langsung memberikan ponsel hitam itu tanpa merasakan curiga sedikit pun."Iya, Mas. Terima kasih." Amora langsung merebut ponsel itu dengan cepat. Ia tidak ingin jika masalah ponsel itu berkepanjangan."Kenapa kamu nggak lihat dulu siapa yang menelepon?" Sontak saja, Stefan bertanya di luar dugaan.Amora sedikit cemas dan kaget. Entah apa yang harus ia jelaskan kepadanya. Untunglah, wanita itu bisa menjelaskan bahwa telepon tersebut pastinya berasal dari orang tua. Stefan pun mengangguk pelan."Ya, sudah. Kalau begitu, kamu istirahat.

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Kecurigaan Jovita

    Jovita menatap Amora dengan begitu tajam. Ia menaruh rasa curiga padanya bahwa Amora sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, Amora tetap meyakinkannya bahwa ia tidak menyembunyikan apa pun."Nggak, Nyonya. Saya nggak menyembunyikan apa pun." Amora tambah tegang. Jantungnya berdegup dengan begitu kencang.Jovita berusaha merebut ponsel Amora. Namun, Amora dengan sigap menahannya kembali. Terjadilah kekacauan di kamar itu. Jovita ingin melihat siapa yang berada di dalam ponsel Amora, sedangkan Amora sendiri mempertahankan ponselnya."Jangan, Nyonya! Ini nggak ada apa-apa sama sekali. Jangan begitu, Nyonya!" Amora berteriak."Nggak, lepaskan tangan lo! Gue mau lihat apa yang ada di ponsel lo!" Novita menambahkan tenaga supaya bisa merebut ponsel Amora."Nyonya Jovita!" Tiba-tiba, terdengar suara yang berasal dari luar kamar.Baik Jovita maupun Amora kemudian berpaling. Tampaklah Bi Asih yang memperhatikan mereka berdua dengan tegang. Jovita pun menghentikan aksi merebut ponselnya dan berha

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Telepon dari Delvin

    Jovita segera melangkah ke kamar milik Amora setelah menyadari terdapat ponsel yang berdering. Dengan perlahan, ia mulai mendekati ponsel yang berada di atas nakas tersebut.Lama-kelamaan, ponsel itu tidak berdering lagi. Tampaklah nama Delvin sebagai panggilan tidak terjawab. Jovita masih berada di ambang pintu. Niatnya untuk melihat ponsel Amora menjadi urung tatkala dirinya merasa malas ketika mengingat Amora."Untuk apa gue lihat ponsel dia? Gak ada gunanya."Lantas, perempuan berpakaian kurang bahan itu segera pergi dari kamar tersebut. Untunglah, Jovita tidak sempat melihat nama Delvin di layar ponsel Amora. Jika tidak, pasti ia akan merasa curiga terhadap Amora.Di ruang tengah, Stefan dan Amora tengah berduaan. Stefan tak henti-hentinya mengelus perut Amora yang sedang mengandung. Sementara, Amora sendiri masih memikirkan Jovita. Ia tidak enak dengan istri pertama Stefan itu. Reaksinya yang tidak suka membuat semakin tidak betah."Semoga, kamu cepat besar ya, Nak. Nanti, kamu

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Amarah Jovita

    Amora sungguh terkejut bukan kepalang melihat Jovita yang membuka pintu kamar dengan kasar. Bukan tanpa sebab, perempuan itu menampilkan wajah yang penuh dengan amarah. Apa yang sebenarnya terjadi? Atau, apakah Jovita tahu bahwa Delvin datang dan berteriak pada waktu tadi?"Nyonya Jovita, kenapa Nyonya membuka pintu seperti ini?" tanya Amora dengan waswas."Emangnya kenapa? Nggak boleh, ini rumah gue, ya! Gue berhak berbuat apa pun di rumah ini!" teriak Jovita dengan kasar.Amora menunduk, ia merasa bahwa Jovita sudah tahu tentang kejadian tadi. Mungkin saja penjaga rumah menceritakannya kepada Jovita. Entahlah, bagaimana nasib Amora ke depannya."Gue mau cerita sama, lo."Deg!Amora terbelalak, ia baru saja mendengar pernyataan dari wanita bergaun merah itu. Apa yang sebenarnya ingin diceritakan? Apakah tentang Delvin?"Apa yang akan Nyonya ceritakan kepada saya?" tanya Amora.Jovita mendekat, membuat Amora semakin waspada. Ia khawatir jika perkiraannya benar. Tamatlah riwayat Amora

