Pagi itu Vio bangun agak telat. Segera Dia ke kamar mandi untuk menggosok gigi. Di depan wastafel sudah ada Bastian yang sedang mencukur bulu halus di wajahnya. Vio asal menerobos saja, berdiri di depan Bastian, dan mulai menggosok gigi nya.Melalui kaca netra keduanya bertemu. Vio nyengir, sedang Bastian tersenyum tipis. Entah kenapa jadi terasa canggung. Vio mempercepat menggosok gigi, berkumur dan sedikit membungkuk membuang kumuran.Terdengar samar suara Bastian bersenandung. Vio menggeser tubuhnya ke kanan. Tangan kanan Bastian sudah menguncinya di meja wastafel. Sedang tangan kirinya masih mencukur.Vio beralih menggeser tubuhnya ke kiri. Kini giliran tubuh Bastian yang menekuk.Ini tidak benar! Kenapa dia seperti sengaja mengunci tubuhku disini? batin Vio jengkel, dia sedang buru-buru tapi Bastian seolah sedang menggodanya.Vio mencoba menggerakkan tubuhnya. Namun, tubuh Bastian semakin memepetnya. Vio kesal, jengkel dan geram memb
"ini!""Ini""Dan Ini!""Semua dicoba."Bastian menunjuk beberapa baju di sebuah butik ternama. Di belakangnya seorang karyawan dengan sigap mengambil gaun-gaun yang Bastian mau.Vio yang melihat kelakuan Bastian hanya menggelengkan kepala sambil berdecak."Ck.. ck... ck.. Macam sultan.""Aku memang sultan. Cepat ganti!" perintah Bastian narsis, duduk di kursi tunggu."Mari Nyonya.." sang karyawan mempersilahkan."Baik," ucap Vio mengikuti."Apakah aku benar-benar harus mencoba semuanya?" tanya Vio melirik baju-baju yang di bawa beberapa karyawan butik itu. Di ruang ganti."Tidak kok, Anda hanya perlu coba yang ini." ucap pemilik butik mengambil satu gaun ."Aaaa...."Vio mengambil gaun berwarna peach itu. lalu mencobanya. Vio menatap pantulan diri di cermin. Gadis itu menggigit bibirnya,"Anda cantik sekali Nyonya,"puji sang pemilik butik itu."Baju ini sanga
Dalam perjalanan pulang Vio duduk termenung di dalam mobil disisi suaminya."Aku memang bukan apa-apa tanpa nya. Melihat bagaimana mereka menjilat membuat aku sadar. Lucu sekali. Bagaimana bisa hidupku seperti ini. Entah bagaimana nantinya jika dia meninggalkanku. Saat ini aku sudah berhutang banyak padanya," pikir Vio menyenderkan kepalanya di dada Bastian.Bastian menoleh, merasa Vio bersandar padanya, senyumnya mengembang. Diusapnya kepala Vio dan mengecup pelan punca kepalanya. Vio mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Bastian.Pria itu tersenyum dan mendekatkan wajahnya. mencium bibir milik Vio. Vio menyambutnya. Menyesap pelan bibir Bastian. Fang yang duduk di depan melirik kecil dan menutup pembatasnya. Memberi tuan dan nyonya-nya privasi.Sesampainya di vila, Fang kembali melirik ke belakang. Walau tak terlihat, Sepertinya dia tau apa yang terjadi di belakang sana.'Baiklah. Jalan lagi saja. goncangannya sampai di sini. Jika tib
"Aauuu...""Aaauuuu...""Sakit vi.. Bisa pelan sedikit tidak?"rengek Nino.Vio yang merasa bersalah pada Nino karena suaminya sudah membuatnya babak belur begini. Mau tak mau ikut Nino pulang dan merawat luka-luka Nino."Bagaimana kalian bisa bertengkar?"tanya vio yang masih merawat wajah Nino yang luka."Aku tidak tau. Dia tiba-tiba menggebrak lalu memukuliku," jawab Nino berbohong.Vio terdiam. Mengingat perangai Bastian yang marah tiap melihatnya dekat dengan seseorang membuatnya percaya pada Nino."Tapi, dia tak pernah memukul orang selama ini. Apakah ada pemicu lain, atau karena aku selalu menenangkannya, jadi aku tak tau sifat asli Bastian?" batin Vio bermonolog."Sudah,"ucap Vio menutup kotak p3k setelah menyelesaikan merawat luka Nino."Aku pulang dulu," Vio beranjak dari duduknya, mata Nino mengikuti wajah Vio yang bergerak naik.Tangan Nino terulur menahan lengan Vio. Vio menatap tang
