“Kamu marah kenapa, sih? Dia nggak pernah gangguin kamu, Babe. Bahkan dia bantu jagain Gatra selama ini kan?” Sky mengisi sela-sela jari istrinya. Wanita yang sudah sah dia nikahi kemarin. Tubuh pria itu mendekat ke arah Freya yang tatapannya tetap fokus pada pemandangan di bawah sana. Lautan dengan airnya yang tenang dan biru. Gulungan ombak yang memukau tetapi berbahaya, bisa saja melenyapkan segalanya.“Terus aja belain dia. Kamu nikah sama aku, Sky. Kenapa, sih semua kudu belain dia? Apa aku udah nggak seberharga itu di mata kalian?”Mata Sky memicing. Dia menarik dagu sang istri agar menghadap ke arahnya. Keheningan suasana pesawat masih terus menemani perjalanan yang akan mereka tempuh selama dua jam lebih tiga puluh lima menit.Bingkai ayu itu tampak kuyu, bibirnya manyun dan tidak ada semangat yang bertuas di sana. Sky melepaskan jerat di jemari sang istri. Mengubahnya menjadi rangkuman di wajah.“Kalian? Maksudmu aku dan Sean? Jadi— sekarang kamu cemburu dengan kedekatan Sean
“Nay, kamu— sudah makan?” Melirihkan dua kata terakhir, saat melihat Zeta kepayahan.“Sst!” Zeta mendesis galak dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Dia baru saja berhasil membuat Gatra terlelap setelah marah akibat tidak mendapatkan kenyamanan dalam melakukan hal apa pun. Tampaknya belum apa-apa bocah ciilk itu sudah merindukan sang ayah.“Maaf,” bisik Sean. Ia melangkah mendekati ranjang Gatra. Kemudian duduk tepat di sisi tubuh Zeta.Wajah gadis itu berkeringat, padahal pendingin ruangan menyala. Mungkin karena Gatra jauh lebih aktif dari biasanya.Sean menarik satu lembar tisu dan menarik tangannya naik, ia usapkan ke pelipis dan dahi Zeta. Memposisikan tubuh sedekat yang ia bisa.“Modus,” lirih Zeta. Tapi ia justru mencondongkan kepalanya lebih dekat dengan pria itu.Sean tertawa kecil agar tidak membangunkan Gatra. “Kurasa bukan aku yang modus, tapi justru sebaliknya,” balasnya. Menarik jari yang telah selesai melakukan tugasnya. Lantas berubah menjadi belaian lemb
Bunga-bunga mekar menggelitik hati Zeta. Gadis itu tidak pernah tahu kenapa mulutnya bisa sangat berani saat menjawab kata ya' untuk tawaran yang diberikan Sean padanya. Ada banyak kekalutan dan ketakutan yang menggeliat sanubari. Namun, untuk kembali menolak Sean dan menanti lebih lama dari itu rasanya dia sudah tidak akan sanggup."Aku akan menjagamu, Nay. Aku tidak akan membuat kau terluka." Ucapan Sean sangat meyakinkan. Binar di matanya berkilat memancarkan kesungguhan yang tidak hanya sebuah janji, tetapi kenyataan. "Kuharap saat itu tiba, kau benar-benar selalu ada di dekatku," desah Zeta pelan. Air mata kebahagiaan itu sudah tidak lagi bisa dibendung. Gadis itu mendekap erat tubuh pria bakal suaminya. Minggu ini, ya— waktu yang sangat singkat. Namun, kebersamaan mereka sudah berjalan dua tahun lebih jadi, tidak tepat rasanya jika itu adalah waktu sebentar. "Mbak Zeta baik-baik saja?" Suara Runi meruntuhkan bayangannya atas kejadian siang tadi di rumah Sean. Ia pandang gad
Sky menyambut ucapan istrinya dengan sebuah pelukan yang merayapkan kenyamanan dalam setiap desir darah dan tarikan napas gadis itu.“Buatku, tidak ada keindahan selain dirimu, Babe.” Ia daratkan sebuah kecupan hangat di ceruk leher Freya, dengan mata terpejam menikmati aroma khas sang kekasih yang telah lama hilang.Gadis itu mendekap tangan suaminya. Mengelusnya lembut, menikmati segala yang telah kembali lagi. Lantas berbalik badan, mengelus wajah tampan Sky yang benar-benar tampak lebih tirus dari pada dulu.“Kau akan abadi, kan? Aku tidak ingin kehilanganmu lagi, Sky. Aku merasa kau menyembunyikan sesuatu dariku yang aku tidak tahu apa itu,” ucap Freya. Jemari lentiknya bersarang pada pipi Sky. Merambat, membuat pola yang acak. Sorot matanya menelisik masuk dalam kegelapan mata pria itu. Mengorek lebih banyak yang ingin diketahui olehnya.Sky terdiam. Pria itu mengamit pinggang istrinya. Membalas tatapan mata Freya dengan tidak kalah sarat akan arti.“Sepertinya aku juga merasaka