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Nasib Amora

    Pintu kamar terketuk kembali. Amora yang menyadarinya langsung menghampiri dan membuka kunci kamar. Ternyata, terdapat Bi Asih yang sudah berada di ambang pintu kamar sambil membawakan sepiring makanan dan segelas susu untuknya."Maaf, Non. Ini Bibi bawakan makanan dan susu untuk Non. Supaya anak yang berada di kandungan Non bisa sehat," ungkap Bi Asih dengan berseri-seri."Oh ya, Bi. Simpan saja di atas meja itu dulu ya, Bi." Amora menyeka air mata dengan kasar, lalu menunjuk ke sebuah meja di samping tempat tidur.Lantas, Bi Asih menyimpan apa yang dibawanya di atas meja. Lalu, memandang kembali ke majikannya dengan perasaan heran."Non, kenapa Non menangis? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Apakah Nyonya Jovita jahat kepada Non?" tanya Bi Asih berusaha menerka-nerka."Ah, nggak apa-apa kok, Bi. Aku baik-baik saja. Nyonya Jovita nggak jahat juga, kok." Amora berusaha untuk menutupi terkait Delvin kepada siapa pun.Alhasil, Bi Asih berpamitan kembali untuk keluar dari kamar tersebut.

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Pulangnya Delvin

    Amora sontak terkejut ketika melihat seseorang yang berada di luar rumah. Bukan tanpa sebab, seseorang yang dilihatnya itu tak lain adalah kekasih lamanya, Delvin. Lelaki itu sepertinya baru saja pulang dari Jepang. Akan tetapi, dari mana ia tahu bahwa Amora berada di rumah itu?"Apakah Delvin sudah tahu kalau aku sudah menikah dengan Mas Stefan?" ujarnya dengan penuh tanda tanya.Sementara, Delvin masih berteriak dari luar. Beberapa penjaga rumah mencoba menghentikannya, tetapi Delvin masih terlihat bersikeras untuk memanggil Amora. Lelaki tersebut ditemani oleh Alex yang merupakan teman masa kecil, sekaligus orang yang menemaninya sewaktu di Jepang."Aku harus turun!"Tanpa pikir panjang, Amora pun memutuskan untuk ke luar rumah. Ia ingin supaya Delvin tidak berada di rumah itu lagi. Bisa gawat nantinya jika istri pertama Stefan yang tak lain adalah Jovita mengetahui hal itu."Amora, keluarlah!" Sementara, Delvin masih berteriak memanggil kekasihnya untuk menagih cinta yang selama i

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Kabar Gembira

    Amora sedang memuntahkan sesuatu setelah merasa muak sejak berada di kamar tadi. Bi Asih yang memperhatikannya pun ikut berada di belakang karena takut terjadi apa-apa padanya. Sementara, Jovita tidak peduli dengan apa yang terjadi.Setelah merasa lebih baik, Amora bernapas dengan perlahan. Ia melihat wajahnya yang berada di cermin kamar mandi. Wajah yang terlihat putih pucat itu hanya membuatnya semakin bersedih."Non, kalau Bibi sangka, ini tanda-tanda kalau Non sedang hamil.""Apa, hamil?" Amora terkejut, baru saja seminggu menjadi istri Stefan, ia menjadi hamil saja.Memang, ini adalah kabar gembira untuk Stefan yang menantikan keturunan. Namun, hal ini merupakan kabar yang tak diinginkan oleh Amora sendiri. Itu menjadi pertanda bahwa dirinya sudah menjadi milik Stefan seutuhnya."Bibi nggak bercanda, 'kan?" tanya Amora guna memastikan."Iya, Non. Bibi bersungguh-sungguh." Di keesokannya setelah Stefan pulang pada dini hari, ia mendengar cerita dari Bu Asih bahwa sang istri kedua

  • Terpaksa Menjadi Istri Kedua CEO Muda   Malam Pertama

    Stefan mendekati wajahnya terhadap istri barunya itu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk merasakan cinta kedua dari kehidupannya. Sementara, Amora dengan cepat menutup mata dengan raut wajah yang ketakutan.Tiba-tiba, Stefan menggenggam kedua lengan atas milik perempuan itu. Amora terkejut, ia merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Amora tidak bisa berkutik, ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena sudah sah menjadi istri Stefan."Malam ini, kita akan bersenang-senang," bisik Stefan dengan halus.Kini, pria berkulit putih itu melepaskan baju pernikahannya. Perlahan, ia membuka kancing dari atas. Amora seketika menutup mata kembali. Dirinya tidak ingin melihat dan merasakan sesuatu yang terjadi di malam itu."Tuan, jangan! Jangan lakukan itu!" Amora yang tidak menyangka dengan alur kehidupannya hanya bisa pasrah. Dalam hati, ingin sekali berteriak dan meminta tolong kepada Delvin terkait hal itu.***Pagi telah tiba, Amora membuka mata secara perlahan. Ia merasa lelah, mungk

DMCA.com Protection Status