Malam hari, Ele terbangun dengan perasaan gelap. Depresinya kambuh. Dia meraih obat penenang yang di resepkan dokter. Ele memiliki gangguan tidur semenjak dia kehilangan bayinya. Berat badannya sedikit turun. Dia ingin membuat coklat panas untuk sedikit memperbaiki perasaannya.Wanita itu bergegas keluar dari kamarnya, turun ke lantai bawah. Dia menuju dapur, melintasi ruang televisi khusus para maid dan sopir.Di sana ada dua orang maid yang sedang menonton, Maritha dan Wulan."Nyo-Nona butuh apa?" Maritha dengan sigap berdiri saat melihat Ele melintas di belakang sofa yang mereka duduki."Hanya coklat panas, aku akan membuatnya ...""Tidak, nona duduklah, saya akan membuatkannya untuk Anda." Pinta Maritha dengan sopan, wanita itu terburu -buru ke dapur. Ele yang tidak dapat mencegah akhirnya memilih duduk di atas sofa, bersebelahan dengan Wulan yang memberi jarak dengan sopan."....Petinggi Politik Sultan Winata menolak kebijakan yang di keluarkan oleh para dewan MPR karna dianggap
Dewi datang ke kediaman Abimanyu di siang menjelang sore, mendapati Ele sedang berada di kamar bayi bersama Ira. Ele tidak sedang menyusu, dia hanya tengah duduk disana mengobrol ringan dengan Ira sembari memandangi wajah Astakara yang lelap.Berdasarkan pemberitahuan para maid, Ashley sedang berbelanja keperluan bayinya bersama Effendy.Dewi masuk dan mencium kedua pipi Eleanor, lalu mengajak Ele berbicara di luar. Di sinilah mereka sekarang, di taman kaca kediaman Abimanyu. Mungkin yang menjadi salah satu ciri khas setiap kediaman Abimanyu adalah adanya taman kaca di sana.Seorang maid menyajikan teh untuk Dewi, sedang Ele tidak ingin memesan minum."Mama dengar kamu pingsan beberapa hari lalu."Eleanor mengangguk. Tak berniat bicara banyak."Maafkan Mama yang sampai hari ini belum mengetahui dimana bayimu berada. Tapi sedikit banyak sudah ada beberapa usaha yang berhasil menuntun ke titik terang, ini juga berkat bantuan orang-orang Abimanyu.""Titik terang?" Ele mengangkat wajahnya
Setelah menenangkan dirinya beberapa saat di toilet, Ele memilih untuk pulang. Kepalanya terasa berat. Ele mendapati dirinya masuk ke mobil dan melamun di belakang kemudi. Ele mulai menyalakan mobil dan mulai memasukkan gigi.Pikirannya terasa kosong. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya ketika pandangannya memburam. Sebuah jeritan terdengar. Ele terkejut, mengerem kendaraannya dengan segera. Dia belum keluar dari halaman parkir. Wanita itu bergegas keluar dari mobil, mendapati seorang gadis yang tersungkur dengan lutut lecet berdarah. Eleanor tak cukup bodoh menyadari bahwa dia menyenggol gadis ini di halaman parkir."Kau baik -baik saja?" Ele berlutut di sisi gadis itu, langsung tersirap ketika sang korban menyibak rambutnya. "Gem..." Ele menahan lidahnya. Gadis itu adalah Gemintang, putri Sultan Winata.Gadis itu tampaknya hendak menuju mobilnya, terbukti dengan adanya kunci mobil yang tergenggam di tangan kanannya yang lecet, namun sayangnya Ele telah menyenggolnya tanpa sengaja.Ge
