“Jules, kamu sadar nggak sih kalau kamu akan terjebak seumur hidup sama Mas Ipang? Oh, bukan akan, tapi lebih tepatnya, kamu resmi terjebak seumur hidup sama dia.”
Julie langsung memukul lengan Permaisuri Keysa Ailendra atau yang biasa dipanggil Suri itu dengan sadis. “Kalau ngomong nggak usah macem-macem.”
“Emangnya kalau nggak seumur hidup sama Mas Ipang, kamu nanti mau cerai dari dia?”
“Nggak tahu.”
“Kalau kamu nggak tahu masa depan kayak apa yang akan kamu hadapin sama Mas Ipang, kenapa kamu nikah sama dia?”
Julie menatap sahabatnya dengan intens. Beberapa jam yang lalu ia memang resmi menjadi bagian dari keluarga besar Ailendra, istri dari Ipang, sekaligus kakak ipar Suri.
Julie tak pernah berpikir ia akan menikah dengan musuhnya sejak SMA tersebut. Ketika pagi tadi Ipang menawarinya untuk menikah dengannya, Julie merasa jadi orang paling bodoh sedunia.
Tapi ketika Ipang mengemukakan alasan rasional yang bisa menyelamatkan wajah mereka berdua dan keluarga mereka, tawaran itu terdengar… wajar. Jadilah keduanya mengumpulkan dua keluarga inti tersebut dan menerima teriakan serta tatapan tidak percaya.
Orangtua mereka tentu saling mengenal, Julie dan Suri bersahabat sejak SMP hingga dewasa. Tetapi, menikah untuk sedikit menutupi aib yang timbul karena pasangan masing-masing tentu lain cerita.
“Aku nggak muna, aku nikah sama masmu ya karena kondisiku yang ditinggal Raveno,” jawab Julie.
Mereka berdua tengah duduk hanya berdua di meja yang berada di sudut paling jauh dari meja khusus keluarga mereka, selagi Candy mengambil segelas mocktail untuk dirinya sendiri.
“Awalnya aku juga nggak mau pas Ipang nawarin nikah sama dia, tapi dari semua solusi yang ada di kepalaku, yang ini lebih masuk akal dan membantu dibanding aku bunuh diri atau bener-bener batal nikah.” Julie menarik napasnya dalam-dalam. “Kalau soal nanti gimana, jujur, kamu boleh ngatain aku bodoh karena aku bahkan belum mikirin itu.”
“Aku tahu kadang kamu nggak mikir panjang sih, Jules.” Suri meringis. “Yang aku takutin tuh bukan Mas Ipang sebenernya, tapi kamu.”
“Kok aku?”
“Kalian kan musuh abadi,” jelas Suri sembari menyibak rambutnya yang panjang. “Sekarang kalian suami-istri, sedangkan Mas Ipang dulunya player abis sampai akhirnya kena pelet cewek itu dan tergila-gila sama dia. Aku cuma takut apa yang dilakuin Mas Ipang nantinya bakal bikin kamu sakit hati.”
Julie berdecak pelan. “Gampang, aku bales bikin dia sakit hati aja.”
“Kayak bisa aja,” cibir Suri.
“Kamu nggak usah khawatirin aku.”
“Kamu sahabatku, mana bisa aku nggak khawatir. Terlebih kamu akhirnya nikah sama masku yang lebih dari sepuluh tahun ini, kamu kutuk jadi batu.”
Ocehan Suri ada benarnya dan hal itu membuat Julie meringis. Namun, sebelum ia sempat menanggapi, seseorang datang padanya dan memberi tahu kalau Julie harus kembali naik ke pelaminan.
Julie pun pamit pada Suri dan melangkah dibantu oleh pegawai WO tersebut naik ke pelaminan, di mana Ipang juga baru tiba.
Tatapan keduanya bertemu dan Julie lagi-lagi menghela napas. Hal itu tentu saja diperhatikan oleh Ipang yang menghapus jarak di antara mereka sembari berbisik, “Kenapa? Nyesel sekarang udah nikah?”
“Sedikit,” jawab Julie dengan jujur. “Kalau nggak kepepet begini, mana mau aku nikah sama kamu.”
Ipang mendecakkan lidahnya dengan kesal. Padahal ia hanya sedikit menggoda Julie agar wajah perempuan itu tidak terlihat terlalu stress saat di pelaminan bersamanya, siapa sangka jawaban Julie terlampau jujur seperti itu?
