“Udah, Julie! Kamu nggak usah nangisin laki-laki kurang ajar itu! Sekalipun dia datang berlutut ke sini sekarang, Papa nggak akan ampunin dia!”
Julie bisa mengerti kenapa pengantin perempuan bisa menangis di hari pernikahannya.
Tapi Julie tidak mengerti kenapa hal yang membuatnya menangis adalah bukannya karena bahagia telah resmi menyandang status sebagai istri, melainkan karena video calon suaminya, Raveno, yang belum lama ini ia terima.
Video berdurasi dua puluh menit itu menampilkan bagaimana Raveno bercinta dengan perempuan yang merupakan sahabatnya, di sebuah hotel bintang lima yang ada di Bali.
Perempuan yang tidur dengan Raveno itu sendiri yang mengirimkannya pada Julie dengan tambahan pesan, ‘Aku lagi berbaik hati, jadi aku kasih tahu bagaimana kelakuan Raveno sebelum kalian menikah.’
“Julie,” panggil ayahnya yang patah hati karena putrinya diperlakukan dengan tidak pantas. “Sayang, jangan nangis…. Biar Papa yang urus semuanya.”
Padahal semalam Raveno masih menginap di hotel ini, tapi sepertinya ia diberi tahu kalau videonya sudah disebar di grup SMA mereka, jadilah ia pergi meninggalkan Julie.
Meninggalkan Julie di ballroom hotel yang seharusnya jadi saksi pernikahan mereka.
Julie menggeleng seraya mengusap sudut kelopak matanya. Air matanya tak bisa berhenti. Raveno sudah jadi kekasihnya sejak lima tahun yang lalu. Kalau kata Candy dan Suri, sahabatnya, lima tahun bahkan sudah melebihi tenor cicilan mobil Avanza.
Bayangkan berapa banyak waktu yang sudah dihabiskan Julie dengan Raveno.
“Papa!”
Seruan kakaknya dan beberapa orang lainnya, membuat Julie mendongak. Ia langsung bangkit tanpa peduli bisa tersandung karena pakaian dan heels yang ia pakai.
“Papa,” panggil Julie dengan sedih saat ayahnya memegangi dadanya dengan wajah mengernyit.
“Nggak apa-apa, Jules,” gumam sang ayah dengan memanggil anak sulungnya menggunakan panggilan kesayangannya.
Julie menggigit bibir sembari duduk di samping ayahnya yang tengah mengatur napasnya. Ayahnya memang memiliki penyakit yang tidak boleh membuatnya banyak beban pikiran—tapi lihat sekarang, Julie-lah beban pikiran sang ayah.
Meskipun keluarga Raveno sudah diusir semua, tamu-tamu yang nanti pukul satu siang akan datang ke resepsi pernikahannya belum tahu kalau pernikahannya dengan Raveno dibatalkan.
“Aku keluar sebentar, Pa, Ma,” pamit Julie pada kedua orangtuanya.
Kakaknya berusaha mencegah, tapi Julie sudah mengangkat kain yang ia kenakan agar bisa berjalan lebih cepat meninggalkan ballroom tersebut.
Membayangkan betapa besar rasa malu yang ditanggung orangtua dan keluarganya karena kelakuan Raveno yang pengecut membuat Julie berpikir keras. Orangtuanya mungkin akan mengatakan kalau Julie harus bersyukur karena tahu kelakuan Raveno sebelum mereka menikah.
Sembari berjalan menuju lift paling ujung di Merlion Hotel tersebut, Julie kembali berusaha menghapus air matanya. Ia memilih untuk menunduk sambil mengetukkan ujung sepatunya dengan tak sabaran ketika menunggu lift.
“Sialan! Cari sekarang juga!”
Geraman dengan suara bariton yang cukup familier itu membuat tubuh Julie menegang. Julie bisa merasakan sosok yang baru saja memaki itu mendekat ke arahnya.
