Home / Rumah Tangga / Terpaksa Menikahi Musuhku / BAB 7 - Pertama Kali Merasakan Bibirnya

Share

BAB 7 - Pertama Kali Merasakan Bibirnya

Author: Sara Maureen
last update Last Updated: 2024-04-25 00:56:57

“Ipang?”

Ipang tak menyahut ketika Julie malah menyebut namanya. Yang ia lakukan justru mengamati sosok perempuan yang sekilas tadi ia dengar bernama Kina tersebut.

“Lebih baik kamu hargai kemauan istri saya,” tegas Ipang lagi.

Kina terlihat berpikir selama beberapa saat, tapi pada akhirnya ia menyerah dan pamit pada Julie dengan raut wajah yang sulit ditebak olehnya.

“Kamu ngapain di sini?” tanya Julie begitu hanya mereka berdua yang ada di teras A Class, salon Julie yang selama beberapa tahun ini banyak dibicarakan orang dan menjadi salon paling sering dikunjungi di daerah Jakarta Selatan tersebut.

“Mau ketemu kamu,” jawab Ipang. “Apa aku nggak dipersilakan masuk? Aku pengen liat tempat kerja kamu.”

“Kalau udah liat, mau nambahin modal nggak?” tanya Julie balik dengan asal.

Tanpa menunggu jawaban Ipang, Julie melenggang masuk begitu saja ke salonnya. Ipang pun mengikuti sang istrinya masuk ke salon tersebut. Ini kali kedua Ipang datang ke sini, tapi kali pertamanya ia muncul bersama dengan Julie.

Para pegawai salon ini datang di hari pernikahan mereka, maka dari itu mereka langsung melotot kaget saat melihat siapa yang mengekori atasan mereka.

“Siang, semuanya,” sapa Ipang dengan ramah seperti biasa. Ia memang seperti itu, kadang bisa terlihat dingin dan jauh dari jangkauan bagi mereka yang baru pertama kali melihatnya, tapi saat sudah pernah bertemu dan mengobrol sekali dengannya, kesan itu akan hilang.

“Kamu bosen sama capcay di rumah?” tanya Ipang saat mereka menaiki tangga menuju lantai dua. “Kalau kamu nggak suka sarapan sama capcay, tinggal minta Mbak Widi masak yang lain aja.”

“Aku nggak bilang begitu kok.”

“Terus kenapa kamu pagi-pagi udah ngilang padahal biasanya bangun siang?” tuntut Ipang yang tak puas dengan jawaban Julie. “Apa karena semalam kita nggak sengaja ciuman?”

Decakan tak percaya yang terdengar dari segala penjuru arah A Class lantai tiga, membuat Julie menoleh dan melotot pada Ipang.

Tidak terlalu banyak orang di lantai tiga, tapi tetap saja Ipang yang bertanya tanpa mengecilkan volume suaranya membuat semua orang menoleh pada mereka dan terkesiap kaget.

Julie langsung melangkah dengan sangat cepat menuju ruangannya di lantai empat. Dengan langkahnya yang lebar, tentu bukan hal sulit bagi Ipang untuk menyusul Julie.

“Jules,” pangil Ipang lagi saat dengan cepat menyusul istrinya tersebut masuk ke sebuah ruangan sebelum Julie menutup pintunya. “Kenapa sih?”

Yang tak diketahui Ipang adalah perempuan itu tengah berpikir alasan logis apa yang membuat Ipang bisa sampai di sini dan bersikap seperti… suami yang sesungguhnya.

“Harusnya aku yang tanya ke kamu, kenapa kamu bisa sampai ke sini?” tanya Julie pada akhirnya. “Aku cuma pengen cari sarapan di luar aja kok pagi ini, that’s it.”

“Nggak ada hubungannya sama yang semalam?” tanya Ipang lagi dengan lebih lembut. “Kupikir kamu kabur dari aku karena kejadian semalam.”

Lelaki itu beranjak duduk di single sofa yang ada di ruangan milik Julie dan karena tak punya pilihan lain, Julie memilih duduk di kursi kerjanya.

“Yang semalam cuma kecupan, Jules. Kamu nggak perlu kabur sampai ke ujung dunia hanya karena itu.”

Julie memicingkan matanya mendengar bagaimana santainya Ipang saat mengatakan hal tersebut. Yah… kejadian itu bagi laki-laki kayak kamu yang tiap hari ganti perempuan, mungkin bukan hal yang mesti dipikirin.

Julie memilih untuk menyimpan kalimat itu sendiri dan menghela napasnya. “Kamu bisa telepon kalau cuma mau nanya kenapa aku nggak sarapan.”

Julie tahu, harusnya ia tidak memikirkan hal itu sampai sepusing ini. Tapi beribu kali ia mencobanya, beribu kali juga Julie gagal melakukannya.

“Hei, kamu nggak inget siapa yang tadi pagi matiin teleponnya begitu aja?”

Sial, iya juga, maki Julie dalam hatinya.

Sebenarnya Ipang sendiri tak tahu apa yang mendorongnya hingga ia pergi ke A Class, salon milik Julie. Semalam ia langsung naik ke kamarnya setelah kejadian tersebut karena tak ingin melihat raut wajah horor Julie lebih lama lagi.

Apa satu kecupan yang tak disengaja itu sangat menjijikkan bagi Julie?

Pertanyaan itu yang terus terngiang di benak Ipang sampai akhirnya dengan spontan, ia memutuskan untuk pergi ke sini, menemui istrinya yang terlihat seperti tidak menginginkan kehadirannya.

“Jules,” panggil Ipang setelah terdapat jeda beberapa lama. “Apa yang akan kamu lakukan seandainya si brengsek itu dateng lagi ke kamu?”

Julie mengernyit. “Si brengsek? Siapa?”