“Aku tadi nggak maksa kamu.”
“I know.”
“Jadi tolong kontrol ekspresimu supaya nggak keliatan terlalu tertekan,” lanjut Ipang lagi seraya menggamit pinggul Julie yang ramping. “Kita semua tahu ini tiba-tiba, tapi kalau kamu begitu terus, semua orang mikir aku yang maksa kamu buat nikah sama aku.”
Julie menoleh dan wajahnya langsung berhadapan dengan Ipang hingga ia bisa merasakan deru napas lelaki itu.
“Tadi aku sempat liat foto mantan calon suamimu,” beri tahu Ipang dengan nada pongah. Mereka memang memutuskan untuk memakai ballroom yang sebelumnya disewa Ipang untuk acara mereka.
Maka dari itu butuh waktu sekitar dua jam untuk mengatur ulang layout ballroom dan tentu membuat stress pihak WO serta pengelola hotel.
Ipang sempat mampir ke ballroom yang tadinya akan digunakan Julie untuk berdiskusi mengenai keinginannya menikahi Julie, sampai kemudian mereka melaksanakan akad nikah.
Di sudut ballroom itulah terdapat jajaran foto pre-wed Julie dan Raveno yang sempat diamati olehnya.
“Kamu harusnya beruntung lepas dari dia, gantengan aku dibanding calon suamimu.”
Julie mendecakkan lidahnya. “Narsis.”
“Lagian tampangnya keliatan kayak laki-laki nggak baik gitu kok kamu masih bisa sampai mau nikah sama dia sih?”
Kedua mata bulat Julie yang jernih dan manik matanya berwarna cokelat gelap itu melebar begitu mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Ipang.
“Ke toilet yuk,” ajak Julie tiba-tiba.
“Berdua?” Ipang kebingungan.
“Iya.”
“Mau ngapain?”
“Ngajak kamu buat ngaca.” Julie mendengus. “Kamu juga bukan cowok baik-baik kok.”
“Makanya aku tahu yang satu spesies kayak aku,” jawab Ipang dengan kalem. “Tapi setidaknya aku mengakui sejak awal kalau aku bukan laki-laki baik.”
Ipang mendekatkan wajahnya dan membuat Julie dengan spontan langsung mundur, tapi tangan Ipang yang melingkar di pinggulnya membuat Julie tak bisa melakukan apa pun selain mendesis kesal.
“Aku bukan laki-laki baik dan mungkin nggak akan jadi suami sesempurna yang kamu bayangkan, Jules,” kata Ipang dengan tegas. Suaranya sangat pelan hingga hanya Julie yang bisa mendengarnya.
Tapi kata-kata Ipang selanjutnya membuat Julie sadar kalau hidupnya tak akan sama lagi setelah hari ini. “Hai, Nyonya Ailendra.”
***
“Oh, sial, aku nggak pernah bayangin sahabatku akan malam pertama sama masku sendiri.”
Candy tersedak begitu mendengar ucapan Suri yang dramatis, sedangkan Julie sudah siap melayangkan heels-nya ke kepala Suri.
Resepsi pernikahan yang sempat chaos pada awalnya (karena tentu saja menggabungkan dua acara jadi satu bukan hal yang mudah), akhirnya berakhir dengan lancar.
Saat ini Julie, Suri, dan Candy berada di presidential suite yang akan ditempati Ipang dan Julie. Sebelum Julie ke sini, Suri dan Candy sudah menyuruh seseorang membuang semua barang-barang yang mungkin berhubungan dengan mantan calon istri Ipang.
“Aku pindah ke kamarmu aja deh,” gumam Julie sambil melepas kepangan rambutnya. “Please, Permaisuri….”
Di resepsinya tadi, Julie tetap mengenakan gaun yang ia pilih dan syukurlah warna gaunnya yang almost mauve(warna dari palet Pantone yang selalu Julie sukai) tetap cocok dengan setelan jas Ipang.
Dekorasi di ballroom yang serba putih dan gold tersebut juga tidak terlalu melenceng. Kalau ada orang yang tidak tahu mereka sebenarnya bukan pasangan, pasti akan menilai detail acara mereka tadi sempurna.
