Tidak pernah mereka rasakan sebelumnya, betapa dosa itu cukup membuat keduanya lupa akan batasan. Ciuman mesra masih terus diraup. Berusaha merengkuh hal yang tidak akan mampu didapatkan hanya dengan pautan bibir semata.“Dasar tidak tahu malu,” cecar seseorang yang bersua di belakang tubuh Sean. Setelah mencaci dua sejoli itu, ia lantas meninggalkan keberadaan mereka.Hanya kalimat pendek itulah yang menyeret keduanya dalam kenyataan. Kesadaran yang terasa memalukan. Mereka tidak lantas menoleh karena kenal betul siapa orang yang tengah mencecar kelakuan Sean dan Zeta.Pria itu mengusap bibir Zeta yang basah akibat ulah mereka sendiri. Menelisik lebih dalam sorot mata mencari kepastian apakah wanita itu murka atas tindakannya?“Aku pulang, ya. Sudah semakin malam,” pamit Zeta tiba-tiba. Dia malu merasa ditatap dengan sempurna oleh Sean, kekasihnya.“Kamu marah?” Jari telunjuk Sean menarik dagu Zeta. Dia tidak mampu membaca yang tersirat di raut muka, Zeta.“Untuk apa? Aku tidak akan p
"Saya terima nikah dan kawinnya Freya Kayonna binti Adam dengan mas kawin tersebut dibayar, tunai.""Saksi, bagaimana?" Sahutan menteriakkan satu kata sah menggema di rumah ball room hotel. Seluruh wajah yang menyetor ke acara itu penuh dengan gurat kebahagiaan, senyum, keceriaan, dan keharuan. Bersuka cita atas kehidupan baru bagi Freya dan juga Sky. Sean dam Zeta terlalu sibuk sebulan ini. Mereka yang mengurus segala kemegahan dan keberhasilan atas berlangsungnya acara ini. Secercah kebanggan tumbuh dalam diri Zeta saat melihat jalan acaranya sesuai dengan harapan. "Kamu hebat, Nay," puji Sean. Menggamit pinggang Zeta dengan sebelah tangannya. Ia mengalihkan pandang yang semua ke arah altar tempat Sky dan istrinya berdiri, sekarang menatap wajah sang kekasih yang sudah dua setengah tahun menjalin hubungan asmara dengannya. "Baru sadar? Ck! Menyebalkan sekali," rajuk Zeta. Memasang wajah murungnya dengan manja. Telah banyak cerita mereka lewati, telah banyak kisah mereka jelajah
Jari telunjuk lucu itu bergerak ke kiri dan kanan. Matanya menyipit sarat akan ketidaksukaan pada Zeta. “No! Kamu melebut Papa dali Mommy,” ucapnya yang seketika membuka mata Zeta kian lebar.Tidak percaya bagaimana balita satu setengah tahun tahu kata merebut?Demikian pun dengan Sean, ia lekas menoleh ke arah Zeta dan menyadari ekspresi yang diperlihatkan kekasihnya. Ia alihkan tubuh Gatra pada sebelah tangannya dan lantas satu tangan yang terbebas memeluk Zeta dengan erat. Seakan mendorong jauh-jauh ucapan Gatra. Menopang perasaan rapuh Zeta dengan usapan lembut menenangkan di punggung perempuan itu.“Tidak dong. Tante Zeta itu baik lho. Dia—” Sean berusaha membela.Akan tetapi Gatra menggeleng cepat. Tidak mau mendengarkan apa pun yang hendak dituturkan oleh Sean.“Tidak apa-apa,” ucap Zeta tanpa suara. Hanya gerakan bibir yang bisa Sean mengerti.Dua pengantin baru sudah kian mendekat dan senyum Freya mengembang luwes. Tangannya menjerat jemari Sky dengan posesif. Gadis itu hanya
Tanpa berbalik dan tatapannya jatuh pada cincin memukau itu Zeta menjawab, “aku mau. Tapi— aku takut membuatmu kecewa, Mine. Aku takut jika aku melukaimu atau—”“Sebaliknya?” potong Sean, masih berbicara dalam ceruk leher Zeta.“Maaf, Mine. Aku wanita trust issue, itu benar. Aku bingung dengan perasaanku. Aku mau, sungguh aku ingin memilikimu seumur hidupku, tapi aku takut kalau aku sumber dari lukamu nanti.”“Kau berpikir bahwa cintamu yang hebat akan melukaiku?” balas Sean. Ia menarik diri dan memonitori raut wajah sang kekasih.Zeta melerai jerat tangan Sean. Ia melangkah menjauh selangkah dari pria itu. “Kau pernah terluka karena memberi cinta yang hebat pada seseorang.”“Karena dia tidak mengharapkanku, Nay. Tapi kita berbeda. Kau berharap penuh padaku dan aku pun sama. Kita memiliki perasaan yang sama. Terima aku, Nay,” pinta Sean.“Tapi—”“Katakan kalau kau mau,” desak Sean.Zeta menatap binar mata Sean yang berkilat. Gadis itu yakin, sesuatu yang sedikit transparan memburamkan