“Raveno, siapa lagi emangnya?” Ipang memutar kedua bola matanya dengan malas. Kenapa Julie bahkan tidak menganggapnya brengsek? Harusnya Julie langsung sadar siapa yang ia maksud.

“Kalau dia beneran nemuin kamu lagi, kamu mau gimana?”

Keluarga maupun sahabat-sahabatnya tidak ada yang pernah menanyakan hal ini sebelumnya pada Julie.

Maka dari itu Julie terdiam sejenak, tapi hal tersebut malah disalahartikan oleh Ipang yang langsung menerka kalau Julie masih memikirkan Raveno dengan sepenuh hati.

“Aku mau nanya apa kurangnya aku sampai dia berkhianat kayak gitu,” jawab Julie pada akhirnya. “Apa karena Papa yang selalu ragu sama dia? Apa karena aku yang nggak pernah mau tidur sama dia?”

“What?!” Dari sekian banyak dugaan Ipang, Julie yang bertanya seperti itu kepada bajingan tersebut tidak pernah terlintas di benak Ipang. “Kan dia yang ninggalin kamu dan tidur sama perempuan tadi, kenapa kamu jadi nanya kurangnya kamu di mana?”

“Menurutku, kalau ada yang selingkuh, masalahnya bukan cuma di orang yang selingkuh aja. Tapi bisa jadi semua orang punya salah dan perannya masing-masing.”

Ipang menatap Julie dengan tidak percaya. “Semua orang punya kontrol atas nafsunya masing-masing, Jules. Dia emang nggak setia aja makanya bisa tidur sama perempuan lain. Mau kamu nolak dia buat tidur sama kamu atau nggak, harusnya dia nggak ngelakuin itu kalau emang dia menghargai komitmen kalian.”

“Udahlah, Pang. Bisa nggak sih nggak usah bahas ini?” Julie mulai tak suka dengan tatapan tajam Ipang yang seperti menghakiminya. “Lagian orang kayak kamu nggak punya kapasitas untuk ngomongin hal ini.”

“Orang kayak aku?” Kata-kata Julie seakan menyentil Ipang yang langsung berdiri menghampirinya. “Orang kayak aku tuh maksudnya gimana, Jules?”

Saat tatapan mata mereka bertemu, Julie langsung menyesal telah mengatakannya. Tatapan dingin dan tajam yang dulu sebelum ia menikah dengan Ipang sering ia dapatkan, kini kembali lagi.

Akan tetapi, Julie menolak menjadi dirinya yang dulu, yang akan kabur dan diam-diam sakit hati karena tatapan Ipang. Maka dari itu ia memberanikan diri menjawab, “Yang bisa tidur sama siapa aja tanpa status apa-apa.”

“Oh ya, emang aku bisa tidur sama siapa aja yang aku mau tanpa perlu pacaran, Jules.” Ipang mendengus. “Tapi setidaknya bukan aku yang ninggalin kamu di hari pernikahan. Ingat, Jules, pada akhirnya aku yang nikahin kamu.”

“Kamu nikahin aku juga bukan karena keinginan sukarela, tapi supaya nggak diketawain papamu kan?” tanya Julie balik. “Aku tahu dari Suri, kamu nggak mau diketawain papamu yang meragukan lelaki kayak kamu… bisa setia sama satu orang aja di dalam sebuah pernikahan. Makanya kamu nggak mau pernikahan hari itu batal.”

Kedua tangan Ipang mengepal erat saat Julie memaparkan fakta yang selama ini ia sembunyikan. Suri memang tahu sedikit dari banyaknya alasan yang mendukung keputusan impulsif Ipang untuk mengajak Julie menikah.

Tapi ia tidak menyangka kalau Julie akan tahu secepat ini.

“Mendingan kamu sekarang pergi deh,” usir Julie yang beranjak dari kursinya untuk membukakan pintu, mempersilakan Ipang keluar dari ruangannya. “Aku sibuk.”

Ipang mendecakkan lidahnya. “Jules—”

“Kayaknya kita mending urusin hidup kita sendiri-sendiri aja, kayak kita yang tidur di kamar terpisah,” tegas Julie lagi. “Makasih juga udah bantuin aku ngusir Kina meskipun sebenernya aku bisa urus dia sendiri. Lain kali kamu nggak perlu jadi kayak pahlawan kesiangan, Pang.”

***

“Biasanya orang yang dateng ke klub itu cuma karena dua tujuan, mau bersenang-senang atau mau melampiaskan amarah.”

“Terus?”

“Kamu pasti dateng ke sini karena alasan kedua.”

Ipang mendengus mendengar tebakan sahabatnya, Ksatria, yang terdengar sok tahu tapi memang itulah faktanya. Jadi yang ia lakukan adalah menelusuri bibir gelas dengan jemarinya seraya memutar ulang percakapannya dengan Julie siang tadi.

Malam ini Ipang tidak ingin langsung pulang ke rumah. Entah ketika mobilnya keluar dari kawasan gedung kantornya, Ipang malah mengemudikan mobilnya menuju The Clouds, klub malam milik sahabatnya yang memang sudah biasa ia sambangi.

“Julie tahu kamu ke sini?” Ksatria seperti tidak ingin membiarkan Ipang memiliki waktu sendirian untuk berpikir.

“Nggak,” jawab Ipang singkat.

Ksatria menggeleng, lalu tangannya mengambil ponsel dari saku kemejanya dan mengirim pesan pada seseorang yang baru saja ia tanyakan.

Ksatria memang meminta nomor telepon Julie di hari pernikahan Ipang dengannya, untung saja perempuan itu memberikannya tanpa banyak tanya.

“Apa kamu kepikiran mau cerai dari Julie?”

“Kenapa semua orang berpikir kalau aku bakal cerai sama Julie?” Ipang bertanya balik dengan kesal.

“Emangnya kamu cinta sama dia?”