Suri tahu Julie akan memanggil namanya lengkap kalau benar-benar tengah merengek. “Ya… kamu izin dulu deh sama Mas Ipang. Aku nggak mau cari ribut. Gimana pun kan dia suami kamu sekarang.”
“Dia juga nggak peduli kali aku tidur di mana.” Julie berbalik dan menatap kedua sahabatnya dengan lesu. “Aku dulu dosa apa sih sampai hari pernikahanku kacau begini?”
Suri dan Candy yang masih mengenakan gaun bridesmaid mereka langsung memeluk Julie dari sisi kanan dan kirinya. Keduanya tahu, bukannya jadi hari yang menyenangkan dan paling membahagiakan, hari ini malah jadi hari paling tidak terduga untuk Julie.
Sampai saat ini mantan calon suaminya masih tak bisa ditemukan di mana pun. Pecundang itu benar-benar kabur atau mungkin sudah masuk ke lubang tikus.
“Jules,” panggil Candy setelah beberapa saat. “Apa pun yang kamu pilih dan menurut kamu itu yang terbaik, kita akan dukung kok. Kalau misal setelah ini Mas Ipang malah nyakitin kamu, aku siap hajar dia meskipun dia ganteng.”
“Biasanya kamu selalu kasih pengecualian buat orang ganteng, Ndy.”
“Kali ini nggak deh.” Candy beralih pada Suri. “Sorry ya, Ri. Sisters before misters.”
Suri terkekeh pelan mendengar moto mereka ‘sisters before misters’ tersebut diucapkan oleh Candy dan kali ini ditujukan kepada kakaknya sendiri.
“Tenang aja, nggak ada pengecualian untuk Mas Ipang kok.”
Pelukan itu terurai ketika pintu dibuka oleh Ipang. Julie melirik kedua sahabatnya bergantian lalu menghampiri Ipang yang tengah membuka jasnya. “Aku mau tidur sama Suri dan Candy.”
“Nope,” tolak Ipang dengan cepat. “We need to talk.”
“Hah?!”
Tidak memedulikan Julie yang baru saja hampir menghancurkan gendang telinganya, Ipang beralih kepada Suri dan Candy. “Udah malam, mendingan kalian kembali ke kamar. Malam ini Julie tidur denganku.”
“Mas—”
“Tenang, temen kamu nggak bakal Mas cekik atau apa kok.”
Suri menatap Ipang dengan ragu, tapi ia tahu, sekali kakaknya berkata tidak, maka berapa kali pun Julie memohon hasilnya akan tetap sama.
Akhirnya Suri dan Candy pamit kepada pengantin baru tersebut dan meninggalkan keduanya dalam keheningan.
Julie merasa kesal, tapi memilih untuk menyibukkan diri menghapus riasannya serta melepas semua aksesorisnya. Ipang sendiri bergegas mandi dan keluar dengan mengenakan celana pendek serta kaos oblong putih polos yang tidak menyembunyikan detail tubuh tegapnya.
“Butuh berapa lama lagi kamu liatin badanku?”
Pertanyaan Ipang yang tengah berdiri sambil menggosok rambutnya dengan handuk kepada Julie, membuat perempuan itu langsung melengos dan fokus ke isi kopernya.
“Kepedean,” gumam Julie dengan malas.
Ipang hanya memperhatikan saja bagaimana Julie langsung kabur ke kamar mandi. Lelaki itu menaruh handuknya, lalu mengambil ponsel untuk membuka ratusan pesan dari sahabatnya.
Sepanjang acara tadi, sahabat-sahabatnya itu berbaik hati untuk tidak bertanya lebih dari sekali saat melihat Julie-lah yang ia nikahi. Mereka semua tahu kalau Priska, mantan calon istri Ipang, menghilang sesaat sebelum akad nikah dimulai.
Tapi mereka belum tahu apa penyebabnya, Ipang masih menyimpan hal itu sendirian dan merasa belum bisa membagi hal itu pada kelima sahabatnya tersebut.
Malas melihat banyaknya pesan yang menanyakan ‘kekacauan’ pernikahannya, Ipang memilih menaruh ponselnya dengan asal ke atas nakas dan berbaring di ranjang. Ia bisa mendengar kucuran shower dari kamar mandi dan teringat pesan ayah Julie yang menitipkan Julie padanya.