"Dia hanya mengalami luka luar, tidak ada benturan serius di bagian dalam," ucap dokter muda yang menangani Gemintang. Luka-luka gadis itu sudah diobati, dia juga sudah berhenti menangis. Mereka semua ada di dalam ruang perawatan. Hanya Ele yang memilih duduk dan menunggu diluar bersama salah satu bodyguard kepercayaan keluarga Winata. "Mungkin perempuan itu ingin balas dendam." Gemma meradang. Kakak kembar Gemintang itu menatap Gemmi yang hanya diam saja. "Dia perempuan yang tidak sengaja kamu tabrak itu kan di dalam pesta?"Gemintang mengangguk. "Kamu menabraknya di pesta?" Sultan Winata bicara sembari mengusap rambut putrinya. Gemi mengangguk. "Aku tidak tahu kalau kakak itu demikian marah.""Rasanya mustahil jika dia tidak melihat Gemi. Dia bahkan baru saja hendak keluar dari parkiran," ungkap Gemma pula. "Biar aku yang bicara dengannya."Sebelum Ayah dan Ibunya menanggapi, Gemma telah berjalan keluar untuk menemui Eleanor. Saat Gemma muncul, Ele lekas berdiri, menatap laki-lak
"Jadi, ayahmu akan datang?" Tanya polisi kumis melintang. Ele menggeleng."Ibumu?"Ele tak menjawab. Dia masih ingin menjaga nama baik Dewi Bimantara. Tidak lucu jika terdengar kabar kalo wanita itu memiliki anak lain yang bukan dari Cakrawibowo."Nona, kalau memang tidak ada...""Dia akan datang sebentar lagi." Jawab Ele akhirnya.Polisi itu kemudian mulai berbicara tentang beberapa hal berkaitan pelanggaran hukum yang dilakukan Eleanor. "Untunglah Tuan Sultan tidak memaafkan Anda, tetapi Anda tetap harus melalui prosedur hukum yang ada,"Pintu ruangan terbuka, dibuka oleh salah satu perwira dari luar. Lalu satu sosok wanita berjalan masuk. Dia menghampiri Ele dengan segera. "Kamu baik-baik saja?" Tanya Dewi pula. Ele menengadah menatap ibunya. "Aku baik."Setelah memastikan keadaan fisik putrinya itu tidak kurang suatu apa, Dewi lantas menoleh pada sang polisi, dan...Mata Dewi Bimantara melebar saat netranya memindai siapa adanya orang yang duduk disana."Sultan..." Gumam Dewi den
Dewi tak langsung menjawab saat mendengar pertanyaan Sultan. Saat dia bicara kemudian, itu adalah pertanyaan balik, "Apa maksud Anda, Tuan Sultan?""Gadis ini begitu mirip dengan kamu saat muda."Ada yang mendehem kasar. Sultan memegang tangan Anita yang mendehem terganggu. Sedang so kembar hanya melihat dengan kebingungan."Dia anak kandungku atau anak angkatku, itu bukan urusan Anda." Sahut Dewi dengan senyum di bibir yang terpaksa, "Saya rasa, urusan antara kita sudah selesai, kami pamit."Sepasang wanita itu akhirnya meninggalkannya kediaman Winata tanpa pencegahan sama sekali."Bagaimana rasanya?" Tanya Ele secara random saat dia sudah kembali berada di mobil yang di kemudikan oleh ibunya."Apa maksud kamu, Emily?" Tanya Dewi dengan pandangan fokus ke depan. Ekspresi wanita itu telah terlihat keruh sejak tadi."Melihat laki laki yang pernah Nyonya cintai telah memiliki keluarga bahagianya sendiri...""Itu hanya masa lalu, nak. Ketika kamu muda, kamu akan dibutakan oleh cinta, ber
"Nona...."Yanti mendekat. "Saya mendengar Anda mengatakan sesuatu, apakah Anda butuh bantuan."Eleanor menoleh pada Yanti, "Bayi ini adalah anakku. Dia Kaisar... Putraku yang hilang...."Raut wajah Yanti telah berubah was-was dan prihatin. Ele membungkus Kaisar dengan handuk, lalu Yanti bicara lagi. "Mari, biar saya yang memakaikan baju." Yanti cepat-cepat mengambil alih Astakara dari Eleanor, bayi mungil itu pun berpindah tangan."Itu..."Yanti menatap Ele dengan ekspresi yang sedikit berani, "Anda sebaiknya memeriksakan diri ke pusat kejiwaan.".Ucapan kasar itu membuat Eleanor tertegun. Dia menatap Yanti dengan pandangan rumit, "Kamu menganggap aku gila?""Menurut Nona?" Yanti semakin berani. Sembari mengoleskan bedak bayi pada Astakara dia bicara sambil sesekali melihat pada Ele."Anda mengklaim anak Tuan Effendy dan Nyonya Ashley sebagai putra Anda. Nona, Anda harus mempertahankan akal sehat Anda.""Dia memiliki tanda lahir putraku." Cetus Eleanor. "Bisa saja tanda lahir itu h