“Dia belum lama kabur! Kalau kamu nggak bisa nemuin calon istriku dan bawa dia ke sini, kamu kukirim ke Thailand!”
Denting lift disusul pintu yang terbuka membuat Julie buru-buru masuk. Dengan asal, ia menekan tombol G yang akan membawanya ke lobi. Julie tak tahu apa yang akan ia lakukan ke lobi, tapi bertahan di ballroom itu malah membuatnya makin putus asa.
Sebuah tangan terulur ke panel lift dan tak jadi menekan tombol ketika melihat tombol G sudah menyala.
“Bawa dia ke hadapanku saat ini juga,” perintah lelaki itu melalui ponselnya kepada seseorang yang Julie tebak adalah bawahannya. “Nggak ada dalam sejarahnya aku ditertawakan ayahku karena gagal menikah.”
Julie langsung melotot begitu mendengar gagal menikah diucap oleh suara yang familier itu.
Ia akhirnya memberanikan diri untuk mendongak dan menoleh, mendapati sosok yang dulu ia nobatkan jadi musuh nomor satunya kini berdiri di sebelahnya dengan beskap yang membuat tubuhnya terlihat sangat gagah.
“Pangeran?”
“What the hell?!”
Lelaki yang dipanggil Pangeran (yang sebenarnya lebih senang dipanggil ‘Ipang’ dibanding 'Pangeran’) tersebut ikut menoleh dan menatap Julie dengan kening berkerut. “Kamu….”
Julie menghela napasnya. Selamanya, ia adalah orang yang tidak akan langsung dikenali orang lain. Sejak dulu julukan Julie adalah The Invisible Julie—tidak terlihat dan bahkan orang-orang di sekitarnya tak banyak yang tahu ia eksis di muka bumi ini.
“Julie, sahabatnya Suri kalau-kalau kamu lupa.” Julie menyebut nama adik Ipang yang juga merupakan sahabatnya.
Julie tahu kalau Ipang juga menikah di hotel yang sama dengannya dan di hari yang sama—kebetulan yang menyebalkan. Sejak lulus SMA, Julie tidak pernah mau bertemu dengan Ipang meskipun ia masih bersahabat dekat adik lelaki itu alias Suri. Ipang pun seperti tidak pernah peduli pada eksistensi Julie di muka bumi ini karena meskipun mereka sering berada di acara yang sama, tapi Ipang tidak pernah menyapanya.
“Ngapain kamu pakai kebaya begitu?” tanya Ipang yang tak bisa menahan dirinya untuk tidak mengomentari penampilan Julie.
“Suka-suka oranglah,” sahut Julie dengan malas.
Julie menimbang-nimbang untuk bertanya setelah sejak tadi mendengar percakapan Ipang di telepon.
Tadinya ia tak ingin bertanya, tapi tatapan meremehkan Ipang membuat Julie akhirnya kesal dan bertanya, “Kamu sendiri kenapa di sini? Calon istrimu kabur ya?”
“Bukan urusanmu.”
Perempuan yang rambutnya masih disanggul tersebut memutar kedua bola matanya. “Oke.”
“Kamu sendiri?” Ipang akhirnya ingat kalau Suri, adiknya, sejak awal ia menentukan tanggal pernikahan langsung memusuhinya karena tanggal pernikahannya sama dengan sahabatnya.
Suri juga yang mengusulkan Ipang untuk menikah di Merlion Hotel karena ia ingin masih bisa menghadiri pernikahan kakak dan sahabatnya itu. Sekarang Ipang jadi mengerti kalau sahabat yang dimaksud Suri adalah Julie.
“Kata Suri kamu mau nikah,” lanjut Ipang yang akhirnya berhasil mengingat secuil ocehan adiknya.
“Tadinya.”