Semua jadi semakin rumit dan sulit.
“Kok kamu tidur di sini sih?”
Pertanyaan bernada judes itu membuat Ipang membuyarkan lamunannya. Entah sudah berapa lama ia melamun sampai tak sadar kalau Julie sudah keluar dari kamar mandi dengan piyama bermotif strawberry miliknya.
“Ini persiapan malam pertama kamu?” Bukannya menjawab pertanyaan Julie, Ipang malah bertanya balik. “Kamu mau pajamas party sama Suri dan Candy atau gimana?”
“Aku punya sekoper lingerie seksi sama sekoper piyama ini,” tampik Julie yang marah karena piyamanya dipandang seperti itu oleh Ipang. “Dan sorry, aku nggak minat pakai lingerie di deket kamu. Sekarang kamu pindah ke sofa gih.”
“Ngapain? Ini kamar yang aku pesen kok. Kamu aja yang di sofa.”
“Nggak, enak aja! Kamu kan tadi ngelarang aku pindah ke kamar Suri.”
“Aku mesti bilang apa kalau ayahmu besok nanya kamu tidur di mana? Dia khawatir sama kamu dan minta aku buat jagain kamu, supaya kamu nggak bertindak yang aneh-aneh. Jadi bisa nggak kamu stay di sini malam ini dan nggak bikin kepalaku mau pecah?”
Julie terdiam begitu Ipang menyebut ayahnya. Ayahnya memang tidak terlihat kesal dan marah ketika Ipang tadi pagi mengatakan kalau ia akan menggantikan posisi Raveno. Lelaki paruh baya itu sudah mengenal Ipang sejak lama, jadi tahu bagaimana tabiat Ipang.
Melepas anak perempuannya pada lelaki dengan julukan playboy tersebut bukan perkara mudah. Namun, melihat bagaimana yakinnya Julie pagi tadi untuk menikah dengan Ipang dibanding acara pernikahannya bubar jalan begitu saja, membuat ayah Julie akhirnya luluh dan menikahkan mereka.
Kini ketika ayahnya disebut oleh Ipang, mau tak mau Julie jadi langsung terdiam.
Perempuan itu akhirnya ikut berbaring di ranjang, di sisi yang berseberangan dengan Ipang dan menatap punggung Ipang yang tidur membelakanginya.
“Ipang, geser dong, jangan terlalu ke tengah tidurnya.”
Ipang yang hampir terpejam jadi kembali membuka kedua matanya karena permintaan Julie. “Ribet banget,” gerutunya sambil menuruti permintaan Julie. Ia malas berdebat jadi lebih memilih untuk bergeser hingga pinggir ranjang.
“Nanti kalau kamu terlalu ke tengah, pagi-pagi kamu udah meluk aku,” gumam Julie yang langsung bergidik begitu membayangkannya. “Hiiiy.”
“Kurang-kurangin baca novel romance untuk memenuhi jiwa hopeless romantic-mu itu.” Ipang mencoba memejamkan matanya. Julie, Suri, dan Candy sama-sama hopeless romantic dan Ipang mengetahuinya sejak dulu.
Makanya tak heran kalau tingkah Julie sebelas-dua belas dengan Suri.
“Kamu ngomong begitu sama aja kayak aku nyuruh kamu berhenti keluar-masuk klub bawa perempuan yang beda tiap harinya. Percuma.”
“Berisik, Jules!”
“Pemarah.” Julie bergumam seraya mencoba memejamkan matanya.
Keduanya tertidur di pinggiran ranjang yang berseberangan, saling memunggungi dan memiliki jarak yang cukup lebar di antara mereka.
Ipang tak tahu sudah berapa lama ia tertidur ketika tiba-tiba tanpa sadar ia bergeser dan malah terjatuh ke lantai.
“Shit,” maki Ipang sambil mengusap keningnya yang menghantam lantai. Untung lantai tersebut berlapis karpet yang cukup tebal, tapi tetap saja kini keningnya terasa nyeri.
Lelaki bertubuh tegap itu bangun dari lantai dan kembali naik ke atas ranjang. Namun ketika akan kembali memunggungi Julie, Ipang memperhatikan punggung Julie terbalut piyama untuk anak usia tujuh tahun tersebut.
“Jules, Jules….” Ipang menggeleng pelan. “Bisa-bisanya kamu tidur tenang di sini padahal kamu seranjang denganku.”
