Dewi datang ke kediaman Abimanyu di siang menjelang sore, mendapati Ele sedang berada di kamar bayi bersama Ira. Ele tidak sedang menyusu, dia hanya tengah duduk disana mengobrol ringan dengan Ira sembari memandangi wajah Astakara yang lelap.Berdasarkan pemberitahuan para maid, Ashley sedang berbelanja keperluan bayinya bersama Effendy.Dewi masuk dan mencium kedua pipi Eleanor, lalu mengajak Ele berbicara di luar. Di sinilah mereka sekarang, di taman kaca kediaman Abimanyu. Mungkin yang menjadi salah satu ciri khas setiap kediaman Abimanyu adalah adanya taman kaca di sana.Seorang maid menyajikan teh untuk Dewi, sedang Ele tidak ingin memesan minum."Mama dengar kamu pingsan beberapa hari lalu."Eleanor mengangguk. Tak berniat bicara banyak."Maafkan Mama yang sampai hari ini belum mengetahui dimana bayimu berada. Tapi sedikit banyak sudah ada beberapa usaha yang berhasil menuntun ke titik terang, ini juga berkat bantuan orang-orang Abimanyu.""Titik terang?" Ele mengangkat wajahnya
Setelah menenangkan dirinya beberapa saat di toilet, Ele memilih untuk pulang. Kepalanya terasa berat. Ele mendapati dirinya masuk ke mobil dan melamun di belakang kemudi. Ele mulai menyalakan mobil dan mulai memasukkan gigi.Pikirannya terasa kosong. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya ketika pandangannya memburam. Sebuah jeritan terdengar. Ele terkejut, mengerem kendaraannya dengan segera. Dia belum keluar dari halaman parkir. Wanita itu bergegas keluar dari mobil, mendapati seorang gadis yang tersungkur dengan lutut lecet berdarah. Eleanor tak cukup bodoh menyadari bahwa dia menyenggol gadis ini di halaman parkir."Kau baik -baik saja?" Ele berlutut di sisi gadis itu, langsung tersirap ketika sang korban menyibak rambutnya. "Gem..." Ele menahan lidahnya. Gadis itu adalah Gemintang, putri Sultan Winata.Gadis itu tampaknya hendak menuju mobilnya, terbukti dengan adanya kunci mobil yang tergenggam di tangan kanannya yang lecet, namun sayangnya Ele telah menyenggolnya tanpa sengaja.Ge
"Dia hanya mengalami luka luar, tidak ada benturan serius di bagian dalam," ucap dokter muda yang menangani Gemintang. Luka-luka gadis itu sudah diobati, dia juga sudah berhenti menangis. Mereka semua ada di dalam ruang perawatan. Hanya Ele yang memilih duduk dan menunggu diluar bersama salah satu bodyguard kepercayaan keluarga Winata. "Mungkin perempuan itu ingin balas dendam." Gemma meradang. Kakak kembar Gemintang itu menatap Gemmi yang hanya diam saja. "Dia perempuan yang tidak sengaja kamu tabrak itu kan di dalam pesta?"Gemintang mengangguk. "Kamu menabraknya di pesta?" Sultan Winata bicara sembari mengusap rambut putrinya. Gemi mengangguk. "Aku tidak tahu kalau kakak itu demikian marah.""Rasanya mustahil jika dia tidak melihat Gemi. Dia bahkan baru saja hendak keluar dari parkiran," ungkap Gemma pula. "Biar aku yang bicara dengannya."Sebelum Ayah dan Ibunya menanggapi, Gemma telah berjalan keluar untuk menemui Eleanor. Saat Gemma muncul, Ele lekas berdiri, menatap laki-lak
"Jadi, ayahmu akan datang?" Tanya polisi kumis melintang. Ele menggeleng."Ibumu?"Ele tak menjawab. Dia masih ingin menjaga nama baik Dewi Bimantara. Tidak lucu jika terdengar kabar kalo wanita itu memiliki anak lain yang bukan dari Cakrawibowo."Nona, kalau memang tidak ada...""Dia akan datang sebentar lagi." Jawab Ele akhirnya.Polisi itu kemudian mulai berbicara tentang beberapa hal berkaitan pelanggaran hukum yang dilakukan Eleanor. "Untunglah Tuan Sultan tidak memaafkan Anda, tetapi Anda tetap harus melalui prosedur hukum yang ada,"Pintu ruangan terbuka, dibuka oleh salah satu perwira dari luar. Lalu satu sosok wanita berjalan masuk. Dia menghampiri Ele dengan segera. "Kamu baik-baik saja?" Tanya Dewi pula. Ele menengadah menatap ibunya. "Aku baik."Setelah memastikan keadaan fisik putrinya itu tidak kurang suatu apa, Dewi lantas menoleh pada sang polisi, dan...Mata Dewi Bimantara melebar saat netranya memindai siapa adanya orang yang duduk disana."Sultan..." Gumam Dewi den