“Calon suamimu kabur ya?” Kali ini Ipang bertanya dengan nada meledek. Memang dasar manusia, yang tadinya kesal karena terkena masalah jadi agak lega hatinya ketika tahu ada yang senasib. “Kalau kamu masih sebarbar dulu, nggak heran calon suamimu kabur.”
“Aku juga nggak heran sih calon istrimu kabur.” Julie menolak kalah dengan ucapan sinis Ipang. “Kamu udah cek penyakit kelamin sebelum menikah? Jangan-jangan istrimu jadi nggak yakin karena track record-mu yang luar biasaitu.”
“Jaga mulutmu, Julie,” geram Ipang dengan kesal. “Perawan polos kayak kamu tahu apa soal aku?”
“Oh ya, bener juga. Aku sih nggak pernah nyicipin kamu kayak perempuan lain di DKI Jakarta ini.”
“You—”
Ipang hampir benar-benar memaki, tapi tak jadi karena denting lift yang menyadarkannya dan pintu lift yang segera terbuka. Julie keluar lebih dulu dan tak peduli ke mana Ipang karena ia sendiri tak tahu mau ke mana.
Pada akhirnya, Julie memilih duduk di sofa yang ada di sudut lobi dan menghadap ke arah taman kecil di depan pelataran lobi yang terlihat indah—tidak seburuk suasana hati Julie saat ini.
Sampai saat ini Julie tak mengerti kenapa Raveno tega melakukan semua ini—berkhianat di belakangnya dan kabur dari hari pernikahan mereka tanpa memberi penjelasan apa pun pada Julie.
Air mata Julie hampir kembali tumpah ketika seseorang duduk di sebelahnya. Julie mendelik dan mendapati Ipang duduk seraya menggenggam ponselnya dengan erat.
“Bisa geser nggak duduknya?” tanya Julie dengan lelah.
Ia ingin menendang Ipang ke mana pun asal dia tidak berada di dekatnya, tapi tenaganya sudah habis untuk menangis dan pura-pura baik-baik saja seperti saat ini.
Hei, berpura-pura tidak ingin menangis sampai gila itu benar-benar memakan tenaga.
“Berisik,” gerutu Ipang. Lelaki itu kemudian menoleh dan mengamati penampilan Julie. “Kamu ngapain di sini? Mau cari calon suami baru?”
“Iya,” jawab Julie dengan asal. “Kalau di novel yang ditulis Candy kan biasanya ada orang yang tiba-tiba nawarin perempuan malang kayak aku buat jadi suami pengganti.”
Ipang mendengus. “Wake up, Jules, ini bukan novel yang ditulis temenmu itu.”
Julie tahu ia benar-benar putus asa saat ia bahkan curhat colongan pada Ipang. “Aku lagi bingung mau ikut plot novel yang mana—coba bunuh diri atau cari suami sewaan, pengganti, atau apalah itu.”
“Gila kamu ya?” Tanpa sadar lelaki itu menyugar rambutnya yang sudah ditata rapi. “Bunuh diri cuma karena nggak jadi nikah?” tanyanya dengan nada meremehkan.
“Emang kamu nggak pengen bunuh diri setelah ditinggal calon istrimu itu?” Julie menatap Ipang dengan penasaran. Dibanding putus asa seperti dirinya, Ipang sekarang terlihat seperti… marah.
Julie juga marah pada Raveno, tapi fase marah itu sudah tergantikan dengan putus asa karena membayangkan dua ribu undangan yang akan tahu mengenai batalnya pernikahan Julie-Raveno, yang diakibatkan video porno buatan Raveno dan sahabatnya.
“Nggak. Aku ingin hidup lebih lama buat bikin hidupnya menderita karena udah bikin aku malu.”
“Hm… ide yang bagus juga.” Julie mengangguk mendengar kalimat Ipang barusan. Kemudian ia berdecak pelan dan mengibaskan tangannya. “Udah deh, kamu jauhan sana! Gimana superhero bisa ngeliat aku yang desperate ini kalau kamu ada di sini?!”