“Kamu marah kenapa, sih? Dia nggak pernah gangguin kamu, Babe. Bahkan dia bantu jagain Gatra selama ini kan?” Sky mengisi sela-sela jari istrinya. Wanita yang sudah sah dia nikahi kemarin. Tubuh pria itu mendekat ke arah Freya yang tatapannya tetap fokus pada pemandangan di bawah sana. Lautan dengan airnya yang tenang dan biru. Gulungan ombak yang memukau tetapi berbahaya, bisa saja melenyapkan segalanya.“Terus aja belain dia. Kamu nikah sama aku, Sky. Kenapa, sih semua kudu belain dia? Apa aku udah nggak seberharga itu di mata kalian?”Mata Sky memicing. Dia menarik dagu sang istri agar menghadap ke arahnya. Keheningan suasana pesawat masih terus menemani perjalanan yang akan mereka tempuh selama dua jam lebih tiga puluh lima menit.Bingkai ayu itu tampak kuyu, bibirnya manyun dan tidak ada semangat yang bertuas di sana. Sky melepaskan jerat di jemari sang istri. Mengubahnya menjadi rangkuman di wajah.“Kalian? Maksudmu aku dan Sean? Jadi— sekarang kamu cemburu dengan kedekatan Sean
“Nay, kamu— sudah makan?” Melirihkan dua kata terakhir, saat melihat Zeta kepayahan.“Sst!” Zeta mendesis galak dengan meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Dia baru saja berhasil membuat Gatra terlelap setelah marah akibat tidak mendapatkan kenyamanan dalam melakukan hal apa pun. Tampaknya belum apa-apa bocah ciilk itu sudah merindukan sang ayah.“Maaf,” bisik Sean. Ia melangkah mendekati ranjang Gatra. Kemudian duduk tepat di sisi tubuh Zeta.Wajah gadis itu berkeringat, padahal pendingin ruangan menyala. Mungkin karena Gatra jauh lebih aktif dari biasanya.Sean menarik satu lembar tisu dan menarik tangannya naik, ia usapkan ke pelipis dan dahi Zeta. Memposisikan tubuh sedekat yang ia bisa.“Modus,” lirih Zeta. Tapi ia justru mencondongkan kepalanya lebih dekat dengan pria itu.Sean tertawa kecil agar tidak membangunkan Gatra. “Kurasa bukan aku yang modus, tapi justru sebaliknya,” balasnya. Menarik jari yang telah selesai melakukan tugasnya. Lantas berubah menjadi belaian lemb
Bunga-bunga mekar menggelitik hati Zeta. Gadis itu tidak pernah tahu kenapa mulutnya bisa sangat berani saat menjawab kata ya' untuk tawaran yang diberikan Sean padanya. Ada banyak kekalutan dan ketakutan yang menggeliat sanubari. Namun, untuk kembali menolak Sean dan menanti lebih lama dari itu rasanya dia sudah tidak akan sanggup."Aku akan menjagamu, Nay. Aku tidak akan membuat kau terluka." Ucapan Sean sangat meyakinkan. Binar di matanya berkilat memancarkan kesungguhan yang tidak hanya sebuah janji, tetapi kenyataan. "Kuharap saat itu tiba, kau benar-benar selalu ada di dekatku," desah Zeta pelan. Air mata kebahagiaan itu sudah tidak lagi bisa dibendung. Gadis itu mendekap erat tubuh pria bakal suaminya. Minggu ini, ya— waktu yang sangat singkat. Namun, kebersamaan mereka sudah berjalan dua tahun lebih jadi, tidak tepat rasanya jika itu adalah waktu sebentar. "Mbak Zeta baik-baik saja?" Suara Runi meruntuhkan bayangannya atas kejadian siang tadi di rumah Sean. Ia pandang gad
Sky menyambut ucapan istrinya dengan sebuah pelukan yang merayapkan kenyamanan dalam setiap desir darah dan tarikan napas gadis itu.“Buatku, tidak ada keindahan selain dirimu, Babe.” Ia daratkan sebuah kecupan hangat di ceruk leher Freya, dengan mata terpejam menikmati aroma khas sang kekasih yang telah lama hilang.Gadis itu mendekap tangan suaminya. Mengelusnya lembut, menikmati segala yang telah kembali lagi. Lantas berbalik badan, mengelus wajah tampan Sky yang benar-benar tampak lebih tirus dari pada dulu.“Kau akan abadi, kan? Aku tidak ingin kehilanganmu lagi, Sky. Aku merasa kau menyembunyikan sesuatu dariku yang aku tidak tahu apa itu,” ucap Freya. Jemari lentiknya bersarang pada pipi Sky. Merambat, membuat pola yang acak. Sorot matanya menelisik masuk dalam kegelapan mata pria itu. Mengorek lebih banyak yang ingin diketahui olehnya.Sky terdiam. Pria itu mengamit pinggang istrinya. Membalas tatapan mata Freya dengan tidak kalah sarat akan arti.“Sepertinya aku juga merasaka