Dewi tak langsung menjawab saat mendengar pertanyaan Sultan. Saat dia bicara kemudian, itu adalah pertanyaan balik, "Apa maksud Anda, Tuan Sultan?""Gadis ini begitu mirip dengan kamu saat muda."Ada yang mendehem kasar. Sultan memegang tangan Anita yang mendehem terganggu. Sedang so kembar hanya melihat dengan kebingungan."Dia anak kandungku atau anak angkatku, itu bukan urusan Anda." Sahut Dewi dengan senyum di bibir yang terpaksa, "Saya rasa, urusan antara kita sudah selesai, kami pamit."Sepasang wanita itu akhirnya meninggalkannya kediaman Winata tanpa pencegahan sama sekali."Bagaimana rasanya?" Tanya Ele secara random saat dia sudah kembali berada di mobil yang di kemudikan oleh ibunya."Apa maksud kamu, Emily?" Tanya Dewi dengan pandangan fokus ke depan. Ekspresi wanita itu telah terlihat keruh sejak tadi."Melihat laki laki yang pernah Nyonya cintai telah memiliki keluarga bahagianya sendiri...""Itu hanya masa lalu, nak. Ketika kamu muda, kamu akan dibutakan oleh cinta, ber
"Nona...."Yanti mendekat. "Saya mendengar Anda mengatakan sesuatu, apakah Anda butuh bantuan."Eleanor menoleh pada Yanti, "Bayi ini adalah anakku. Dia Kaisar... Putraku yang hilang...."Raut wajah Yanti telah berubah was-was dan prihatin. Ele membungkus Kaisar dengan handuk, lalu Yanti bicara lagi. "Mari, biar saya yang memakaikan baju." Yanti cepat-cepat mengambil alih Astakara dari Eleanor, bayi mungil itu pun berpindah tangan."Itu..."Yanti menatap Ele dengan ekspresi yang sedikit berani, "Anda sebaiknya memeriksakan diri ke pusat kejiwaan.".Ucapan kasar itu membuat Eleanor tertegun. Dia menatap Yanti dengan pandangan rumit, "Kamu menganggap aku gila?""Menurut Nona?" Yanti semakin berani. Sembari mengoleskan bedak bayi pada Astakara dia bicara sambil sesekali melihat pada Ele."Anda mengklaim anak Tuan Effendy dan Nyonya Ashley sebagai putra Anda. Nona, Anda harus mempertahankan akal sehat Anda.""Dia memiliki tanda lahir putraku." Cetus Eleanor. "Bisa saja tanda lahir itu h
Asisten Sultan Winata yang visualnya adalah seorang pria akhir tiga puluhan dengan jas resmi, membukakan pintu ruangan VIP restoran tersebut, "Silakan, Tuan sudah menunggu Anda di dalam."Eleanor mengangguk saja. Dia melangkah masuk, mendapati Sultan Winata duduk dengan tenang di atas kursi kelas satu, berseberangan dengan kursi kosong yang lain. Sementara di atas meja, telah tersedia berbagai makanan mahal yang sepertinya dipesan khusus disana.Eleanor duduk dengan tenang, matanya menatap laki-laki paruh baya itu, sebelum dia membuka mulut bicara, Sultan telah berbicara lebih dulu."Selamat datang, dan maaf sudah mengganggu waktunya, Nak."Eleanor sedikit mengernyit, Sultan menggunakan bahasa panggilan sopan pada seorang anak padanya."Saya pikir permasalahan itu sudah selesai," ungkap Ele lagi."Tidak, saya tidak hendak membicarakan itu. Mari, kita bersantap dulu." Ajak Sultan pula.Ele mengangguk dan tak banyak bicara, menikmati makanan Tyang tersaji, dia makan dengan tenang dan se
"Kami sudah berhasil melakukan pelacakan Nyonya, dan kami berhasil menangkap Orang itu," lapor Idrus Mahesa, salah satu penyelidik kepercayaan Keluarga Bimantara. Laki-laki itu memasang wajah yang sedikit keruh, bibirnya dengan berat hati melanjutkan ketika dilihatnya Dewi mengangkat alis tidak sabar."Dalang dari penculikan bayi Nona Eleanor mengarah pada keluarga Nyonya sendiri."Dewi memicingkan matanya, "Apa maksudmu?""Dalangnya adalah putri Anda sendiri, Nyonya. Ashley Bimantara."Bagai tersambar petir, Dewi terhenyak di tempat. Wajahnya menjadi pias, berusaha memproses informasi yang dia dapatkan."Orang itu berhasil di tangkap karna kerjasama yang baik dengan orang-orang Abimanyu. Untunglah mereka menyerahkan pada kami untuk melakukan investigasi lebih lanjut, dan tidak ikut campur tangan dalam investigasi lelaki itu. Jadi Anda bisa tenang Nona, orang-orang Abimanyu belum mengetahui hal ini.""Apakah kamu sudah melakukan penyelidikan dengan akurat?" Dewi tampak marah dan tidak