Ipang mengerutkan keningnya. “Emang kamu yakin mau nikah sama orang asing hanya karena kamu ditinggal nikah sama calon suamimu?”
“Hanya karena?” Julie menggertakkan giginya. “Hei, papaku bisa kolaps kapan aja bahkan sebelum operasinya bulan depan dimulai, karena aku yang nggak jadi nikah hari ini!”
“Dasar akal pendek.” Ipang tak setuju dengan gagasan Julie barusan. “Gimana kalau yang kamu nikahin itu pembunuh bayaran? Atau residivis?”
Julie tahu ia seharusnya memikirkan hal tersebut. Hei, untuk apa ia pacaran lima tahun? Tentu saja untuk memantapkan hati dan dirinya kalau Raveno memang baik dari sisi mana pun.
Sayang, waktu ternyata tidak seharusnya menjadi tolok ukur ia menilai seseorang.
“Nggak usah ngomong begitu seakan kamu peduli ya, Ipang,” tampik Julie dengan kesal. “Daripada kamu ngurusin aku, mending kamu urusin urusanmu sendiri sana.”
Julie segera angkat kaki dari sana daripada ingin menyumpal mulut Ipang dengan kitten heels yang ia kenakan. Sudah tidak memberikan solusi, malah menghinanya akal pendek, pula!
“Jules!”
Julie tak memedulikan panggilan Ipang dan terus berjalan menuju arah pintu samping hotel yang menghubungkannya dengan area kolam renang.
“Jules!”
Jules hanya mengangkat satu tangannya dan melambaikan tangan pada Ipang, menandakan kalau apa pun yang Ipang akan katakan ia sudah tak peduli lagi.
“Jules,” panggil Ipang dengan lebih keras hingga semua orang di lobi rasanya langsung mencari siapa yang dipanggil Ipang.
Julie mendengus kesal, dasar Ipang pasti ingin membuatnya malu!
“Jules, daripada nyari orang halu yang nawarin kamu nikah padahal nggak tahu namamu siapa, gimana kalau kamu nikah sama aku aja hari ini?”
“WHAT?!”
“Jules, kamu sadar nggak sih kalau kamu akan terjebak seumur hidup sama Mas Ipang? Oh, bukan akan, tapi lebih tepatnya, kamu resmi terjebak seumur hidup sama dia.”Julie langsung memukul lengan Permaisuri Keysa Ailendra atau yang biasa dipanggil Suri itu dengan sadis. “Kalau ngomong nggak usah macem-macem.”“Emangnya kalau nggak seumur hidup sama Mas Ipang, kamu nanti mau cerai dari dia?”“Nggak tahu.”“Kalau kamu nggak tahu masa depan kayak apa yang akan kamu hadapin sama Mas Ipang, kenapa kamu nikah sama dia?”Julie menatap sahabatnya dengan intens. Beberapa jam yang lalu ia memang resmi menjadi bagian dari keluarga besar Ailendra, istri dari Ipang, sekaligus kakak ipar Suri.Julie tak pernah berpikir ia akan menikah dengan musuhnya sejak SMA tersebut. Ketika pagi tadi Ipang menawarinya untuk menikah dengannya, Julie merasa jadi orang paling bodoh sedunia.Tapi ketika Ipang mengemukakan alasan rasional yang bisa menyelamatkan wajah mereka berdua dan keluarga mereka, tawaran itu terd
“Mulai hari ini kamu akan tinggal di rumahku.”“Aku punya apartemen kok.”“Suami-istri mana yang tinggal terpisah padahal masih satu kota?”Julie mendengus. “Suami-istri kayak kita.”Ipang mendecakkan lidahnya. Lama-lama lidahnya bisa tipis karena terlalu sering berdecak akibat tingkah Julie. Telapak tangannya yang besar mampir ke puncak kepala Julie dan mengacak rambutnya hingga perempuan itu melotot padanya.