Tak mau kalah, lagi-lagi Ipang malah menjawab pertanyaan Ksatria dengan pertanyaan. “Tua bangka itu juga nikah sama tiga istrinya yang sekarang tapi masih ngaku cuma cinta sama mamaku.”

“Katanya kamu nggak mau jadi papamu, tapi kelakuanmu juga nggak beda jauh sama dia ternyata,” cibir Ksatria.

Ipang memutuskan untuk tidak memedulikan kata-kata Ksatria dan kembali menenggak minumannya. Jangankan menjawab pertanyaan Ksatria, pertanyaannya untuk dirinya sendiri pun belum terjawab.

Kenapa ia peduli tentang apa yang dirasakan Julie terhadap Raveno? Padahal Ipang jugalah yang memberi batasan dengan menyuruh Julie tidur di kamar tamu.

Kenapa Ipang tidak menyesal karena kecupan tak disengaja kemarin? Padahal alasannya menikahi Julie hanya agar keluarganya tidak malu dan ia tidak ditertawakan ayahnya—yang selalu ragu kalau seorang lelaki yang senang dipuja banyak perempuan itu bisa terikat hanya dengan satu perempuan.

“Hai, Ipang.” Sapaan bernada seduktif itu membuyarkan lamunan Ipang. Di bar stool yang bersebelahan dengannya, seorang perempuan duduk dan menatapnya dengan penuh minat.

Kalau biasanya ia dan sahabat-sahabatnya menetap di ruang VIP, kali ini karena datang tak direncanakan Ipang memilih untuk berdiam diri di area bar dengan Ksatria. Siapa sangka hal ini ternyata menarik minat banyak perempuan di sekitarnya dan salah satunya kini mulai beraksi.

“Hai,” sapa Ipang dengan satu alis terangkat ketika mengamati penampilan perempuan di sisi kanannya ini, ia mengenakan tube dress ketat yang membalut tubuhnya dengan sempurna dan membiarkan rambutnya yang tergerai menutupi bahu kirinya.

“Tumben nggak di atas,” komentar perempuan itu sambil melirik ke arah tangga yang mengarah ke lantai dua, di mana ruang VIP berada. “Jarang kayaknya aku nemuin kamu di sini.”

Satu tangan perempuan itu menyentuh bahu Ipang dengan lembut dan Ipang bersumpah ia mendengar Ksatria berdecak di sebelah kirinya.

Baru saja Ipang akan bertanya apakah mereka pernah bertemu sebelumnya, ketika tanpa sengaja matanya menangkap seseorang yang juga tengah menatapnya.

Ipang mencoba menggali ingatannya, di mana ia pernah menemui lelaki itu. Namun, sebelum ia berhasil mengingatnya, lelaki itu memutus kontak mata mereka karena pasangannya tengah mengajaknya mengobrol.

Ipang pun menoleh pada Ksatria, yang notabene setengah harinya berada di The Clouds. “Eh, itu siapa?”

“Yang mana?” Ksatria menaruh gelasnya dan berusaha melihat ke arah yang ditunjuk Ipang.

“Yang pakai kemeja nggak dikancing.”

Ksatria berdecak, informasi Ipang benar-benar tidak spesifik dan hanya menyulitkannya. “Yang rambutnya gondrong?”

“Bukan—sialan!”

Ksatria kaget bukan main saat Ipang mengumpat keras-keras. Lelaki itu bahkan langsung menepis tangan si perempuan tube dress tersebut dengan kasar dan segera meninggalkan bar stool-nya.

“Woy, mau ke mana, Pang?!” panggil Ksatria yang sama sekali tidak digubris oleh Ipang.

Di sisi lain, Ipang mengepalkan tangannya erat-erat sembari membelah kerumunan. Panjang umur sekali si brengsek itu. Baru tadi siang ia meributkannya dengan Julie, sekarang lelaki itu malah muncul dengan sendirinya di depan hidung Ipang.

Ketika sudah dekat dengan meja yang ia tuju, Ipang berseru keras, “Heh, bajingan!”

Dua lelaki dan tiga perempuan di meja itu dengan spontan menoleh kepada Ipang. Ipang tidak membuang waktu dan langsung menarik kerah kaos yang dikenakan Raveno di balik kemejanya.

“Masih hidup rupanya?” tanya Ipang dengan sinis. “Kirain udah ke akhirat makanya nggak muncul dua minggu yang lalu.”

Raut wajah Raveno langsung memucat saat Ipang mengenalinya. Sejak tadi tatapannya tak sengaja jatuh pada Ipang, Raveno langsung mengenalinya sebagai lelaki yang menggantikan posisinya sebagai suami Julie.

Pernikahan keduanya yang seperti merger dadakan tersebut ramai dibicarakan orang-orang di media sosial—dari sanalah Raveno tahu siapa yang menikahi kekasihnya, Julie.

Ia pikir Ipang tidak akan mengenalinya meskipun ia sudah merasa resah sejak tadi, siapa sangka lelaki itu kini hampir mengangkat tubuhnya hanya dengan mencengkeram kerah kaosnya.

“Lepas,” desis Raveno yang berusaha mempertahankan sisa harga dirinya di hadapan Ipang.

“Oke.”

Dengan mudah, Ipang melepas cengkeramannya hingga Raveno terhuyung ke belakang. Tapi sebelum ia bernapas lega, Ipang lebih dulu maju dan meninju wajahnya tiga kali dengan sangat cepat.

Pengunjung The Clouds di sekitar mereka sontak berseru kaget melihat hal tersebut. Tapi tidak ada yang berani menarik Ipang menjauh dari Raveno, apalagi ketika ia menarik Raveno agar kembali berdiri untuk ia hajar lagi wajah dan perutnya.