Bastian mondar mandir di depan gerbang vilanya."Kenapa dia tidak kembali? Ini sudah satu jam." Kesal Bastian menendang kerikil di depannya.Bastian marah, sangat marah, bagaimana bisa istrinya justru memilih pergi dengan lelaki lain dan meninggalkannya seperti ini."Baiklah! Aku tidak akan menunggu lagi. Tidak usah pulang kalau begitu!"Bastian masuk ke dalam vila nya, mencoba meredam hawa panas di hatinya. Bastian akhirnya memilih berendam saja. Selama berendam pikiran Bastian tak lepas dari istrinya. Entah kenapa otak nya selalu berfikiran buruk, Saat dia berendam, membayangkan Vio juga sedang berendam dengan Nino. Bastian memukul air di depannya saking kesalnya. Setelah berendam selama satu jam. Bastian keluar dari kamar mandi. Melihat ponselnya. Tak ada pesan ataupun telpon dari Vio."SIAALLL!" umpatnya menendang ranjang, Namun justru betisnya yang terpentok. Bastian memegangi betisnya yang sakit."Aduh!! Aduh! adu
Bastian tengah berbaring tengkurap, dengan tubuh bagian atas yang terlihat terbuka, membiarkan kulit indahnya terbuka merasakan dingin yang mulai mencair oleh hangatnya kamar itu."Eennaaakk... Sekali...." ucap Bastian merem melek."Sudah! Aku lelah!" pinta Vio dengan keringat yang bercucuran di wajahnya."Em... emm... eemmm... Aku belum puas!" tolak Bastian dengan wajah menang."Uuuuggghhh....." Vio kembali melanjutkan memijit Bastian.Sudah hampir dua jam pria itu minta di pijit dan di urut. Tentu saja tangan Vio pegal setengah mati. Mungkin malah sudah mati rasa. Padahal Vio pikir waktu Bastian meminta melayaninya, untuk hal lain, Ehem.. Ehemm.."Ternyata memijit pun termasuk dalam kategori melayani" batin Vio."Aku menyerah! Aku sudah tak kuat!" rintih Vio menjatuhkan tubuhnya di samping Bastian dengan terlentang. Bastian menoleh melihatnya"Haaaaaahhh.... Tanganku sudah kebas.""Vio! Aku
Di ruang meting kecil.Morena duduk dengan percaya diri sepaket berkas tertumpuk di depann ya. Wanita itu menunggu dengan sabar, Rena mengambil kaca dan lipstiknya, memoles lagi bibirnya agar makin merona."Sempurna!" pujinya sedikit mengerutkan bibirnya lalu memisahkan bibir bawah dan atasnya dengan seksi.Rena memasukan lagi kaca dan lipstiknya ke dalam tas bahunya. Melihat seluruh ruangan meting kecil. Walau kecil ruangan itu tetap mampu menampung setidaknya 15-20 orang.Rena saat itu memakai pakaian yang sedikit terbuka, baju terusan berwarna krem tanpa lengan yang memperlihatkan belahan dadanya bagian atas, dengan dipadankan dengan jaket blazer warna coklat.Rena membenarkan dadanya agar sedikit terangkat dan makin padat. Lalu kembali pura-pura membuka-mbuka berkasnya.Tak lama kemudian,pintu ruang metting di buka oleh Fang. Dengan wajah senang Rena menoleh, Dia sedikit kecewa karena Fang yang masuk bukan Bastian.
Sore itu, Vio pulang lebih awal. Setelah selesai membersihkan diri, Vio mengunjungi dapur. Vio ingin membuat makan malam sendiri untuk nya dan suaminya. Setelah semua selesai dalam dua jam, Vio menunggu di balkon yang dapat melihat ke arah pintu utama. Agar bisa melihat bila suaminya pulang.Vio bersenandung, sambil menatap langit yang mulai berubah warna pada pekatnya malam. Dengan senyum kecil di wajahnya.****Rena terperanjat ketika dia keluar dari salon sebuah mobil mewah menantinya, dengan seorang supir yang menunduk hormat padanya. Tentu itu sukses membuatnya makin melambung tinggi.'Astaga! Pelayanan apa ini? Begini kah bila bisa mengambil hati Tuan Bastian? Luar biasa. Akan lebih baik bila bisa menjadi istrinya. Vi kau pasti sangat makmur sekarang yaa? Tapi itu tak akan lama, berlian seperti Bastian tak akan ku lepas!' Pikir Rena dengan senyum kepedean nya.Rena memasuki mobil itu. Yang lalu bergerak membelah jalanan. Menuju