“Bola matamu hampir keluar,” ledek Ipang sambil menarik tangannya sebelum digigit Julie.Dulu ia memang tidak suka kalau Julie ada di sekitarnya, tatapan perempuan itu meskipun hanya sedetik terarah padanya, membuat Ipang tidak nyaman. Namun, sejak kemarin Ipang jadi menemukan hobi baru—membuat Julie kesal.Pagi itu mereka masih sarapan bersama keluarga besar mereka di hotel. Ipang dan Julie duduk berempat dengan Suri dan Candy—tentu saja pengaturan itu dilakukan oleh Julie.Tadinya Julie ingin sarapan sendirian, tapi Ipang bersikeras meminta perempuan itu menunggunya hingga sel
“Kamu pengangguran atau kerja apa?”“Pengangguran.”Ipang baru sadar kalau selama ini ia telah memblok jalur informasi mengenai Julie. Meskipun mereka sering berada di satu tempat atau acara yang sama, tapi nyatanya Ipang tak tahu apa-apa soal Julie.Hari ini adalah hari kedelapan sejak mereka menikah dan Ipang tak tahu apa yang dilakukan Julie sehari-hari. Bekerja? Pengangguran?Ipang tak tahu. Karena sejak mereka tinggal serumah, Julie belum bangun saat Ipang akan berangkat kerja dan Ipang pulang ke rumah tanpa menemukan Julie hingga ia tertidur.“Kenapa nanya-nanya?” tanya Julie sebelum kemudian menguap tanpa menutup mulutnya, membuat Ipang langsung mengernyit ketika melihatnya.“Karena kamu kayak nggak pernah kelihatan di rumah.”“Oh.” Julie merespons seadanya. Ia mengisi piringnya dengan lauk yang ada di meja makan dan memakan makanannya dengan kondisi yang masih mengantuk.Ipang sendiri memilih untuk tidak bertanya kenapa baru kali ini Julie bergabung di meja makan dengannya. Ia
“Siapa sangka punya istri ternyata merepotkan kayak begini?”Gumaman Ipang disambut dengan toyoran di kepalanya, hal itu tentu saja langsung membuat Ipang melotot pada Julie yang kini ia papah.“Jules…,” geram Ipang dengan kekesalan yang sudah di ubun-ubun. “Nggak sopan kamu sama yang lebih tua!”Tanpa diduga, Julie langsung mendongak dan berteriak, “Berisik!”Ipang menghela napasnya dan kembali berusaha membawa Julie keluar dari The Clouds. Belum ada lima belas menit sejak ia tiba di klub malam milik sahabatnya, Badai. Di chat-nya tadi, Suri mengatakan kalau Julie tengah ke toilet dan Ipang memutuskan untuk mengecek keberadaan Julie terlebih dahulu di sana.Siapa sangka perempuan berstatus istrinya tersebut, tengah disentuh oleh lelaki hidung belang yang wajahnya ingin ia hantamkan ke aspal saat itu juga.“Mas!”Seruan yang disertai tepukan di bahunya membuat Ipang menoleh, mendapati adiknya yang ternyata mencarinya sejak tadi hingga menemukan ia dan Julie di sini, sudah dekat dengan
“Kalian mending pulang aja.”Ipang menoleh kepada Julie yang duduk di sampingnya. Lagi-lagi, perempuan itu mengunyah sambil tertidur. Namun, sepertinya baik Janu dan Septa serta istri mereka, sudah biasa dengan pemandangan tersebut.“Iya, yang nginep di sini sekarang Septa kok,” kata Janu yang menambahkan ucapan Septa sebelumnya. Tatapan Janu kemudian beralih pada kaos Ipang yang punya sebuah pulau baru—yang tentu saja bukan motif asli kaos tersebut.“Tahan juga kamu diingusin Julie.” Janu tak bisa menahan tawanya. “Aku sama Septa udah biasa sama situasi begitu. Jadi saranku, ke mana pun kamu pergi, mending kamu bawa baju ganti.”Septa ikut mengangguk. “Julie kalau nangis—mau itu nangisin Papa atau ikan mati pun, sama-sama heboh. Air mata sama ingusnya di mana-mana.”Anak kedua Rayyan itu bergidik pelan, otomatis langsung mendapat pukulan ringan dari Felia, istrinya.“Giliran anaknya tidur aja, diejek terus,” tegur Felia yang hanya direspons kekehan oleh Septa.“Thanks buat sarannya,”
