“Mulai hari ini kamu akan tinggal di rumahku.”
“Aku punya apartemen kok.”
“Suami-istri mana yang tinggal terpisah padahal masih satu kota?”
Julie mendengus. “Suami-istri kayak kita.”
Ipang mendecakkan lidahnya. Lama-lama lidahnya bisa tipis karena terlalu sering berdecak akibat tingkah Julie. Telapak tangannya yang besar mampir ke puncak kepala Julie dan mengacak rambutnya hingga perempuan itu melotot padanya.
“Bola matamu hampir keluar,” ledek Ipang sambil menarik tangannya sebelum digigit Julie.
Dulu ia memang tidak suka kalau Julie ada di sekitarnya, tatapan perempuan itu meskipun hanya sedetik terarah padanya, membuat Ipang tidak nyaman. Namun, sejak kemarin Ipang jadi menemukan hobi baru—membuat Julie kesal.
Pagi itu mereka masih sarapan bersama keluarga besar mereka di hotel. Ipang dan Julie duduk berempat dengan Suri dan Candy—tentu saja pengaturan itu dilakukan oleh Julie.
Tadinya Julie ingin sarapan sendirian, tapi Ipang bersikeras meminta perempuan itu menunggunya hingga selesai mandi.
Kamu mau ngomong apa kalau ditanya kenapa kamu turun sendiri? kata Ipang saat tadi Julie ngotot ingin turun duluan. Orang-orang tahu kok kalau kita nggak ada malam pertama, tapi lebih baik kalau kita menunjukkan sikap baik-baik aja karena kita yang kemarin ngotot mau nikah.
Meskipun terdengar menyebalkan, jauh di dalam hatinya Julie tahu kalau kata-kata Ipang memang masuk akal. Mereka bukan korban nikah paksa atau perjodohan—malah kemarin ayahnya lah yang berulang kali mempertanyakan keputusannya menikah dengan Ipang.
“Mesra banget,” puji Suri yang baru kembali ke meja mereka sambil membawa makanan yang ia ambil dari meja buffet.
“Mesra dari Hong Kong,” sahut Julie dengan malas. Ia melirik ke piring Suri dan melihat sahabatnya itu mengambil dua potong sosis yang ia sukai.
Suri tentu saja tahu kalau Julie tengah menatap sosisnya, jadi ia meletakkan salah satu sosisnya ke piring Julie. “Biasa aja ngeliatinnya,” kata Suri dengan geli. “Nggak usah mupeng, aku ambil dua emang buat kamu.”
“Thank you, aku lupa tadi mau ngambil ini.” Gara-gara Ipang yang mengambil makanannya seperti tengah mengekori Julie, ia jadi lupa mengambil makanan kesukaannya tersebut.
Ipang memperhatikan interaksi Julie, Suri, dan Candy selagi makan dalam diam. Lelaki yang hari itu rambutnya masih setengah basah tersebut kembali mengingat bagaimana dulu ia bertemu dengan Julie untuk pertama kalinya.
Sebenarnya Julie seumuran dengan Suri, tapi karena ia masuk di kelas akselerasi, jadilah ia satu angkatan dengan Ipang di SMA dan terbiasa memanggil Ipang hanya dengan nama, tanpa embel-embel ‘Kak’ karena dulu Ipang-lah yang melarang.
Tentu itu terjadi sebelum mereka jadi musuh.
“Udah selesai?” tanya Ipang ketika dilihatnya Julie sudah duduk seraya menepuk perutnya yang kekenyangan.
“Makan beratnya sih udah,” sahut Julie. “Tapi aku masih mau jus.”
“Emang belum kenyang?”
Suri dan Candy terkikik geli. Mereka tahu selama ini Ipang dikelilingi perempuan yang akan berkata kalau mereka kekenyangan setelah menyantap setengah piring salad.
Pastilah Ipang mengalami sejenis culture shock begitu melihat Julie yang makannya benar-benar jauh dari yang biasa Ipang lihat.
“Jus masih bisa mengalir di sela-sela makanan yang tadi udah aku makan,” jawab Julie dengan tenang. “Nggak usah buru-buru sih, rumahmu nggak bakal pergi ke mana-mana.”
Ipang mengernyit tak suka, tapi Julie tidak peduli. Julie bangkit dari duduknya dan mengambil segelas jus melon yang ia minum di bawah tatapan tak sabaran dari sang suami.