Asisten Sultan Winata yang visualnya adalah seorang pria akhir tiga puluhan dengan jas resmi, membukakan pintu ruangan VIP restoran tersebut, "Silakan, Tuan sudah menunggu Anda di dalam."Eleanor mengangguk saja. Dia melangkah masuk, mendapati Sultan Winata duduk dengan tenang di atas kursi kelas satu, berseberangan dengan kursi kosong yang lain. Sementara di atas meja, telah tersedia berbagai makanan mahal yang sepertinya dipesan khusus disana.Eleanor duduk dengan tenang, matanya menatap laki-laki paruh baya itu, sebelum dia membuka mulut bicara, Sultan telah berbicara lebih dulu."Selamat datang, dan maaf sudah mengganggu waktunya, Nak."Eleanor sedikit mengernyit, Sultan menggunakan bahasa panggilan sopan pada seorang anak padanya."Saya pikir permasalahan itu sudah selesai," ungkap Ele lagi."Tidak, saya tidak hendak membicarakan itu. Mari, kita bersantap dulu." Ajak Sultan pula.Ele mengangguk dan tak banyak bicara, menikmati makanan Tyang tersaji, dia makan dengan tenang dan se
Tiga hari berlalu, Eleanor yang menyibukkan diri merawat Kaisar memilih untuk tidak menaruh harapan besar. Dia hanya ingin melihat, sejauh apakah usaha Effendy mematahkan dugaan perselingkuhan yang dia saksikan.Menepati janjinya, pagi itu Effendy kembali datang ke kediaman Winata.Namun kali itu, dia tidak sendirian, melainkan bersama perempuan Indo-Prancis yang Ele kenali sebagai Irliana. Perempuan yang berciuman dengan suaminya.Gemma membawa Kaisar bermain -main ke taman, Gemmi turut nimbrung bersama kakaknya ke sana.Di ruang tamu, Eleanor duduk bersama Ayahnya. Sedang Anita memilih untuk tidak turut campur. Dia tidak menampakan dirinya di ruang tamu.Sultan mempersilakan Effendy dan Irliana duduk. Memindai sosok Irliana sejenak, lalu laki laki itu bicara. "Saya mendengar, putri saya meminta Anda memberikan bukti kalau Anda memang tidak berselingkuh."Effendy mengangguk, "Ini Irliana, perempuan yang merupakan sahabat masa kecil saya, juga yang disalahpahami sebagai selingkuhan sa
Effendy tahu bahwa Sultan Winata adalah salah satu orang terpandang yang cukup famous di negeri ini. Yang membuat dia terkejut, adalah kenyataan yang dia terima bahwa Eleanor adalah putri Sultan Winata bersama dengan Dewi Bimantara. Kedua orangtua dari istrinya ternyata masih hidup.Sekembalinya ke kediaman, Effendy di kabarkan oleh salah satu maid bahwa ada sebuah paket untuknya. Ketika dia membuka, itu adalah surat perceraian, yang menunggu tanda tangannya.Secepat itu?Effendy meremas kertas itu dan membuangnya ke sembarang arah. Dia tidak akan Sudi menandatangi surat perceraian itu. Chislon merasa hatinya menjadi dingin dan sakit, dia merasa Eleanor tengah membalasnya. Dulu, dia yang melayangkan surat cerai pada istrinya.Effendy tak ingin menunggu waktu yang lama, dengan mengendarai mobilnya, Chislon menuju kediaman Sultan Winata. Dia tidak merasa kesulitan karna alamat itu begitu gampang dia peroleh dari Mahesa.Kediaman Sultan Winata masuk dalam kawasan elit. Ketika ia turun da