Sayup-sayup Ipang masih bisa mendengar Ksatria dan penjaga The Clouds memanggil namanya. Tapi ia seperti ditulikan dari semua panggilan itu dan menjadikan Raveno sebagai samsak pelampiasan emosinya yang tengah tak menentu.

Raveno berusaha melawan, tapi ia tidak pernah benar-benar menghajar seseorang atau melindungi dirinya sendiri, sehingga yang ia lakukan adalah kesia-siaan.

“Ipang!”

Satu panggilan itu membuat Ipang menghentikan tinjunya yang kesekian ke perut Raveno. Ada tangan yang menarik lengannya hingga membuat ia menoleh.

Untuk mendapati Julie yang napasnya tak beraturan tengah menatapnya dengan horor.

Tatapan itu lagi…. Ipang tidak suka dengan tatapan yang entah Julie sadar atau tidak, selalu ia berikan jika mereka berada di ruang yang sama—sejak mereka SMA.

“Berhenti! Kamu kerasukan atau gimana sih?” bentak Julie yang berusaha mengalahkan suara musik. “Lepasin dia sekarang!”

“Mantan calon suami kamu ini?” Ipang bertanya dengan dingin. Sekilas, ia melihat memar di wajah Raveno tercetak dengan jelas dan darah mulai menetes dari sudut bibirnya yang robek.

“Iya, lepasin dia.”

“Setelah apa yang dia lakuin ke kamu, kamu minta aku lepasin bajingan ini?” Tawa mengejek keluar begitu saja dari mulutnya. “Jules, aku nggak nyangka kamu sebodoh ini.”

Kata-kata Ipang membuat mata Julie memanas. Apa mencegah Ipang membunuh seseorang adalah tindakan bodoh? Hanya karena lelaki itu mantan calon suaminya?

Saat tadi hampir tiba di The Clouds karena diberi tahu Ksatria (yang membujuknya dengan memelas untuk menjemput Ipang), Ksatria kembali meneleponnya dan mengatakan kalau Ipang tengah menghajar seseorang.

Julie tentu saja panik dan lebih tak menyangka lagi kalau yang dihajar hingga hampir pingsan itu adalah Raveno.

Lelaki yang meninggalkan Julie di hari pernikahannya.

“Kalau aku bodoh, berarti kamu nggak ada bedanya,” balas Julie tak terima. “Bukan kamu yang ditinggal sama dia waktu itu, tapi kamu yang mungkin bisa aja masuk penjara setelah hajar dia begitu.”

“Terus mau kamu apa?” balas Ipang dengan nada yang tak kalah tingginya.

“Lepasin Raveno sekarang juga!”

Ipang tersenyum sinis, lalu dengan entengnya melepaskan cengkeramannya pada Raveno hingga lelaki itu kini tersungkur ke lantai sambil terbatuk-batuk.

Teman-teman Raveno langsung mengerubunginya, di antara mereka tak ada yang bisa bela diri dan lebih dulu takut dengan perawakan Ipang yang tinggi besar juga berotot tersebut.

“Sekarang kamu udah ketemu dia kan? Tanya sama dia, kenapa dia ninggalin kamu di hari itu?” seru Ipang dengan marah.

Julie langsung melotot marah. “Ipang!”

“Kamu dari tadi belain dia, Jules. Sadar nggak sih?” sindir Ipang terang-terangan. “Apa kamu belain dia karena mau balikan sama dia? Jadi siapa yang kamu mau sekarang, dia yang ninggalin kamu atau aku yang nikahin kamu?”

***

Apa yang lebih dingin dari AC mobil Bentley Bentayga di mana mereka duduk bersisian dengan jarak yang cukup jauh?

Keheningan yang menyiksa.

“Gimana ceritanya kamu bisa sampai ke The Clouds?” Akhirnya Ipang tak tahan dan dialah yang memecah keheningan di antara mereka.

Di kursi pengemudi, pegawai kepercayaan The Clouds yang biasa jadi sopir dadakan untuk Ipang dan sahabatnya kalau sedang mabuk, berusaha menutup telinga atas percakapan di belakangnya.

"Mas Ksatria telepon aku.”

Ipang mendengus geli mendengar bagaimana Julie memanggil Ksatria dengan embel-embel ‘Mas’ sedangkan ia hanya dipanggil dengan nama. Lelaki itu lupa kalau saat mereka bertemu di masa sekolah, ialah yang menyuruh Julie memanggilnya hanya dengan nama.

“Bilang apa dia?”

“Katanya kamu mabuk dan perlu dijemput.” Julie melirik lelaki yang mengenakan seragam The Clouds di kursi pengemudi. “Tapi harusnya aku nggak perlu khawatir, kamu bisa pulang sendiri.”

Lagi-lagi dengusan Ipang menjadi responsnya atas ucapan Julie. Lelaki itu melirik istrinya yang duduk merapat ke pintu mobil, memberi jarak lebih dari tiga puluh senti di antara mereka.

Kenapa juga ketika Ipang ditinggalkan Priska, ia malah dipertemukan oleh Julie yang merupakan sahabat adiknya sekaligus perempuan yang memusuhinya?

Mungkin kalau perempuan lain yang akhirnya ia nikahi, ia tidak akan kebingungan seperti ini.

“Harusnya tadi kamu nggak usah sok bersikap pahlawan untuk bajingan itu,” ungkap Ipang yang sudah tak bisa menahan diri hingga mereka sampai di rumah. “Abang-abangmu pasti setuju sama apa yang kulakukan.”

“Nggak usah bawa Bang Janu dan Bang Septa untuk jadi pembenaran kamu.”

“Aku udah kepalang janji sama Bang Janu dan Septa, kalau suatu hari nanti ketemu sama si brengsek itu, aku nggak akan ragu buat ngehajar dia. Coba kamu tanya sendiri aja ke mereka,” balas Ipang tak mau kalah, yang sedetik kemudian merasa menyesal karena kini ia berubah menjadi kekanak-kanakan.