Yang tidak diketahui Ipang adalah Julie tengah mengulur waktu. Di kepalanya sedang berputar berbagai skenario yang harus ia jalankan begitu nanti tiba di rumah Ipang.
Sebelumnya, ia dan Raveno sepakat tinggal di apartemen lelaki itu—bahkan Julie sudah memindahkan barang-barangnya dari apartemen yang ia huni ke sana.
Ketika Ipang mengingatkannya kalau mereka adalah sepasang suami-istri yang akan tinggal serumah, Julie mulai panik.
Bagaimana ia harus menjalani harinya nanti bersama Ipang yang termasuk orang-yang-akan-Julie-hindari-seumur-hidup?
“Ayo, naik ke kamar,” ajak Ipang membuyarkan lamunan Julie. “Beresin barang-barang, terus kita pulang.”
Tahu kalau ia tak bisa mengulur waktu sampai makan siang, akhirnya Julie mengangguk pasrah. Ia pamit pada sahabatnya dan keluarga mereka yang masih bersantai setelah menikmati sarapan.
Dalam diam, keduanya berjalan menuju lift dengan pikiran yang bercabang ke mana-mana. Selagi menunggu lift tiba, Julie diam-diam melirik ke sofa yang kemarin ia duduki dengan frustasi, disertai harapan kalau hidupnya akan semudah tokoh novel yang ditulis Candy ketika baru saja ditinggalkan calon suaminya.
“Melamun terus.”
Teguran itu membuat Julie menyudahi lamunannya. Lift yang terbuka membuat keduanya masuk dan Julie melirik lelaki di sebelahnya itu sekilas.
“Aku perhatiin kamu jadi sering ngajak aku ngobrol,” kata Julie. “Padahal sebelum kemarin, aku napas aja udah bikin kamu gatel-gatel.”
Ipang menaikkan satu sudut bibirnya ketika mendengar fakta tersebut langsung dari mulut Julie. “Kamu tahu nggak kalau kamu tuh mengganggu pemandanganku sejak dulu? Sayang aja yang kemarin aku temukan waktu lagi frustasi itu kamu.”
Julie mengepalkan kedua tangannya dengan erat, menahan diri untuk tidak meninju wajah tampan Ipang.
“Selamat, kamu resmi jadi suami dari perempuan yang sejak dulu bikin mata kamu gatel,” sahut Julie sinis.
Tidak banyak orang yang tahu kalau mereka sebenarnya punya sejarah. Saat di tahun kedua SMA-nya, Julie pernah menyukai Ipang dan menyatakan perasaannya pada kakak dari sahabatnya itu.
Sayang, dulu Julie ditolak mentah-mentah oleh Ipang dengan alasan, ‘Kamu nggak sadar ya waktu nembak aku begini, Jules? Selama ini, nggak ada perempuan kayak kamu yang pernah jadi pacarku.’
Sejak itulah Julie membenci Ipang, yang menyebarkan berita pada teman-temannya kalau ‘Julie si jelek’ sangat tidak tahu diri karena berani-beraninya bermimpi jadi pacar seorang Ipang.
Seperti bisa membaca pikiran Julie, Ipang pun menanyakan hal yang sejak dulu ingin ia tanyakan langsung pada Julie.
“Apa kamu masih benci sama aku sejak kejadian waktu SMA itu?”
“Kamu yang selalu kayak orang jijik setiap aku ada di dekat kamu dalam radius minimal dua meter.” Julie menatap refleksi mereka berdua di pintu lift. Ipang tengah menoleh padanya dan Julie hanya menatap lurus ke depan.
Julie yang saat ini sudah jauh dari ‘Julie si jelek’ saat SMA. Namun, rasa tidak percaya diri itu tetap timbul tenggelam setiap kali ia berdiri berdampingan dengan Ipang.
“Aku begitu karena kamu yang selalu menatapku dengan sinis,” jawab Ipang seraya memasukkan satu tangannya ke saku celana.
“Jadi semuanya karena aku?” balas Julie dengan kesal. “Emangnya kalau aku bersikap biasa aja dan bahkan mau nempel terus sama kamu, kamu mau ngeladenin?”