“Mulai hari ini kamu akan tinggal di rumahku.”“Aku punya apartemen kok.”“Suami-istri mana yang tinggal terpisah padahal masih satu kota?”Julie mendengus. “Suami-istri kayak kita.”Ipang mendecakkan lidahnya. Lama-lama lidahnya bisa tipis karena terlalu sering berdecak akibat tingkah Julie. Telapak tangannya yang besar mampir ke puncak kepala Julie dan mengacak rambutnya hingga perempuan itu melotot padanya.“Bola matamu hampir keluar,” ledek Ipang sambil menarik tangannya sebelum digigit Julie.Dulu ia memang tidak suka kalau Julie ada di sekitarnya, tatapan perempuan itu meskipun hanya sedetik terarah padanya, membuat Ipang tidak nyaman. Namun, sejak kemarin Ipang jadi menemukan hobi baru—membuat Julie kesal.Pagi itu mereka masih sarapan bersama keluarga besar mereka di hotel. Ipang dan Julie duduk berempat dengan Suri dan Candy—tentu saja pengaturan itu dilakukan oleh Julie.Tadinya Julie ingin sarapan sendirian, tapi Ipang bersikeras meminta perempuan itu menunggunya hingga sel
“Kamu pengangguran atau kerja apa?”“Pengangguran.”Ipang baru sadar kalau selama ini ia telah memblok jalur informasi mengenai Julie. Meskipun mereka sering berada di satu tempat atau acara yang sama, tapi nyatanya Ipang tak tahu apa-apa soal Julie.Hari ini adalah hari kedelapan sejak mereka menikah dan Ipang tak tahu apa yang dilakukan Julie sehari-hari. Bekerja? Pengangguran?Ipang tak tahu. Karena sejak mereka tinggal serumah, Julie belum bangun saat Ipang akan berangkat kerja dan Ipang pulang ke rumah tanpa menemukan Julie hingga ia tertidur.“Kenapa nanya-nanya?” tanya Julie sebelum kemudian menguap tanpa menutup mulutnya, membuat Ipang langsung mengernyit ketika melihatnya.“Karena kamu kayak nggak pernah kelihatan di rumah.”“Oh.” Julie merespons seadanya. Ia mengisi piringnya dengan lauk yang ada di meja makan dan memakan makanannya dengan kondisi yang masih mengantuk.Ipang sendiri memilih untuk tidak bertanya kenapa baru kali ini Julie bergabung di meja makan dengannya. Ia
“Siapa sangka punya istri ternyata merepotkan kayak begini?”Gumaman Ipang disambut dengan toyoran di kepalanya, hal itu tentu saja langsung membuat Ipang melotot pada Julie yang kini ia papah.“Jules…,” geram Ipang dengan kekesalan yang sudah di ubun-ubun. “Nggak sopan kamu sama yang lebih tua!”Tanpa diduga, Julie langsung mendongak dan berteriak, “Berisik!”Ipang menghela napasnya dan kembali berusaha membawa Julie keluar dari The Clouds. Belum ada lima belas menit sejak ia tiba di klub malam milik sahabatnya, Badai. Di chat-nya tadi, Suri mengatakan kalau Julie tengah ke toilet dan Ipang memutuskan untuk mengecek keberadaan Julie terlebih dahulu di sana.Siapa sangka perempuan berstatus istrinya tersebut, tengah disentuh oleh lelaki hidung belang yang wajahnya ingin ia hantamkan ke aspal saat itu juga.“Mas!”Seruan yang disertai tepukan di bahunya membuat Ipang menoleh, mendapati adiknya yang ternyata mencarinya sejak tadi hingga menemukan ia dan Julie di sini, sudah dekat dengan
“Kalian mending pulang aja.”Ipang menoleh kepada Julie yang duduk di sampingnya. Lagi-lagi, perempuan itu mengunyah sambil tertidur. Namun, sepertinya baik Janu dan Septa serta istri mereka, sudah biasa dengan pemandangan tersebut.“Iya, yang nginep di sini sekarang Septa kok,” kata Janu yang menambahkan ucapan Septa sebelumnya. Tatapan Janu kemudian beralih pada kaos Ipang yang punya sebuah pulau baru—yang tentu saja bukan motif asli kaos tersebut.“Tahan juga kamu diingusin Julie.” Janu tak bisa menahan tawanya. “Aku sama Septa udah biasa sama situasi begitu. Jadi saranku, ke mana pun kamu pergi, mending kamu bawa baju ganti.”Septa ikut mengangguk. “Julie kalau nangis—mau itu nangisin Papa atau ikan mati pun, sama-sama heboh. Air mata sama ingusnya di mana-mana.”Anak kedua Rayyan itu bergidik pelan, otomatis langsung mendapat pukulan ringan dari Felia, istrinya.“Giliran anaknya tidur aja, diejek terus,” tegur Felia yang hanya direspons kekehan oleh Septa.“Thanks buat sarannya,”
