Sore itu, Vio pulang lebih awal. Setelah selesai membersihkan diri, Vio mengunjungi dapur. Vio ingin membuat makan malam sendiri untuk nya dan suaminya. Setelah semua selesai dalam dua jam, Vio menunggu di balkon yang dapat melihat ke arah pintu utama. Agar bisa melihat bila suaminya pulang.Vio bersenandung, sambil menatap langit yang mulai berubah warna pada pekatnya malam. Dengan senyum kecil di wajahnya.****Rena terperanjat ketika dia keluar dari salon sebuah mobil mewah menantinya, dengan seorang supir yang menunduk hormat padanya. Tentu itu sukses membuatnya makin melambung tinggi.'Astaga! Pelayanan apa ini? Begini kah bila bisa mengambil hati Tuan Bastian? Luar biasa. Akan lebih baik bila bisa menjadi istrinya. Vi kau pasti sangat makmur sekarang yaa? Tapi itu tak akan lama, berlian seperti Bastian tak akan ku lepas!' Pikir Rena dengan senyum kepedean nya.Rena memasuki mobil itu. Yang lalu bergerak membelah jalanan. Menuju
Malam itu Vio masih menunggu di atas balkon. Menatap pintu utama yang tak juga menunjukkan Suaminya datang. Vio menghela nafasnya, melihat jam di ponselnya. Sudah pukul 8 malam, dan masih tak ada pesan atau telpon dari Bastian.Vio menghela nafasnya."Tak biasanya dia belum pulang jam segini. Juga tidak menghubungi," gumam Vio.Dia mencari kontak Bastian, mengetik pesan, lalu terdiam, dia hapus lagi. Begitu berulang."Haaahhh.... Sudahlah. Mungkin dia memang sibuk."****Bastian meninggalkan Club Pasific dengan Rena yang masih histeris dikerubungi oleh pria-pria berwajah beringas bin mesum diruangan private itu. Bastian tidak perduli apa yang Rena pilih, semua tidaklah penting bagi nya. Dia hanya ingin memberi wanita laknut itu pelajaran.Bastian sedang dalam perjalanan kembali, menatap keluar jendela dengan memangku wajahnya.Fang yang saat itu sedang menyetir, menerima panggilan."Kabur?" suarany
Kenapa? Aku merasa di hianati? Kenapa aku bahkan tak rela? Hutang pribadi yang tak bisa di wakilkan? Hutang macam apa itu? Hutang pribadi.....Tak terasa bulir bening keluar dari netra Vio yang indah. Bastian yang sedang menikmati aktifitasnya menyesapi kulit dada Vio, mengangkat kepalanya. Melihat istrinya yang sedang menangis saat sedang pemanasan. Membuat hatinya tercenung."Apa yang tidak nyaman? Bagian mana yang sakit?" tanya Bastian dengan cemas menatap wajah Vio.Vio menunjuk bekas merah yang tepat berada di dadanya, tepat di mana hatinya terletak. Bastian terkesima. Dia menelan ludahnya.Apa aku terlalu bersemangat?Bastian mengusap pelan pada bagian yang Vio tunjuk, lalu mengecupnya dengan lembut."Maaf...."Bastian bangkit dan duduk di pinggiran ranjang. Menghisap dalam-dalam udara."Tenanglah junior.... Tenang! Jangan memaksakan....."Vio menyentuh bibirnya, yang bergetar. Dia menggigit kecil
Vio membuka matanya, Sejak hari itu, kedua anak manusia itu jadi lebih sering melakukannya. Hampir setiap malam Bastian memintanya, ada saja alasan dan sikapnya untuk menuntut.Vio meraba ruang disampingnya. Kosong! Tak ditemukannya Bastian di sana. Hanya ruang kosong saja.. Vio berjalan menuju kamar mandi, membersihkan dirinya.Seusai membersihkan diri Vio berjalan keluar dari kamar, rumah itu tiba-tiba serasa sepi. Tak ditemukannya seorangpun disana. Vio merasa begidig kengerian. Bayangkan saja, rumah sebesar itu tak ada penghuninya. Hanya dia seorang.Di dapur terdengar suara gaduh, juga aroma yang entah apa. Vio mendekat, dilihatnya dapur yang berantakan. Dan Bastian yang sedang memasak entah apa."Apa yang sedang kamu lakukan suamiku?" tanya Vio mendekat.Bastian menoleh dengan sedikit kaget."Memasak.""Apa yang kamu masak?"Bastian hanya melirik masakannya yang acakkadut dan setengah gosong itu. Lalu berp