Sementara Sky dan Freya menghabiskan waktu menikmati bulan madu mereka, Zeta begitu bersemangat fitting gaun pengantin bersama dengan Sean. Menyesuaikan pakaian yang akan mereka kenakan di hari bahagia yang sudah dua tahun lebih lamanya mereka nantikan.“Bagimana dengan ini?” Sean menunjuk sebuah gaun yang elegan. Gaun berwarna baby peach tanpa lengan dengan bahu terbuka dan bisa dipastikan akan melekat pada tubuh Zeta. Membentuk lekukan tubuhnya yang sempurna. Memeluk erat permukaan kulit Zeta dengan sangat erat. Dia akan tampak menawan dengan balutan gaun itu. Kulitnya yang putih akan semakin bersinar dengan terang.Zeta menggigit bibir bawah bagian dalamnya. Dia ragu dengan pilihan calon suaminya itu. “E—” gadis itu menggantung ucapannya cukup lama. “Aku tidak percaya diri dengan lenganku yang harus dilihat banyak orang, Mine,” lanjutnya kemudian dengan suara yang ringkih. Seperti ada sebuah trauma besar yang ditunjukkan dari nada suara iu.Sean mencekal lengan Zeta. Selama ini dia
Berbalut dengan selimut putih, tubuh Freya terlungkup dengan berpangku dagu, kedua tangannya ia lipat sebagai bantalan bagian bawah mulut. Sorot matanya menyusuri sunrise yang menyembul melalui balik cakrawala, naik secara perlahan untuk menyambut dunia.“Satu pagi dari banyaknya pagi yang membuatku bahagia,” ujar Freya. Ia mengalihkan pandang ke arah Sky yang bersembunyi di balik selimut memeluk tubuh Freya dengan erat. Mengendus aroma bercinta mereka yang semalaman membanjiri keduanya.“Aku tidak pernah merasakan bagaimana indahnya pagi sebelum bersamamu, Sky. Yang kutahu hanya bekerja sepanjang hari agar bisa menghasilkan uang untuk hidup. Lalu saat aku di rumah Kinar, setiap pagi hanya berkebun, menanam dan memanen hasil kebun. Itu menyenangkan sekaligus membosankan,” tambahnya.Memindahkan tangan yang mulai terasa kebas untuk memainkan rambut Sky yang terasa lembut membelai sela-sela jarinya.“Sky,” panggil Freya saat semua kata-katanya tidak digubris dan sama sekali tidak mendapa
Dengan terburu-buru, Sean membawa mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia mengajak serta Gea yang mengomel dengan memangku Gatra di bangku belakang.“Abang jangan egois! Kalian, tuh mau nikah, aku nggak mau kalau ada drama aneh-aneh lagi,” sungut, Gea dengan emosi yang tertahan.Kalau tidak ada Gatra di pahanya dia tidak akan mengerem setiap kata yang dilontarkan pada sang kakak.“Gea, ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Aku tidak pernah mau dan ingin menunda apa pun yang aku rencanakan dengan matang. Ini tentang Sky, Kakakmu, adik abang. Apa salahnya aku terbang ke sana sebentar melihat kondisinya?” jawab Sean dengan melirik adiknya lewat arah spion yang ada di depannya. Kemudian kembali memusatkan pandang pada jalanan pagi yang tampak sudah terisi penuh dengan beberapa kendaraan.“Kalau kau sakiti Zeta, aku tidak akan lagi membelamu, ingat itu! Kau bukan lagi abangku,” ancam Gea.Sean bungkam. Tidak ada sedikit saja niatnya untuk menyakiti Zeta. Hari pernikahan mereka baru akan d
“Sean!” Melihat kedatangan pria itu, Freya berlari dan memeluk tubuh laki-laki yang pernah menjadikan dia wanita paling beruntung di dunia. Tangisnya pecah, seraut wajah yang dulu tampak menarik di mata Sean sekarang hanya terlihat parau.“Sky belulm juga sadarkan diri. Dokter terus upayakan agar dia lekas dibawa ke rumah sakit lebih besar, Sean,” isaknya. Membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan terenyuh.Kedatangan mereka ke sini untuk berbulan madu, siapa yang sangka jika kejadiannya akan menjadi seperti ini?Sebelum menjawab setiap penuturan Freya, Sean melepaskan jaket yang dia kenakan. Ia selimutkan di bahu Freya. Masih ia dekap tubuh kurus itu dan ia ajak untuk duduk. Melihat penampilan Freya, Sean bisa pastikan bahwa gadis itu tidak ada waktu untuk sekadar menutup tubuhnya.“Kita doakan agar Sky baik-baik saja, ya. Mungkin karena terlalu lelah,” timpal Sean dengan nada bicara setenang mungkin.Dia pria yang tidak pernah merasakan panik. Namun, pagi tadi, rasanya Sean kehil