Berita tentang Adallard Quentin yang melakukan kekerasan pada istrinya langsung menjadi konsumsi publik, perihal semua perlakuannya yang terekam di siarkan langsung ke sosial media.Kepolisian Indonesia akhirnya menyerahkan kasus itu pada Polisi Prancis. Berbeda dengan sebelumnya, polisi Prancis tidak bisa berbuat banyak atau menutup mata karna tekanan publik.Irliana kembali ke Prancis untuk menghadiri sidang putusan dan juga untuk pengajuan perceraian terhadap suaminya. Dia berjanji pada Effendy akan kembali ke Indonesia setelah urusannya selesai. Dia berharap, Effendy juga bisa segera menemukan keberadaan Eleanor. Wanita itu tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih dan maaf berulangkali.Effendy melepasnya di bandara, hanya mengangguk atas semua ucapan ucapan Irliana."Kabari aku jika sudah menemukan istrimu, aku akan kembali ke Indonesia untuk membantu menjelaskan semuanya... Aku juga ingin meminta maaf secara langsung padanya..." Itu adalah ucapan terakhir Irliana sebelum beran
Harapan Effendy meredup, sampai keesokan hari, istri dan anaknya tidak pulang ke rumah. Sedang Irliana untuk sementara dia izinkan tinggal di kediaman utama agar bisa langsung memberikan klarifikasi jika Ele kembali sewaktu-waktu.Eleanor bak di telan bumi, ponselnya tidak dapat di hubungi. Effendy sampai menggunakan nomor baru untuk menghubungi, namun tetap tidak bisa. Itu menandakan kalau Ele mungkin sudah berganti nomor saat itu juga.Ketika Chislon memutuskan untuk datang ke panti asuhan ke esokan harinya, dia tidak menemukan Eleanor di sana, bahkan menurut sang bunda, Ele tidak datang ke sana sama sekali.Rasa bersalah, marah, cemas dan khawatir membuat Chislon merasa tidak tenang. Dia berdiri di balkonnya, mengerahkan orang-orangnya untuk mencari keberadaan sang istri."Aku benar-benar minta maaf, Chislon." Irliana menghampiri Chislon yang berdiri di balkon lantai dua. Laki laki itu baru saja mengecek laporan dari orang-orangnya yang masih nihil."Sekalipun kamu meminta maaf rib
Ketika Effendy tiba di rumah yang di tempati Irliana, dia melihat sosok Adallard yang berdiri bersandar di sisi mobil miliknya. Laki laki dengan cambang halus yang menghiasi dagunya itu tersenyum miring ketika berhadapan dengan sosok Effendy.Keduanya berhadapan -hadapan dengan tinggi tubuh yang tampak setara. "Effendy Chislon Abimanyu," eja Adallard menilai laki-laki di hadapannya dari atas sampai bawah. Dia membuka mulutnya dan berbicara dalam bahasa Prancis, dengan suara rendah dan manipulatif. "Aku sudah tahu, kamu, memang Chislon yang itu. Sahabat masa kecil istriku...." "Irliana tidak suka dengan kehadiranmu." Tandas Chislon dalam bahasa Prancis."Siapa yang perduli," Adallard mengangkat bahu dan tertawa pendek. "Seberapa kuatpun kamu berusaha melindunginya, apakah kamu pikir hukum akan melindungi seorang laki laki yang menyembunyikan seorang wanita dari suaminya?""Kamu tidak pantas menjadi suaminya." Effendy tersenyum sinis, menghunus lawan bicaranya dengan pandangan tajam l
Effendy terbangun pagi itu, menyadari dia tertidur semalaman sembari memeluk istrinya. Eleanor masih lelap, wanita itu sepertinya tidak sadar membalas pelukan suaminya. Laki-laki itu sudah bermaksud membereskan permasalahan mereka hari ini. Dia tidak bisa membiarkan Ele dalam persepsi salah tentangnya lebih lama.Dia mengusap rambut Eleanor, mencium dahinya. Saat itu, Ele terbangun. Sang istri tampak terkejut menyadari posisi mereka dan langsung melepaskan diri, menjauh lalu perlahan bangun dari tempat tidur.Sebelum Effendy bicara apapun, Ele telah bergerak masuk ke dalam kamar mandi.Effendy hanya bisa menghela napas kasar. Dia pelan bangkit, bermaksud mengecek bayinya lebih dulu. Nyatanya Kaisar belum bangun. Ketika dia kembali ke kamarnya, Eleanor sudah keluar dari kamar mandi.Merasa Ele masih belum bisa di ajak bicara, Effendy akhirnya masuk ke kamar mandi. Dia berencana tidak akan ke kantor hari ini. Saat Effendy keluar, dia mendapati istrinya tak lagi ada di sana. Selagi ia me