“Ipang?”Ipang tak menyahut ketika Julie malah menyebut namanya. Yang ia lakukan justru mengamati sosok perempuan yang sekilas tadi ia dengar bernama Kina tersebut.“Lebih baik kamu hargai kemauan istri saya,” tegas Ipang lagi.Kina terlihat berpikir selama beberapa saat, tapi pada akhirnya ia menyerah dan pamit pada Julie dengan raut wajah yang sulit ditebak olehnya.“Kamu ngapain di sini?” tanya Julie begitu hanya mereka berdua yang ada di teras A Class, salon Julie yang selama beberapa tahun ini banyak dibicarakan orang dan menjadi salon paling sering dikunjungi di daerah Jakarta Selatan tersebut.“Mau ketemu kamu,” jawab Ipang. “Apa aku nggak dipersilakan masuk? Aku pengen liat tempat kerja kamu.”“Kalau udah liat, mau nambahin modal nggak?” tanya Julie balik dengan asal.Tanpa menunggu jawaban Ipang, Julie melenggang masuk begitu saja ke salonnya. Ipang pun mengikuti sang istrinya masuk ke salon tersebut. Ini kali kedua Ipang datang ke sini, tapi kali pertamanya ia muncul bersama
Andai Ipang yang kini tengah memejamkan matanya melihat respons Julie, pasti ia akan langsung menyudahi ciuman tersebut. Julie tidak bisa untuk tidak melotot ketika menyadari ciuman ini bukanlah mimpi.Julie berusaha mendorong bahu Ipang, tapi tekanan dari tangan yang melingkari pinggangnya membuat apa yang ia lakukan jadi sia-sia.Ketika Ipang menjauh dari wajah Julie, yang ia terima bukan senyuman seperti apa yang biasa ia dapatkan ketika mencium perempuan lain.Melainkan sebuah tamparan yang sangat keras di pipi kirinya.“Jules!”“Dasar gila!”Hanya Julie Reena Rayadinata yang meneriaki Ipang sebagai orang gila setelah dicium olehnya, lalu buru-buru masuk ke kamar sambil membanting pintu di depan hidung lelaki tersebut.***Kalau saja hari ini adalah hari ulang tahun Julie, maka yang akan Julie minta sebagai kado adalah one way ticketke New Zealand.Setelah itu ia akan langsung terbang ke New Zealand tanpa peduli untuk membeli tiket pulang. Alasannya jelas, karena siapa lagi kalau
“Emangnya laki-laki yang udah tidur sama banyak perempuan, beneran bisa tobat?”“Hah? Gimana, Bu?”Julie langsung gelagapan saat menyadari ia masih berada di ruang meeting dengan staf marketing dan PRsalonnya, ketika melontarkan pertanyaan tersebut dengan lantang.“Nggak, nggak,” sergah Julie buru-buru. “Itu keinget plot drama yang saya tonton di Viu. Silakan dilanjut.”Kelima pegawai A Class tersebut hanya mengangguk, meskipun dalam hati bertanya-tanya apakah yang dimaksud Julie tadi adalah suaminya yang tampan tersebut.Tapi daripada cari gara-gara di tengah rapat, mereka memutuskan kembali membahas materi rapat hari ini. Rapat itu berlangsung hingga satu jam kemudian sebelum akhirnya ditutup oleh Julie.Julie jadi orang terakhir yang keluar dari ruang meeting di lantai empat tersebut. Sembari keluar dan kembali ke ruangannya di lantai tiga, ia mengecek ponselnya yang selama rapat tadi terus bergetar.Ipang Kakaknya Suri: Jules, di mana? Kok nggak sarapan?Ipang Kakaknya Suri: Hari