“Nggak tahu.” Selama ini Ipang tak pernah memikirkan perandaian yang baru saja diurai oleh Julie, jadi ia pun tak tahu apakah
“Dulu kamu jijik banget ngeliat aku cuma karena aku nggak putih, rambut keriting kayak mie, pakai kacamata tebal, dan baju selalu longgar.” Entah keberanian dari mana, Julie mengungkapkan hal yang bertahun-tahun ini ia pendam sendiri. “Apa kamu nggak mikirin hal itu waktu kamu ngajak aku nikah?”
“Nggak.” Sejak dulu Ipang tak pernah berbohong ketika Julie bertanya padanya. “Aku nggak kepikiran hal itu. Apa di hari kedua kita resmi jadi suami-istri kita harus bertengkar soal ini?”
Julie tak menjawab karena pintu lift terbuka dan ia melangkah keluar lebih dulu dibanding Ipang. Perempuan itu sengaja meninggalkan Ipang sambil merutuki kebodohannya yang malah mengatakan hal-hal yang selama ini ia pendam.
Juga menahan diri untuk tidak bergidik ketika Ipang menyebut mereka sebagai suami-istri.
***
Ipang tidak pernah mengerti jalan pikiran perempuan, tapi biasanya ia selalu tahu apa yang para perempuan mau.
Julie adalah pengecualian.
Setelah percakapan mereka di lift, Julie diam seribu bahasa. Perempuan itu hanya angkat bicara ketika pamit pada keluarganya. Sesampainya di mobil, Ipang yakin leher Julie pasti pegal karena selama perjalanan, Julie terus menatap ke luar jendela.
Begitu sopir yang mengemudikan mobilnya memberi tahu kalau mereka sudah sampai di rumahnya, Ipang mengangguk dan keluar dari mobil tanpa melirik Julie sama sekali.
Mulai hari ini mereka akan tinggal bersama di rumah yang dulunya Ipang beli untuk ia tinggali dengan Priska. Mengingat mantan calon istrinya yang belum ditemukan tersebut membuat Ipang jadi kembali kesal.
“Aku udah ngomong sama kakakmu,” ujar Ipang ketika ia merasakan kehadiran Julie di belakangnya. Perempuan itu setengah berlari untuk menyusul Ipang karena ia terlalu banyak melamun hingga tak sadar, mereka sudah sampai di kediaman Ipang.
“Barang-barangmu dari apartemen akan dibawa ke sini mulai besok.”
Kening Julie langsung berkerut. “Kamu ngomong sama Bang Janu atau sama Bang Septa soal itu?”
Kedua kakak Julie memang orang yang membantu Raveno dan Julie mencari apartemen untuk ditinggali. Jadi masih wajar kalau Ipang mengetahui apartemen yang tadinya Julie akan tempati dari mereka.
“Bang Janu,” jawab Ipang, menyebut nama kakak pertama Julie.
Julie mengembuskan napasnya. “Kenapa nggak bilang aku dulu?”
“Kamu pasti akan nolak,” tegas Ipang ketika mereka akhirnya masuk ke dalam rumah bergaya mediterania tersebut. “Kamu akan cari alasan untuk stay di apartemen kalau aku biarin kamu yang ngurusin barang-barangmu.”
Julie melengos saat niatnya bisa ditebak dengan baik oleh Ipang. Perempuan itu tak sadar kalau ia terus mengikuti Ipang hingga mereka naik ke lantai dua. Langkahnya baru berhenti ketika Ipang juga berhenti di depan salah satu pintu kamar.
“Ini….” Ipang berbalik supaya bisa bertatapan dengan Julie. Ketika pandangan mereka bertemu, Ipang mendapati tatapan penasaran sekaligus sebal dari manik mata cokelat Julie.
“Ini kamarmu.” Tangannya menunjuk pintu di depan mereka, kemudian ia beralih pada pintu yang berjarak tiga meter dari pintu kamar Julie. “Itu kamarku. Kalau nggak ada urusan sepenting bencana alam, perang, atau sesuatu yang sangat mendesak, kuharap kita nggak masuk ke kamar satu sama lain.”
Jangan harap Julie akan diam karena baginya, membalas setiap ucapan Ipang dan membantahnya adalah sebuah hobi tersendiri.
“Tenang aja, aku juga males masuk kamarmu,” sahutnya.
Ipang menghela napas. “Aku nggak punya aturan khusus, tapi kuharap kamu nggak melakukan sesuatu yang melanggar hukum atau norma.”
“Apa hal itu juga berlaku buat kamu?” Julie bertanya balik.
“Iya.”