“Ipang?”Ipang tak menyahut ketika Julie malah menyebut namanya. Yang ia lakukan justru mengamati sosok perempuan yang sekilas tadi ia dengar bernama Kina tersebut.“Lebih baik kamu hargai kemauan istri saya,” tegas Ipang lagi.Kina terlihat berpikir selama beberapa saat, tapi pada akhirnya ia menyerah dan pamit pada Julie dengan raut wajah yang sulit ditebak olehnya.“Kamu ngapain di sini?” tanya Julie begitu hanya mereka berdua yang ada di teras A Class, salon Julie yang selama beberapa tahun ini banyak dibicarakan orang dan menjadi salon paling sering dikunjungi di daerah Jakarta Selatan tersebut.“Mau ketemu kamu,” jawab Ipang. “Apa aku nggak dipersilakan masuk? Aku pengen liat tempat kerja kamu.”“Kalau udah liat, mau nambahin modal nggak?” tanya Julie balik dengan asal.Tanpa menunggu jawaban Ipang, Julie melenggang masuk begitu saja ke salonnya. Ipang pun mengikuti sang istrinya masuk ke salon tersebut. Ini kali kedua Ipang datang ke sini, tapi kali pertamanya ia muncul bersama
Andai Ipang yang kini tengah memejamkan matanya melihat respons Julie, pasti ia akan langsung menyudahi ciuman tersebut. Julie tidak bisa untuk tidak melotot ketika menyadari ciuman ini bukanlah mimpi.Julie berusaha mendorong bahu Ipang, tapi tekanan dari tangan yang melingkari pinggangnya membuat apa yang ia lakukan jadi sia-sia.Ketika Ipang menjauh dari wajah Julie, yang ia terima bukan senyuman seperti apa yang biasa ia dapatkan ketika mencium perempuan lain.Melainkan sebuah tamparan yang sangat keras di pipi kirinya.“Jules!”“Dasar gila!”Hanya Julie Reena Rayadinata yang meneriaki Ipang sebagai orang gila setelah dicium olehnya, lalu buru-buru masuk ke kamar sambil membanting pintu di depan hidung lelaki tersebut.***Kalau saja hari ini adalah hari ulang tahun Julie, maka yang akan Julie minta sebagai kado adalah one way ticketke New Zealand.Setelah itu ia akan langsung terbang ke New Zealand tanpa peduli untuk membeli tiket pulang. Alasannya jelas, karena siapa lagi kalau
“Emangnya laki-laki yang udah tidur sama banyak perempuan, beneran bisa tobat?”“Hah? Gimana, Bu?”Julie langsung gelagapan saat menyadari ia masih berada di ruang meeting dengan staf marketing dan PRsalonnya, ketika melontarkan pertanyaan tersebut dengan lantang.“Nggak, nggak,” sergah Julie buru-buru. “Itu keinget plot drama yang saya tonton di Viu. Silakan dilanjut.”Kelima pegawai A Class tersebut hanya mengangguk, meskipun dalam hati bertanya-tanya apakah yang dimaksud Julie tadi adalah suaminya yang tampan tersebut.Tapi daripada cari gara-gara di tengah rapat, mereka memutuskan kembali membahas materi rapat hari ini. Rapat itu berlangsung hingga satu jam kemudian sebelum akhirnya ditutup oleh Julie.Julie jadi orang terakhir yang keluar dari ruang meeting di lantai empat tersebut. Sembari keluar dan kembali ke ruangannya di lantai tiga, ia mengecek ponselnya yang selama rapat tadi terus bergetar.Ipang Kakaknya Suri: Jules, di mana? Kok nggak sarapan?Ipang Kakaknya Suri: Hari