"Entahlah, aku tak ingin memikirkan nya sekarang."Bastian bangkit dan merangkak hingga wajah nya berjarak beberapa inci saja dengan Vio. Tangan Bastian menekan kedua tangan Vio. Melewati atas kepala gadis itu."Kau mau kita memulai pengembangbiakan kecebong lagi?""Aarrgg... Kita baru saja selesai. Bolak-balik apa kamu tidak capek."protes Vio mencoba meloloskan diri."Tidak! Kamu santapan kesukaan ku." Tangan Bastian memegang dagu Vio, dengan satu tangan yang lain nya mencengkram kedua lengan gadis itu. Bastian melummaaatt bibir Vio."Uuummmpp...."*****Di sebuah Cafe yang agak sepi di kota itu, Alexa duduk seorang diri. Di depannya segelas minuman orenge yang siap di seruput.Alexa mengotak-atik hp nya. Menunggu seseorang untuk datang. Sesekali gadis cantik itu menyeruput minuman nya. Tak lama seseorang yang di nanti datang. Orang itu berdiri tepat di depan meja nya."Oohh, kau sudah datang? Dud
Alexa tersenyum licik. Foto Vio dan Felix yang sedang berpelukan di sebuah rumah sakit, dan saat Felix sedang di tampar oleh Vio setelah nya."Aku pikir, kamu mungkin masih memiliki perasaan pada mantan pacarmu itu." sinis Alexa,"Aku rasa Nona Rena akan keberatan jika melihat ini, dan aku juga tak tau apa yang harus aku lakukan dengan kedua foto ini. Apakah akan ku edarkan ke masyarakat, atau menyimpannya."tukas Alexa, "Bagaimana menurutmu tuan Felix?""Apa kau sedang mengancam ku, nona Alexa?""Tidak! Hanya apakah kamu sudah tidak memiliki perasaan lagi pada Vio? Aku bisa membantumu mendapatkannya kembali. Aku saat ini ada di posisi yang sama denganmu, Bastian adalah tunangan ku. Dan entah bagaimana mereka bisa menikah. Aku sangat yakin, ini adalah hal yang tidak benar. Karena itu, mari kita kembalikan semua ke tempat semula.""Kau bisa mendapatkan kembali Vio pacar mu itu, dan aku kembali pada tunangan ku." lanjut Alexa lagi dengan sen
Felix duduk di kursi kerjanya. Tangannya mengenggam pena yang dia ketuk-ketuk di meja. Pikirannya melayang entah kemana. Saat ini Felix sepertinya mulai terpengaruh akan ucapan Alexa.Memang benar, hatinya masih mencintai Vio. Walau raganya telah menikah dengan sang adik rena, namun tak dapat dipungkiri, hati dan pikirannya masih milik Vio.Kenapa aku dulu bisa sampai begitu bodohnya mengikuti hasrat ku? Mungkinkah sekarang waktunya untuk memperbaiki? Apakah pilihan yang tepat jika aku menceraikan Rena agar bisa leluasa mendekati Vio? hati felix begitu bimbang.Antara mempertahankan pernikahan yang tanpa cinta dihatinya itu. Atau mengikuti hatinya mengejar kembali cintanya yang sempat ia telantarkan?Tapi, dia istri pria itu. Aku tak mungkin menyentuhnya. Konsequensi nya terlalu tinggi. Alexa, bagaimana tunangannya itu dicampakkan dan menikah dengan Vio. Apakah ada sesuatu diantara mereka? pikir Felix lagi."Vio? Apakah kau bahagia dengan
Sore itu Vio sudah bekerja seperti biasa. Didepan tempatnya bekerja, Vio menunggu jemputan. Dia memang tidak membawa mobil sendiri. Bastian ingin menjemput katanya.Di tempat biasa para karyawan menunggu jemputan, Vio duduk di bangku panjang. Menanti suaminya."Kenapa lama sekali?" gumamnya, saat satu persatu para karyawan sudah pulang. Vio mengambil hpnya, memghubungi Bast ian."Sayang, masih lama nggak? Aku pulang dulu ya, ada ojek mangkal disini."["Jangan! Sebentar lagi aku kesana."]"Apa? Sebentar lagi kemari? Jadi kamu belum Otewe?" Suara Vio kesal."Aku sudah menunggu satu jam!"["Iya! Sebentar lagi selesai. Jangan kemana-mana. Apalagi numpang sama pria lain!"]"Tu....."TUTUTUTUT."Apa? diputus? Hiiihhh!" gemas Vio melihat layar hpnya yang sudah tidak tersambung lagi.Vio memasukkan hpnya ke dalam tas.Sebuah mobil yang sudah terparkir cukup lama di depan kantor tempat