Mau jadi apa Ipang jika mengatakan peringatan yang ia berikan hanya berlaku untuk Julie? Ipang yakin Julie akan menendangnya hingga terguling di tangga kalau ia bersikap otoriter.
“Oke.” Julie mengangguk paham dan berjalan melewati Ipang untuk masuk ke kamar barunya.
Julie tidak protes dengan pengaturan mereka yang tidur terpisah—hell, satu malam saja sudah lebih dari cukup.
Sebelum Julie menutup pintu, ia mengatakan hal yang membuat Ipang ingin mendobrak pintu kamar Julie sedetik setelah pintu itu tertutup.
“Bagus sih. Emang harus adil. Berarti aku nggak akan liat kamu bercinta sama perempuan lain secara live di rumah ini ya. Kasihan mataku.”
“Kamu pengangguran atau kerja apa?”“Pengangguran.”Ipang baru sadar kalau selama ini ia telah memblok jalur informasi mengenai Julie. Meskipun mereka sering berada di satu tempat atau acara yang sama, tapi nyatanya Ipang tak tahu apa-apa soal Julie.Hari ini adalah hari kedelapan sejak mereka menikah dan Ipang tak tahu apa yang dilakukan Julie sehari-hari. Bekerja? Pengangguran?Ipang tak tahu. Karena sejak mereka tinggal serumah, Julie belum bangun saat Ipang akan berangkat kerja dan Ipang pulang ke rumah tanpa menemukan Julie hingga ia tertidur.“Kenapa nanya-nanya?” tanya Julie sebelum kemudian menguap tanpa menutup mulutnya, membuat Ipang langsung mengernyit ketika melihatnya.“Karena kamu kayak nggak pernah kelihatan di rumah.”“Oh.” Julie merespons seadanya. Ia mengisi piringnya dengan lauk yang ada di meja makan dan memakan makanannya dengan kondisi yang masih mengantuk.Ipang sendiri memilih untuk tidak bertanya kenapa baru kali ini Julie bergabung di meja makan dengannya. Ia
“Siapa sangka punya istri ternyata merepotkan kayak begini?”Gumaman Ipang disambut dengan toyoran di kepalanya, hal itu tentu saja langsung membuat Ipang melotot pada Julie yang kini ia papah.“Jules…,” geram Ipang dengan kekesalan yang sudah di ubun-ubun. “Nggak sopan kamu sama yang lebih tua!”Tanpa diduga, Julie langsung mendongak dan berteriak, “Berisik!”Ipang menghela napasnya dan kembali berusaha membawa Julie keluar dari The Clouds. Belum ada lima belas menit sejak ia tiba di klub malam milik sahabatnya, Badai. Di chat-nya tadi, Suri mengatakan kalau Julie tengah ke toilet dan Ipang memutuskan untuk mengecek keberadaan Julie terlebih dahulu di sana.Siapa sangka perempuan berstatus istrinya tersebut, tengah disentuh oleh lelaki hidung belang yang wajahnya ingin ia hantamkan ke aspal saat itu juga.“Mas!”Seruan yang disertai tepukan di bahunya membuat Ipang menoleh, mendapati adiknya yang ternyata mencarinya sejak tadi hingga menemukan ia dan Julie di sini, sudah dekat dengan
“Kalian mending pulang aja.”Ipang menoleh kepada Julie yang duduk di sampingnya. Lagi-lagi, perempuan itu mengunyah sambil tertidur. Namun, sepertinya baik Janu dan Septa serta istri mereka, sudah biasa dengan pemandangan tersebut.“Iya, yang nginep di sini sekarang Septa kok,” kata Janu yang menambahkan ucapan Septa sebelumnya. Tatapan Janu kemudian beralih pada kaos Ipang yang punya sebuah pulau baru—yang tentu saja bukan motif asli kaos tersebut.“Tahan juga kamu diingusin Julie.” Janu tak bisa menahan tawanya. “Aku sama Septa udah biasa sama situasi begitu. Jadi saranku, ke mana pun kamu pergi, mending kamu bawa baju ganti.”Septa ikut mengangguk. “Julie kalau nangis—mau itu nangisin Papa atau ikan mati pun, sama-sama heboh. Air mata sama ingusnya di mana-mana.”Anak kedua Rayyan itu bergidik pelan, otomatis langsung mendapat pukulan ringan dari Felia, istrinya.“Giliran anaknya tidur aja, diejek terus,” tegur Felia yang hanya direspons kekehan oleh Septa.“Thanks buat sarannya,”