"Kamu siap-siap dulu aja, Babe. Biar anak-anak aku yang urus," kata Ipang kepada Julie yang tengah menggendong Retta, anak ketiga mereka. Lelaki itu baru saja selesai membantu Taka berpakaian."Nggak repot kalau kamu yang urus anak-anak sendirian?"Berbeda dengan Julie yang meragu, Retta di gendongan Julie tampak bertepuk tangan tidak sabaran untuk berpindah ke gendongan sang ayah.Anak ketiga mereka yang menggemaskan itu terlahir sempurna, seorang anak perempuan yang lahir di bulan Maret dan diberi nama Diajeng Maretta Ailendra. Sama halnya dengan Raras, Retta bisa dibilang lumayan manja dengan Ipang."Nggak." Ipang menggeleng dengan yakin. "Kan udah pada mandi sama ganti pakaian."
“Pa, nanti Mas bisa main mobil-mobilan sama adek di perut Mama?”“Bisaaa.” Ipang mengangguk dengan yakin. “Mas bisa ajak Adek main mobil-mobilan atau boneka-bonekaan kayak pas main sama Raras.”“Asyiiik! Nggak sabar! Nggak sabar!”Suri yang sedang menemani dua keponakannya itu ikut bertepuk tangan senang dengan Taka, sementara Raras yang ada di pangkuan Ipang juga ikut tertawa saja. Meskipun baik Ipang maupun Suri yakin kalau Raras belum mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.Siang itu Ipang dan Suri duduk-duduk santai di ruang keluarga kediaman Ipang. Julie sedang tidur siang dan Ipang berinisiatif mengajak anak-anaknya bermain, supaya istrinya bisa beri
Pangeran Biyas Ailendra: Bro.Badai Tanaka: Apa?Narayata Darmawangsa: ???Kalu Rakai Parvaiz: Apaan? @Pangeran Biyas AilendraKsatria Auriga Abimayu: Kalau ngomongnya tanggung-tanggung, nanti pantatnya kelap-kelip.Yogaswara Hemachandra: Apaan? Mau ngutang makanya lama ngetiknya? @Pangeran Biyas AilendraPangeran Biyas Ailendra: @Yogaswara Hemachandra SialanPangeran Biyas Ailendra: Aku
“Kamu yakin bisa ngehabisin semua ini?”Julie melirik sinis Candy yang barusan menanyakan pertanyaan sensitif untuknya—yah, setidaknya sensitif untuk Julie belakangan ini.Kenapa sih belakangan ini banyak yang sering nanya aku bisa habisin makananku atau nggak?!Candy segera menyadari kesalahannya. “Iya, iya, ampun,” katanya dengan cepat. “Aku cuma takut kamu kekenyangan dan nggak habis, terus nanti jadi sedih karena ngerasa buang-buang makanan.”Kunyahan Julie memelan dan bibirnya mengerucut sebal. “Bener sih kata kamu,” sahut Julie. “Tapiii, kali ini aku beneran yakin bisa ngehabisin makanan i
Ipang menatap anak-anaknya yang sedang bermain dengan mertuanya. Tatapannya melembut dan senyum selalu terpatri di wajahnya. Siapa pun yang melihat Ipang saat ini, bisa langsung tahu kalau lelaki itu sangat menyayangi keluarganya.“Senyum-senyum mulu,” komentar Janu yang baru saja duduk di sebelah Ipang. “Lagi mikir mau nambah anak ya?”Ledekan itu kerap kali didengar oleh Ipang dari mulut kakak iparnya, sejak sebelum Raras lahir. Saat itu, usia kandungan Julie sudah tujuh bulan dan mereka sedang berkumpul di kediaman ayah mertua Ipang.Selain keluarga Ipang, keluarga Julie memang punya agenda kumpul rutin yang masih terlaksana hingga kini.