Ipang memang sudah berjanji kepada dua kakak lelaki Julie tanpa perempuan itu ketahui. Tapi di luar itu, Ipang tak tahu harus bersikap bagaimana terhadap Julie.

Awalnya ia ingin menjaga jarak dengannya—seperti apa yang sudah menjadi kebiasaan mereka selama ini. Tapi ketika Ipang mengetahui kalau Julie masih mencari dan bahkan membela Raveno, sesuatu di dalam diri Ipang jelas-jelas memberontak.

Ipang tidak pernah berpikir untuk menanyakan Priska apa yang salah dengannya hingga perempuan itu meninggalkannya.

Maka dari itu ia terkejut karena Julie bahkan berpikir adalah kesalahannya karena tidak tidur dengan Raveno, sehingga lelaki itu meniduri sahabatnya sendiri.

Ipang jadi tak tahu kewarasan siapa yang harus ia pertanyakan—kewarasannya atau kewarasan Julie.

“Kamu harus belajar kalau dunia ini nggak hanya berputar di sekitar kamu. Nggak semua orang harus punya pemikiran yang sama dan paham sama apa yang kamu pikirin,” oceh Julie yang masih sangat kesal kepada Ipang.

“Aku tahu kamu terbiasa dikelilingin perempuan, makanya kamu bertindak berlebihan dengan mempertanyakan siapa yang aku pilih.” Julie mencebik ketika ia melirik Ipang sekilas dan ternyata lelaki itu juga tengah meliriknya. “Hanya karena aku nggak menangis terharu ketika kamu ngehajar Raveno, kamu nggak seharusnya sensitif begini kayak aku kalau lagi PMS. Kayaknya kepalamu perlu didinginkan pakai es batu.”

“Kepalamu juga perlu dikasih sesuatu yang panas, Jules,” balas Ipang. “Supaya kebodohanmu karena masih belain laki-laki itu segera mencair.”

Julie sudah lelah sejak pagi menghindari Ipang dan bertemu dengan Kina di siang harinya. Jadi ketika akhirnya di malam hari ia masih harus bertengkar dengan Ipang, satu-satunya hal yang ingin Julie lakukan adalah mengunci dirinya di kamar untuk menenangkan diri.

“Jadi kamu beneran masih cinta sama dia?”

“Bukan urusan kamu,” tampik Julie dengan malas.

“Jelas-jelas itu urusanku, Jules. Kamu sekarang istriku.”

Dengan cepat Julie langsung menoleh pada Ipang yang tengah menatapnya dengan sengit. “Oh, jadi sekarang beneran dianggap istri? Wow, prestasi baru buatku.”

“Nggak usah sarkastis, Jules,” geram Ipang tak suka.

“Nggak usah sok ngatur. Rasanya aku lebih suka kita kayak seminggu pertama setelah kita menikah.”

Keduanya tak menyadari kalau sopir di kursi pengemudi tersebut sedang berdoa supaya mereka segera sampai di tujuan. Lelaki itu sudah mengenal Ipang sejak tiga tahun yang lalu bekerja di The Clouds dan rasanya tak nyaman menyaksikan pertengkaran suami-istri dari orang yang ia kenal tersebut.

Kepala Ipang pusing, tangannya juga lebam setelah menghajar Raveno habis-habisan. Tapi ocehan Julie yang terus terulang di kepalanya seperti kaset rusak membuat Ipang benar-benar kesal.

Ketika akhirnya mereka tiba di rumahnya, Ipang memberi ongkos untuk sopir dadakannya tersebut lalu buru-buru berpamitan karena Julie sudah lebih dulu meninggalkannya.

“Jules, kita harus ngomong dulu!” panggil Ipang begitu ia masuk ke rumah.

Julie tidak mendengarkannya, ia terus melangkah menaiki undakan anak tangga dan membuat Ipang mau tidak mau menyusulnya.

Ketika Julie hampir membuka pintu kamarnya, Ipang sudah lebih dulu mencengkeram pergelangan tangan Julie.

“Jules.”

“Bisa besok nggak?” Julie merespons dengan malas-malasan.

Aroma alkohol dan rokok yang melekat di tubuh Ipang membuat Julie semakin malas berlama-lama dengannya. “Besok, Pang, besok kita ngomong.”

“Sekarang,” tandas Ipang tak mau terima penolakan.

“Oke! Sekarang mau ngomong apa?” Julie menepis tangan Ipang dari pergelangan tangannya dan menatap Ipang dengan tajam, menantang lelaki itu untuk mengatakan apa pun yang ingin mereka bicarakan.

“Kamu inget kan kalau kita udah nikah?”

“Aku belum kebentur sesuatu sampai aku amnesia.”

Lelaki yang pakaiannya sudah kusut tersebut menggertakkan giginya. “Kalau gitu aku minta supaya kamu nggak akan temuin laki-laki itu lagi.”

“Jadi kamu sekarang gunain titel kamu sebagai suamiku untuk hal itu?” balas Julie dengan retoris. “Kalau gitu aku minta kesetiaan kamu, bisa?”

Semua orang tahu, Ipang dan kata setia tidak pernah ada di satu kalimat yang sama. Julie sengaja meminta hal yang mustahil tersebut, karena sejak mereka remaja, Julie jadi saksi bagaimana Ipang menjalin hubungan hanya atas dasar bersenang-senang.

Begitu Ipang bosan, maka ia akan mendepak perempuan yang menjadi kekasihnya, lalu mencari lagi yang baru. Rasanya seperti melihat seorang anak lelaki yang cepat bosan dengan mainannya.

“Bisa.”

Ipang menjawab dengan lugas dan tentu saja hal itu di luar dugaan Julie. Julie baru mau menyuruhnya untuk tidak berbohong, ketika pinggangnya ditarik hingga tubuhnya menabrak Ipang.