“Ipang?”Ipang tak menyahut ketika Julie malah menyebut namanya. Yang ia lakukan justru mengamati sosok perempuan yang sekilas tadi ia dengar bernama Kina tersebut.“Lebih baik kamu hargai kemauan istri saya,” tegas Ipang lagi.Kina terlihat berpikir selama beberapa saat, tapi pada akhirnya ia menyerah dan pamit pada Julie dengan raut wajah yang sulit ditebak olehnya.“Kamu ngapain di sini?” tanya Julie begitu hanya mereka berdua yang ada di teras A Class, salon Julie yang selama beberapa tahun ini banyak dibicarakan orang dan menjadi salon paling sering dikunjungi di daerah Jakarta Selatan tersebut.“Mau ketemu kamu,” jawab Ipang. “Apa aku nggak dipersilakan masuk? Aku pengen liat tempat kerja kamu.”“Kalau udah liat, mau nambahin modal nggak?” tanya Julie balik dengan asal.Tanpa menunggu jawaban Ipang, Julie melenggang masuk begitu saja ke salonnya. Ipang pun mengikuti sang istrinya masuk ke salon tersebut. Ini kali kedua Ipang datang ke sini, tapi kali pertamanya ia muncul bersama
Andai Ipang yang kini tengah memejamkan matanya melihat respons Julie, pasti ia akan langsung menyudahi ciuman tersebut. Julie tidak bisa untuk tidak melotot ketika menyadari ciuman ini bukanlah mimpi.Julie berusaha mendorong bahu Ipang, tapi tekanan dari tangan yang melingkari pinggangnya membuat apa yang ia lakukan jadi sia-sia.Ketika Ipang menjauh dari wajah Julie, yang ia terima bukan senyuman seperti apa yang biasa ia dapatkan ketika mencium perempuan lain.Melainkan sebuah tamparan yang sangat keras di pipi kirinya.“Jules!”“Dasar gila!”Hanya Julie Reena Rayadinata yang meneriaki Ipang sebagai orang gila setelah dicium olehnya, lalu buru-buru masuk ke kamar sambil membanting pintu di depan hidung lelaki tersebut.***Kalau saja hari ini adalah hari ulang tahun Julie, maka yang akan Julie minta sebagai kado adalah one way ticketke New Zealand.Setelah itu ia akan langsung terbang ke New Zealand tanpa peduli untuk membeli tiket pulang. Alasannya jelas, karena siapa lagi kalau
“Emangnya laki-laki yang udah tidur sama banyak perempuan, beneran bisa tobat?”“Hah? Gimana, Bu?”Julie langsung gelagapan saat menyadari ia masih berada di ruang meeting dengan staf marketing dan PRsalonnya, ketika melontarkan pertanyaan tersebut dengan lantang.“Nggak, nggak,” sergah Julie buru-buru. “Itu keinget plot drama yang saya tonton di Viu. Silakan dilanjut.”Kelima pegawai A Class tersebut hanya mengangguk, meskipun dalam hati bertanya-tanya apakah yang dimaksud Julie tadi adalah suaminya yang tampan tersebut.Tapi daripada cari gara-gara di tengah rapat, mereka memutuskan kembali membahas materi rapat hari ini. Rapat itu berlangsung hingga satu jam kemudian sebelum akhirnya ditutup oleh Julie.Julie jadi orang terakhir yang keluar dari ruang meeting di lantai empat tersebut. Sembari keluar dan kembali ke ruangannya di lantai tiga, ia mengecek ponselnya yang selama rapat tadi terus bergetar.Ipang Kakaknya Suri: Jules, di mana? Kok nggak sarapan?Ipang Kakaknya Suri: Hari
Permaisuri Manja: Mas, udah sampai di A Class? Beliin pesananku sama Julie kan?Permaisuri Manja: Awas ya kalau nggak beliin makanan punyaku. Kan aku yang ngasih kesempatan Mas buat mepet ke Julie! Satu jam lagi aku sampa.“Dimakan, Jules,” kata Ipang sambil mengetik ‘Y’ sebagai jawaban untuk kedua pesan dari adiknya, Suri. “Aku beli buat dimakan, bukan buat diliatin.”Saat ini mereka berada di balkon A Class yang ada di lantai empat dan menghadap ke belakang bangunan salon tersebut.Balkon tersebut memang kerap kali jadi tempat pegawai A Class bersantai sejenak atau bahkan makan siang, karena cukup luas dan Julie sengaja menambahkan meja serta kursi santai supaya lebih nyaman.“Oke….” Julie mengambil garpunya dan mulai memakan kue favoritnya tersebut. Julie terpaksa membawa Ipang ke balkon karena pengunjung salon mulai heboh sendiri sembari memperhatikan Ipang secara terang-terangan.Menurut Julie, hal itu mengganggu produktivitas pegawainya dan membuat situasi jadi tidak kondusif. U