“Babe.”“Ya, Mas?”“Suri udah punya pacar ya?”Julie menoleh dengan cepat—sangat cepat, hingga ia bsia mendengar tulang lehernya berderak karena gerakannya tersebut.Di sebelahnya, Ipang mengangkat satu alisnya, pertanda bahwa ia benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaannya barusan.“Kok Mas tiba-tiba nanya begitu?” Julie memilih untuk bertanya balik terlebih dahulu.Di obrolan terakhir Julie dengan Suri, Suri bilang kalau ia belum bertemu atau berkomunikasi lagi dengan lelaki yang namanya belum Julie ketahui itu. Julie ba
“Kayaknya udah lama kita nggak makan siang di sini,” komentar Suri begitu masuk ke ruangan Julie diA Class.Julie terkekeh dan berpikir sebentar, baru kemudian mengangguk. “Iya juga, kita keseringanlunchdi luar atau di rumahku.”“Iya, soalnya masakan di rumahmu selalu enak dan aku suka main sama Taka dan Raras, hehehe.” Suri nyengir saat sadar bahwa salah satu alasan mereka jarang nongkrong diA Classlagi adalah karena keinginannya sendiri.Sejak memiliki anak, Julie belajar untuk membagi waktunya antara pekerjaan dan keluarganya.Kini Julie tidak lagi se-workaholicdulu. Ia mulai memberi keper
Waktu berjalan lumayan cepat. Setelah Bagindo akhirnya melunak dan mau mulai membiasakan diri dirawat oleh keluarganya, hari ini Bagindo diizinkan pulang ke rumah.Syukurnya, Bagindo belum membutuhkan operasi. Tapi lelaki paruh baya itu harus mengurangi intensitas pekerjaannya dan harussangatmemperhatikan pola hidupnya.Meski istrinya saat ini ada dua, nyatanya Bagindo selama ini tetap sering sesukanya. Saat Sinna dan Shanine sering menasehati serta mencoba mengatur hal-hal kecil nan penting demi hidupnya, Bagindo lebih sering membangkang.“Percuma punya istri dua tapi nggak ada yang didengerin,” cibir Salwa yang duduk di ruang tengah bersama Bagindo, Sinna, Shanine, dan hamp
“Kalian ini apa nggak punya kehidupan? Pulang sana! Ngapain di sini?”“Punya kok,” jawab Ipang. “Tapi aku mau di sini.”“Inget anak dan istrimu, Mas. Masa kamu tinggalin mereka begitu?!"“Mereka ngerti kok kenapa aku ke sini.”“Pulang sana! Besok juga Papa pulang. Ngapain sih kamu sampai nginep di sini berhari-hari?!” Kemudian seolah belum puas mengomeli Ipang, Bagindo beralih pada Raden yang duduk di sebelah Ipang. “Kamu juga pulang sana! Mamamu sama siapa di rumah?”“Sama Mama Salwa dan Mama Sinna. Ada Suri, Nilam, Sultan, dan Gusti juga kok.” Raden menjawab dengan santai. “Justru kalau kami pulang, Papa yang sendirian di sini.”“Ya, terus kenapa?”“Papa yakin mau sendirian?”Julie pernah bilang, katanya lelaki saat sedang sakit bisa dibagi menjadi dua kategori. Ada yang berubah jadi sangat manja sampai-sampai bertingkah seperti anak kecil (Ipang salah satunya) dan ada juga yang berubah jadi sangat galak hingga menyebalkan.Bagindo sepertinya adalah tipe kedua.Kalau dipikir-pikir,