Lelaki itu menunduk dan menyegel janjinya dengan sebuah ciuman. Ciuman ini jelas berbeda dengan apa yang terjadi kemarin, karena bahkan yang terjadi kemarin terhitung hanya sebagai sebuah kecupan.

Bibir mereka bersentuhan lebih dari sepuluh detik dan Ipang bergerak terlebih dahulu untuk melumat bibir Julie yang sedari tadi terus mengoceh memarahinya.

Oh, jadi begini rasanya bibir Julie....

Related chapters

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   BAB 8 - Aku Berjanji untuk Setia Hanya Kepada Kamu

    Andai Ipang yang kini tengah memejamkan matanya melihat respons Julie, pasti ia akan langsung menyudahi ciuman tersebut. Julie tidak bisa untuk tidak melotot ketika menyadari ciuman ini bukanlah mimpi.Julie berusaha mendorong bahu Ipang, tapi tekanan dari tangan yang melingkari pinggangnya membuat apa yang ia lakukan jadi sia-sia.Ketika Ipang menjauh dari wajah Julie, yang ia terima bukan senyuman seperti apa yang biasa ia dapatkan ketika mencium perempuan lain.Melainkan sebuah tamparan yang sangat keras di pipi kirinya.“Jules!”“Dasar gila!”Hanya Julie Reena Rayadinata yang meneriaki Ipang sebagai orang gila setelah dicium olehnya, lalu buru-buru masuk ke kamar sambil membanting pintu di depan hidung lelaki tersebut.***Kalau saja hari ini adalah hari ulang tahun Julie, maka yang akan Julie minta sebagai kado adalah one way ticketke New Zealand.Setelah itu ia akan langsung terbang ke New Zealand tanpa peduli untuk membeli tiket pulang. Alasannya jelas, karena siapa lagi kalau

    Last Updated : 2024-04-25
  • Terpaksa Menikahi Musuhku   BAB 9 - He’s So Tall and Handsome as Hell

    “Emangnya laki-laki yang udah tidur sama banyak perempuan, beneran bisa tobat?”“Hah? Gimana, Bu?”Julie langsung gelagapan saat menyadari ia masih berada di ruang meeting dengan staf marketing dan PRsalonnya, ketika melontarkan pertanyaan tersebut dengan lantang.“Nggak, nggak,” sergah Julie buru-buru. “Itu keinget plot drama yang saya tonton di Viu. Silakan dilanjut.”Kelima pegawai A Class tersebut hanya mengangguk, meskipun dalam hati bertanya-tanya apakah yang dimaksud Julie tadi adalah suaminya yang tampan tersebut.Tapi daripada cari gara-gara di tengah rapat, mereka memutuskan kembali membahas materi rapat hari ini. Rapat itu berlangsung hingga satu jam kemudian sebelum akhirnya ditutup oleh Julie.Julie jadi orang terakhir yang keluar dari ruang meeting di lantai empat tersebut. Sembari keluar dan kembali ke ruangannya di lantai tiga, ia mengecek ponselnya yang selama rapat tadi terus bergetar.Ipang Kakaknya Suri: Jules, di mana? Kok nggak sarapan?Ipang Kakaknya Suri: Hari

    Last Updated : 2024-04-28
  • Terpaksa Menikahi Musuhku   BAB 10 - Every Word That I Say is Coming Straight from The Heart

    Permaisuri Manja: Mas, udah sampai di A Class? Beliin pesananku sama Julie kan?Permaisuri Manja: Awas ya kalau nggak beliin makanan punyaku. Kan aku yang ngasih kesempatan Mas buat mepet ke Julie! Satu jam lagi aku sampa.“Dimakan, Jules,” kata Ipang sambil mengetik ‘Y’ sebagai jawaban untuk kedua pesan dari adiknya, Suri. “Aku beli buat dimakan, bukan buat diliatin.”Saat ini mereka berada di balkon A Class yang ada di lantai empat dan menghadap ke belakang bangunan salon tersebut.Balkon tersebut memang kerap kali jadi tempat pegawai A Class bersantai sejenak atau bahkan makan siang, karena cukup luas dan Julie sengaja menambahkan meja serta kursi santai supaya lebih nyaman.“Oke….” Julie mengambil garpunya dan mulai memakan kue favoritnya tersebut. Julie terpaksa membawa Ipang ke balkon karena pengunjung salon mulai heboh sendiri sembari memperhatikan Ipang secara terang-terangan.Menurut Julie, hal itu mengganggu produktivitas pegawainya dan membuat situasi jadi tidak kondusif. U

    Last Updated : 2024-04-28
  • Terpaksa Menikahi Musuhku   BAB 11 - Nothing Lasts Forever but This is Getting Good Now

    “Ini pertama kalinya kita ke rumahku,” komentar Julie begitu mereka turun dari Bentley Ipang.“Iya juga ya,” balas Ipang.Lelaki itu membuka pintu bagian belakang mobilnya dan mengeluarkan dua tote bag besar berisi cake dan pizzakesukaan keluarga Julie yang tadi mereka beli dulu di BEAU Bakery Cikajang.“Mau kubantu?” tanya Julie ketika melihat Ipang membawa dua tote bag besar tersebut.Sejak insiden rambut Ipang minggu lalu, hubungan Ipang dan Julie jadi agak lebih mencair dan mulai membaik. Ipang mengatakan pada Julie kalau mereka harus agak lebih rajin bertemu supaya hubungan mereka setidaknya bisa akrab terlebih dahulu.Kalau belum bisa semesra B

    Last Updated : 2024-04-29
  • Terpaksa Menikahi Musuhku   BAB 12 - I’m a Bad Liar