Ketika ia terbangun, Effendy lekas membasuh wajahnya, lalu bermaksud keluar untuk kembali mencari ponselnya. Itu baru menjelang pukul enam pagi.Effendy melihat Irliana berada di dapur, sibuk memasak sesuatu. Mungkin sarapan pagi. Ketika dia melihat Effendy, Irli mendekat dan menyodorkan sebuah benda dari balik celemeknya."Ini ponselmu, aku lihat ketinggalan di pantry," kata Irli pula. Effendy sedikit berpikir, semalam ia mencari sampai kesana, namun dia tidak menemukan gawai tersebut di meja pantry. Atau dia hanya kurang memperhatikan?"Terimakasih," sambut Effendy pula. Irli menjadi lebih diam."Kamu sudah akan kembali?" Tanya wanita itu setelah kesunyian mengendap di antara mereka beberapa ketika."Ya,"Irli terdiam sejenak, "Aku membuatkan sarapan untukmu, apa tidak bisa menunggu?"Tak tega melihat wanita itu semakin kecewa, Effendy mengangguk. Lagipula itu hanya nasi goreng, lima menit kemudian telah matang.Maka keduanya pun sarapan di meja makan dengan duduk berhadapan muka. S
Supermarket terdekat dari rumah yang ditempati Irliana bukan supermarket besar. Wanita itu akhirnya memilih pergi berbelanja untuk mengisi waktu. Selain itu, Irliana adalah seorang yang suka memasak dengan tangannya sendiri.Penjagaan dari para guard Abimanyu masih terus ketat di sekitarnya, namun tidak membuatnya risih. Lagipula, setiap keluar Irli selalu menggunakan topi, kacamata dan masker supaya dia tidak di kenali. Wanita itu menyusup di salah stand dan mulai memilih sayuran.Di sampingnya, mendekat seorang lelaki dengan keranjang troli, mulai turut memilih sayuran. Irli tidak menatap atau memerhatikan sosok di sampingnya. Dia memilih fokus memilah milah sayuran untuk menu yang di masaknya malam ini. Irli merasa antusias, dia ingin mengundang Effendy nanti."Begitu manis, pasti suami Anda bahagia punya istri seperti Anda." Seseorang berbicara dalam bahasa Prancis.Seperti mendengar suara dari neraka, Irli tersentak. Suara serak dan manipulatif itu sangat di kenalnya. Dia menole
Beberapa hari berlalu dengan normal. Akhir-akhir ini Effendy pulang ke rumah tepat waktu, bahkan dia mengambil cuti dua hari untuk membawa Ele dan Kaisar berjalan-jalan, menghabiskan waktu bersama istri dan anaknya. Meski kecurigaan Ele mengendur, namun dia tetap tak lantas berhenti lama sekali.Pagi itu, Effendy memutuskan ke kantor karna ada meeting tentang pemetaan program di Maluku, mengenai usaha tambang Ab Gallia yang ada di sana.Ketika dia mandi, Ele tengah merapikan seprei. Saat dia menimbang akan mengganti seprei itu dengan yang baru, wanita itu melihat layar ponsel suaminya menyala. Effendy terbiasa menaruh ponselnya di nakas dekat tempat tidur. Terbawa penasaran, Ele mendekat dan melihat notifikasi.[Kapan mengunjungiku? Aku bosan.]Kata terakhir di bubuhi emoticon sedih. Ele membaca nama yang tertera di sana. Irry L.Siapa Irry L?Eleanor melihat ke arah pintu kamar mandi nun di sana, masih mendengarkan bunyi shower yang menderu tanda suaminya masih dalam aktivitas mandin