Permaisuri Manja: Mas, udah sampai di A Class? Beliin pesananku sama Julie kan?Permaisuri Manja: Awas ya kalau nggak beliin makanan punyaku. Kan aku yang ngasih kesempatan Mas buat mepet ke Julie! Satu jam lagi aku sampa.“Dimakan, Jules,” kata Ipang sambil mengetik ‘Y’ sebagai jawaban untuk kedua pesan dari adiknya, Suri. “Aku beli buat dimakan, bukan buat diliatin.”Saat ini mereka berada di balkon A Class yang ada di lantai empat dan menghadap ke belakang bangunan salon tersebut.Balkon tersebut memang kerap kali jadi tempat pegawai A Class bersantai sejenak atau bahkan makan siang, karena cukup luas dan Julie sengaja menambahkan meja serta kursi santai supaya lebih nyaman.“Oke….” Julie mengambil garpunya dan mulai memakan kue favoritnya tersebut. Julie terpaksa membawa Ipang ke balkon karena pengunjung salon mulai heboh sendiri sembari memperhatikan Ipang secara terang-terangan.Menurut Julie, hal itu mengganggu produktivitas pegawainya dan membuat situasi jadi tidak kondusif. U
"Kamu siap-siap dulu aja, Babe. Biar anak-anak aku yang urus," kata Ipang kepada Julie yang tengah menggendong Retta, anak ketiga mereka. Lelaki itu baru saja selesai membantu Taka berpakaian."Nggak repot kalau kamu yang urus anak-anak sendirian?"Berbeda dengan Julie yang meragu, Retta di gendongan Julie tampak bertepuk tangan tidak sabaran untuk berpindah ke gendongan sang ayah.Anak ketiga mereka yang menggemaskan itu terlahir sempurna, seorang anak perempuan yang lahir di bulan Maret dan diberi nama Diajeng Maretta Ailendra. Sama halnya dengan Raras, Retta bisa dibilang lumayan manja dengan Ipang."Nggak." Ipang menggeleng dengan yakin. "Kan udah pada mandi sama ganti pakaian."
“Pa, nanti Mas bisa main mobil-mobilan sama adek di perut Mama?”“Bisaaa.” Ipang mengangguk dengan yakin. “Mas bisa ajak Adek main mobil-mobilan atau boneka-bonekaan kayak pas main sama Raras.”“Asyiiik! Nggak sabar! Nggak sabar!”Suri yang sedang menemani dua keponakannya itu ikut bertepuk tangan senang dengan Taka, sementara Raras yang ada di pangkuan Ipang juga ikut tertawa saja. Meskipun baik Ipang maupun Suri yakin kalau Raras belum mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.Siang itu Ipang dan Suri duduk-duduk santai di ruang keluarga kediaman Ipang. Julie sedang tidur siang dan Ipang berinisiatif mengajak anak-anaknya bermain, supaya istrinya bisa beri
Pangeran Biyas Ailendra: Bro.Badai Tanaka: Apa?Narayata Darmawangsa: ???Kalu Rakai Parvaiz: Apaan? @Pangeran Biyas AilendraKsatria Auriga Abimayu: Kalau ngomongnya tanggung-tanggung, nanti pantatnya kelap-kelip.Yogaswara Hemachandra: Apaan? Mau ngutang makanya lama ngetiknya? @Pangeran Biyas AilendraPangeran Biyas Ailendra: @Yogaswara Hemachandra SialanPangeran Biyas Ailendra: Aku
“Kamu yakin bisa ngehabisin semua ini?”Julie melirik sinis Candy yang barusan menanyakan pertanyaan sensitif untuknya—yah, setidaknya sensitif untuk Julie belakangan ini.Kenapa sih belakangan ini banyak yang sering nanya aku bisa habisin makananku atau nggak?!Candy segera menyadari kesalahannya. “Iya, iya, ampun,” katanya dengan cepat. “Aku cuma takut kamu kekenyangan dan nggak habis, terus nanti jadi sedih karena ngerasa buang-buang makanan.”Kunyahan Julie memelan dan bibirnya mengerucut sebal. “Bener sih kata kamu,” sahut Julie. “Tapiii, kali ini aku beneran yakin bisa ngehabisin makanan i
Ipang menatap anak-anaknya yang sedang bermain dengan mertuanya. Tatapannya melembut dan senyum selalu terpatri di wajahnya. Siapa pun yang melihat Ipang saat ini, bisa langsung tahu kalau lelaki itu sangat menyayangi keluarganya.“Senyum-senyum mulu,” komentar Janu yang baru saja duduk di sebelah Ipang. “Lagi mikir mau nambah anak ya?”Ledekan itu kerap kali didengar oleh Ipang dari mulut kakak iparnya, sejak sebelum Raras lahir. Saat itu, usia kandungan Julie sudah tujuh bulan dan mereka sedang berkumpul di kediaman ayah mertua Ipang.Selain keluarga Ipang, keluarga Julie memang punya agenda kumpul rutin yang masih terlaksana hingga kini.