“Ini pertama kalinya kita ke rumahku,” komentar Julie begitu mereka turun dari Bentley Ipang.“Iya juga ya,” balas Ipang.Lelaki itu membuka pintu bagian belakang mobilnya dan mengeluarkan dua tote bag besar berisi cake dan pizzakesukaan keluarga Julie yang tadi mereka beli dulu di BEAU Bakery Cikajang.“Mau kubantu?” tanya Julie ketika melihat Ipang membawa dua tote bag besar tersebut.Sejak insiden rambut Ipang minggu lalu, hubungan Ipang dan Julie jadi agak lebih mencair dan mulai membaik. Ipang mengatakan pada Julie kalau mereka harus agak lebih rajin bertemu supaya hubungan mereka setidaknya bisa akrab terlebih dahulu.Kalau belum bisa semesra B
"Kamu siap-siap dulu aja, Babe. Biar anak-anak aku yang urus," kata Ipang kepada Julie yang tengah menggendong Retta, anak ketiga mereka. Lelaki itu baru saja selesai membantu Taka berpakaian."Nggak repot kalau kamu yang urus anak-anak sendirian?"Berbeda dengan Julie yang meragu, Retta di gendongan Julie tampak bertepuk tangan tidak sabaran untuk berpindah ke gendongan sang ayah.Anak ketiga mereka yang menggemaskan itu terlahir sempurna, seorang anak perempuan yang lahir di bulan Maret dan diberi nama Diajeng Maretta Ailendra. Sama halnya dengan Raras, Retta bisa dibilang lumayan manja dengan Ipang."Nggak." Ipang menggeleng dengan yakin. "Kan udah pada mandi sama ganti pakaian."
“Pa, nanti Mas bisa main mobil-mobilan sama adek di perut Mama?”“Bisaaa.” Ipang mengangguk dengan yakin. “Mas bisa ajak Adek main mobil-mobilan atau boneka-bonekaan kayak pas main sama Raras.”“Asyiiik! Nggak sabar! Nggak sabar!”Suri yang sedang menemani dua keponakannya itu ikut bertepuk tangan senang dengan Taka, sementara Raras yang ada di pangkuan Ipang juga ikut tertawa saja. Meskipun baik Ipang maupun Suri yakin kalau Raras belum mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.Siang itu Ipang dan Suri duduk-duduk santai di ruang keluarga kediaman Ipang. Julie sedang tidur siang dan Ipang berinisiatif mengajak anak-anaknya bermain, supaya istrinya bisa beri
Pangeran Biyas Ailendra: Bro.Badai Tanaka: Apa?Narayata Darmawangsa: ???Kalu Rakai Parvaiz: Apaan? @Pangeran Biyas AilendraKsatria Auriga Abimayu: Kalau ngomongnya tanggung-tanggung, nanti pantatnya kelap-kelip.Yogaswara Hemachandra: Apaan? Mau ngutang makanya lama ngetiknya? @Pangeran Biyas AilendraPangeran Biyas Ailendra: @Yogaswara Hemachandra SialanPangeran Biyas Ailendra: Aku
“Kamu yakin bisa ngehabisin semua ini?”Julie melirik sinis Candy yang barusan menanyakan pertanyaan sensitif untuknya—yah, setidaknya sensitif untuk Julie belakangan ini.Kenapa sih belakangan ini banyak yang sering nanya aku bisa habisin makananku atau nggak?!Candy segera menyadari kesalahannya. “Iya, iya, ampun,” katanya dengan cepat. “Aku cuma takut kamu kekenyangan dan nggak habis, terus nanti jadi sedih karena ngerasa buang-buang makanan.”Kunyahan Julie memelan dan bibirnya mengerucut sebal. “Bener sih kata kamu,” sahut Julie. “Tapiii, kali ini aku beneran yakin bisa ngehabisin makanan i
Ipang menatap anak-anaknya yang sedang bermain dengan mertuanya. Tatapannya melembut dan senyum selalu terpatri di wajahnya. Siapa pun yang melihat Ipang saat ini, bisa langsung tahu kalau lelaki itu sangat menyayangi keluarganya.“Senyum-senyum mulu,” komentar Janu yang baru saja duduk di sebelah Ipang. “Lagi mikir mau nambah anak ya?”Ledekan itu kerap kali didengar oleh Ipang dari mulut kakak iparnya, sejak sebelum Raras lahir. Saat itu, usia kandungan Julie sudah tujuh bulan dan mereka sedang berkumpul di kediaman ayah mertua Ipang.Selain keluarga Ipang, keluarga Julie memang punya agenda kumpul rutin yang masih terlaksana hingga kini.