    “Kalian nginep aja di sini ya. Kan belum pernah juga nginep di rumah ini.”“M-Ma?” Kalau tak ada Ipang dan kakak-kakaknya, mungkin Julie sudah mengguncang tangan ibunya sambil merengek. “Nginep?”“Iya, kan besok masih hari libur, Jules,” kata ibunya lagi. Perempuan paruh baya itu pun menoleh kepada Ipang. “Ipang, besok ada acara?”Ipang tidak melihat isyarat yang diberikan Julie, maka dari itu ia menggeleng. “Nggak ada kok, Ma.”“Nah, ya udah, nginep di sini aja,” pinta ibu Julie sekali lagi. “Jules, kamu besok kerja? Berangkat dari sini aja, kan lebih deket juga kalau ke arah A Class.”Julie ganti menatap Ipang yang terlihat

    Last Updated : 2024-04-29
  • Terpaksa Menikahi Musuhku   BAB 13 - Keheningan Ini Membunuhku

    “Morning, little girl.”“Little girl?” Julie mengernyit tak percaya mendengar bagaimana Ipang memanggil namanya. “Namaku Julie.”“Julie si anak kecil,” ledek Ipang. Lelaki itu tengah berbaring miring menghadap Julie dan kepalanya bertumpu pada telapak tangan kanannya.“Kok ada ya orang yang baru bangun tidur udah nyari keributan,” gumam Julie sambil menendang selimutnya dan saat itulah ia baru sadar kalau dirinya terbangun dengan menghadap ke arah Ipang.“Kamu sadar nggak sih kalau kamu kayak ngigo waktu lagi tidur?” Rupanya Ipang tak puas kalau menjahili Julie hanya sampai di situ. “Kayak orang lagi makan.”“Masa?”“I

    Last Updated : 2024-04-29
  • Terpaksa Menikahi Musuhku   BAB 14 - Apa Aku Sebajingan Itu di Matamu?

    “Cieee, dianter sama Mas Ipang.”Julie langsung melotot mendengar seruan Suri yang tak tahu tempat dan waktu. Pegawai A Class lainnya di lantai dua tersebut langsung senyum-senyum sendiri mendengar ucapan sahabat atasan mereka itu.“Suriii,” desis Julie dengan sebal. Ia buru-buru menarik lengan Suri dan menyeretnya ke ruangannya. “Berisik deh ah. Lagian kamu tahu dari mana sih?”“Dari Dewi. Anak-anak di bawah lagi seru ngomongin Bu Julie yang dianter Pak Suami.”Julie mencibir dan membuka kulkas kecilnya di sudut ruangan. Ia menyerahkan sekaleng Coca Cola kepada Suri yang datang mendadak seperti biasanya.“Cuma dianter doang kenapa pada heboh sih?”“Mereka bandin

    Last Updated : 2024-04-29
  • Terpaksa Menikahi Musuhku   BAB 15 - Ketika Aku Tidak Ada di Sisimu

    “Mas Ipang pergi ke mana sih emangnya, Jules?”“Ke… aku lupa nama daerahnya, pokoknya agak pelosok.” Julie menjawab sekenanya.Suri sendiri langsung mengamati perubahan ekspresi Julie, tapi ia tidak berkomentar apa pun. “Emang ngapain sih?”“Katanya sih cari material baru buat produknya.” Setidaknya itulah yang Julie dengar dari ART-nya.Tanpa diketahui Suri, hari ini tepat sehari setelah pertengkaran Ipang dan Julie di mobil mengenai Raveno. Malam itu rasanya perjalanan pulang ke rumah terasa lama dan menyesakkan.Begitu sampai di rumah, Julie turun duluan dan mengurung diri di kamar sampai siang, untuk mendapati Ipang telah pergi dan menitip pesan pada ART-nya kalau ia akan

    Last Updated : 2024-04-29

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   [EXTRA] Keluarga Bahagia yang Dulu Selalu Ipang Impikan

    "Kamu siap-siap dulu aja, Babe. Biar anak-anak aku yang urus," kata Ipang kepada Julie yang tengah menggendong Retta, anak ketiga mereka. Lelaki itu baru saja selesai membantu Taka berpakaian."Nggak repot kalau kamu yang urus anak-anak sendirian?"Berbeda dengan Julie yang meragu, Retta di gendongan Julie tampak bertepuk tangan tidak sabaran untuk berpindah ke gendongan sang ayah.Anak ketiga mereka yang menggemaskan itu terlahir sempurna, seorang anak perempuan yang lahir di bulan Maret dan diberi nama Diajeng Maretta Ailendra. Sama halnya dengan Raras, Retta bisa dibilang lumayan manja dengan Ipang."Nggak." Ipang menggeleng dengan yakin. "Kan udah pada mandi sama ganti pakaian."

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   [EXTRA] Harapan Ipang

    “Pa, nanti Mas bisa main mobil-mobilan sama adek di perut Mama?”“Bisaaa.” Ipang mengangguk dengan yakin. “Mas bisa ajak Adek main mobil-mobilan atau boneka-bonekaan kayak pas main sama Raras.”“Asyiiik! Nggak sabar! Nggak sabar!”Suri yang sedang menemani dua keponakannya itu ikut bertepuk tangan senang dengan Taka, sementara Raras yang ada di pangkuan Ipang juga ikut tertawa saja. Meskipun baik Ipang maupun Suri yakin kalau Raras belum mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.Siang itu Ipang dan Suri duduk-duduk santai di ruang keluarga kediaman Ipang. Julie sedang tidur siang dan Ipang berinisiatif mengajak anak-anaknya bermain, supaya istrinya bisa beri

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   [EXTRA] Fase yang Berbeda

    Pangeran Biyas Ailendra: Bro.Badai Tanaka: Apa?Narayata Darmawangsa: ???Kalu Rakai Parvaiz: Apaan? @Pangeran Biyas AilendraKsatria Auriga Abimayu: Kalau ngomongnya tanggung-tanggung, nanti pantatnya kelap-kelip.Yogaswara Hemachandra: Apaan? Mau ngutang makanya lama ngetiknya? @Pangeran Biyas AilendraPangeran Biyas Ailendra: @Yogaswara Hemachandra SialanPangeran Biyas Ailendra: Aku