“Babe.”“Ya, Mas?”“Suri udah punya pacar ya?”Julie menoleh dengan cepat—sangat cepat, hingga ia bsia mendengar tulang lehernya berderak karena gerakannya tersebut.Di sebelahnya, Ipang mengangkat satu alisnya, pertanda bahwa ia benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaannya barusan.“Kok Mas tiba-tiba nanya begitu?” Julie memilih untuk bertanya balik terlebih dahulu.Di obrolan terakhir Julie dengan Suri, Suri bilang kalau ia belum bertemu atau berkomunikasi lagi dengan lelaki yang namanya belum Julie ketahui itu. Julie ba
“Kayaknya udah lama kita nggak makan siang di sini,” komentar Suri begitu masuk ke ruangan Julie diA Class.Julie terkekeh dan berpikir sebentar, baru kemudian mengangguk. “Iya juga, kita keseringanlunchdi luar atau di rumahku.”“Iya, soalnya masakan di rumahmu selalu enak dan aku suka main sama Taka dan Raras, hehehe.” Suri nyengir saat sadar bahwa salah satu alasan mereka jarang nongkrong diA Classlagi adalah karena keinginannya sendiri.Sejak memiliki anak, Julie belajar untuk membagi waktunya antara pekerjaan dan keluarganya.Kini Julie tidak lagi se-workaholicdulu. Ia mulai memberi keper
Waktu berjalan lumayan cepat. Setelah Bagindo akhirnya melunak dan mau mulai membiasakan diri dirawat oleh keluarganya, hari ini Bagindo diizinkan pulang ke rumah.Syukurnya, Bagindo belum membutuhkan operasi. Tapi lelaki paruh baya itu harus mengurangi intensitas pekerjaannya dan harussangatmemperhatikan pola hidupnya.Meski istrinya saat ini ada dua, nyatanya Bagindo selama ini tetap sering sesukanya. Saat Sinna dan Shanine sering menasehati serta mencoba mengatur hal-hal kecil nan penting demi hidupnya, Bagindo lebih sering membangkang.“Percuma punya istri dua tapi nggak ada yang didengerin,” cibir Salwa yang duduk di ruang tengah bersama Bagindo, Sinna, Shanine, dan hamp
“Kalian ini apa nggak punya kehidupan? Pulang sana! Ngapain di sini?”“Punya kok,” jawab Ipang. “Tapi aku mau di sini.”“Inget anak dan istrimu, Mas. Masa kamu tinggalin mereka begitu?!"“Mereka ngerti kok kenapa aku ke sini.”“Pulang sana! Besok juga Papa pulang. Ngapain sih kamu sampai nginep di sini berhari-hari?!” Kemudian seolah belum puas mengomeli Ipang, Bagindo beralih pada Raden yang duduk di sebelah Ipang. “Kamu juga pulang sana! Mamamu sama siapa di rumah?”“Sama Mama Salwa dan Mama Sinna. Ada Suri, Nilam, Sultan, dan Gusti juga kok.” Raden menjawab dengan santai. “Justru kalau kami pulang, Papa yang sendirian di sini.”“Ya, terus kenapa?”“Papa yakin mau sendirian?”Julie pernah bilang, katanya lelaki saat sedang sakit bisa dibagi menjadi dua kategori. Ada yang berubah jadi sangat manja sampai-sampai bertingkah seperti anak kecil (Ipang salah satunya) dan ada juga yang berubah jadi sangat galak hingga menyebalkan.Bagindo sepertinya adalah tipe kedua.Kalau dipikir-pikir,