“Babe.”“Ya, Mas?”“Suri udah punya pacar ya?”Julie menoleh dengan cepat—sangat cepat, hingga ia bsia mendengar tulang lehernya berderak karena gerakannya tersebut.Di sebelahnya, Ipang mengangkat satu alisnya, pertanda bahwa ia benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaannya barusan.“Kok Mas tiba-tiba nanya begitu?” Julie memilih untuk bertanya balik terlebih dahulu.Di obrolan terakhir Julie dengan Suri, Suri bilang kalau ia belum bertemu atau berkomunikasi lagi dengan lelaki yang namanya belum Julie ketahui itu. Julie ba
“Kayaknya udah lama kita nggak makan siang di sini,” komentar Suri begitu masuk ke ruangan Julie diA Class.Julie terkekeh dan berpikir sebentar, baru kemudian mengangguk. “Iya juga, kita keseringanlunchdi luar atau di rumahku.”“Iya, soalnya masakan di rumahmu selalu enak dan aku suka main sama Taka dan Raras, hehehe.” Suri nyengir saat sadar bahwa salah satu alasan mereka jarang nongkrong diA Classlagi adalah karena keinginannya sendiri.Sejak memiliki anak, Julie belajar untuk membagi waktunya antara pekerjaan dan keluarganya.Kini Julie tidak lagi se-workaholicdulu. Ia mulai memberi keper
Waktu berjalan lumayan cepat. Setelah Bagindo akhirnya melunak dan mau mulai membiasakan diri dirawat oleh keluarganya, hari ini Bagindo diizinkan pulang ke rumah.Syukurnya, Bagindo belum membutuhkan operasi. Tapi lelaki paruh baya itu harus mengurangi intensitas pekerjaannya dan harussangatmemperhatikan pola hidupnya.Meski istrinya saat ini ada dua, nyatanya Bagindo selama ini tetap sering sesukanya. Saat Sinna dan Shanine sering menasehati serta mencoba mengatur hal-hal kecil nan penting demi hidupnya, Bagindo lebih sering membangkang.“Percuma punya istri dua tapi nggak ada yang didengerin,” cibir Salwa yang duduk di ruang tengah bersama Bagindo, Sinna, Shanine, dan hamp
“Kalian ini apa nggak punya kehidupan? Pulang sana! Ngapain di sini?”“Punya kok,” jawab Ipang. “Tapi aku mau di sini.”“Inget anak dan istrimu, Mas. Masa kamu tinggalin mereka begitu?!"“Mereka ngerti kok kenapa aku ke sini.”“Pulang sana! Besok juga Papa pulang. Ngapain sih kamu sampai nginep di sini berhari-hari?!” Kemudian seolah belum puas mengomeli Ipang, Bagindo beralih pada Raden yang duduk di sebelah Ipang. “Kamu juga pulang sana! Mamamu sama siapa di rumah?”“Sama Mama Salwa dan Mama Sinna. Ada Suri, Nilam, Sultan, dan Gusti juga kok.” Raden menjawab dengan santai. “Justru kalau kami pulang, Papa yang sendirian di sini.”“Ya, terus kenapa?”“Papa yakin mau sendirian?”Julie pernah bilang, katanya lelaki saat sedang sakit bisa dibagi menjadi dua kategori. Ada yang berubah jadi sangat manja sampai-sampai bertingkah seperti anak kecil (Ipang salah satunya) dan ada juga yang berubah jadi sangat galak hingga menyebalkan.Bagindo sepertinya adalah tipe kedua.Kalau dipikir-pikir,