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   [EXTRA] Kecurigaan Candy

    “Kamu yakin bisa ngehabisin semua ini?”Julie melirik sinis Candy yang barusan menanyakan pertanyaan sensitif untuknya—yah, setidaknya sensitif untuk Julie belakangan ini.Kenapa sih belakangan ini banyak yang sering nanya aku bisa habisin makananku atau nggak?!Candy segera menyadari kesalahannya. “Iya, iya, ampun,” katanya dengan cepat. “Aku cuma takut kamu kekenyangan dan nggak habis, terus nanti jadi sedih karena ngerasa buang-buang makanan.”Kunyahan Julie memelan dan bibirnya mengerucut sebal. “Bener sih kata kamu,” sahut Julie. “Tapiii, kali ini aku beneran yakin bisa ngehabisin makanan i

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   [EXTRA] Harapan yang Mungkin Bisa Disemai

    Ipang menatap anak-anaknya yang sedang bermain dengan mertuanya. Tatapannya melembut dan senyum selalu terpatri di wajahnya. Siapa pun yang melihat Ipang saat ini, bisa langsung tahu kalau lelaki itu sangat menyayangi keluarganya.“Senyum-senyum mulu,” komentar Janu yang baru saja duduk di sebelah Ipang. “Lagi mikir mau nambah anak ya?”Ledekan itu kerap kali didengar oleh Ipang dari mulut kakak iparnya, sejak sebelum Raras lahir. Saat itu, usia kandungan Julie sudah tujuh bulan dan mereka sedang berkumpul di kediaman ayah mertua Ipang.Selain keluarga Ipang, keluarga Julie memang punya agenda kumpul rutin yang masih terlaksana hingga kini.

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   [EXTRA] Cinta Pertama yang Mengecewakan

    “Babe.”“Ya, Mas?”“Suri udah punya pacar ya?”Julie menoleh dengan cepat—sangat cepat, hingga ia bsia mendengar tulang lehernya berderak karena gerakannya tersebut.Di sebelahnya, Ipang mengangkat satu alisnya, pertanda bahwa ia benar-benar membutuhkan jawaban atas pertanyaannya barusan.“Kok Mas tiba-tiba nanya begitu?” Julie memilih untuk bertanya balik terlebih dahulu.Di obrolan terakhir Julie dengan Suri, Suri bilang kalau ia belum bertemu atau berkomunikasi lagi dengan lelaki yang namanya belum Julie ketahui itu. Julie ba

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   [EXTRA] Yang Menghilang dari Suri

    “Kayaknya udah lama kita nggak makan siang di sini,” komentar Suri begitu masuk ke ruangan Julie diA Class.Julie terkekeh dan berpikir sebentar, baru kemudian mengangguk. “Iya juga, kita keseringanlunchdi luar atau di rumahku.”“Iya, soalnya masakan di rumahmu selalu enak dan aku suka main sama Taka dan Raras, hehehe.” Suri nyengir saat sadar bahwa salah satu alasan mereka jarang nongkrong diA Classlagi adalah karena keinginannya sendiri.Sejak memiliki anak, Julie belajar untuk membagi waktunya antara pekerjaan dan keluarganya.Kini Julie tidak lagi se-workaholicdulu. Ia mulai memberi keper

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   [EXTRA] Kehangatan yang Selalu Diidamkan Ipang

    Waktu berjalan lumayan cepat. Setelah Bagindo akhirnya melunak dan mau mulai membiasakan diri dirawat oleh keluarganya, hari ini Bagindo diizinkan pulang ke rumah.Syukurnya, Bagindo belum membutuhkan operasi. Tapi lelaki paruh baya itu harus mengurangi intensitas pekerjaannya dan harussangatmemperhatikan pola hidupnya.Meski istrinya saat ini ada dua, nyatanya Bagindo selama ini tetap sering sesukanya. Saat Sinna dan Shanine sering menasehati serta mencoba mengatur hal-hal kecil nan penting demi hidupnya, Bagindo lebih sering membangkang.“Percuma punya istri dua tapi nggak ada yang didengerin,” cibir Salwa yang duduk di ruang tengah bersama Bagindo, Sinna, Shanine, dan hamp

  • Terpaksa Menikahi Musuhku   [EXTRA]  Yang Pertama Kalinya untuk Ayah dan Anak Itu

    “Kalian ini apa nggak punya kehidupan? Pulang sana! Ngapain di sini?”“Punya kok,” jawab Ipang. “Tapi aku mau di sini.”“Inget anak dan istrimu, Mas. Masa kamu tinggalin mereka begitu?!"“Mereka ngerti kok kenapa aku ke sini.”“Pulang sana! Besok juga Papa pulang. Ngapain sih kamu sampai nginep di sini berhari-hari?!” Kemudian seolah belum puas mengomeli Ipang, Bagindo beralih pada Raden yang duduk di sebelah Ipang. “Kamu juga pulang sana! Mamamu sama siapa di rumah?”“Sama Mama Salwa dan Mama Sinna. Ada Suri, Nilam, Sultan, dan Gusti juga kok.” Raden menjawab dengan santai. “Justru kalau kami pulang, Papa yang sendirian di sini.”“Ya, terus kenapa?”“Papa yakin mau sendirian?”Julie pernah bilang, katanya lelaki saat sedang sakit bisa dibagi menjadi dua kategori. Ada yang berubah jadi sangat manja sampai-sampai bertingkah seperti anak kecil (Ipang salah satunya) dan ada juga yang berubah jadi sangat galak hingga menyebalkan.Bagindo sepertinya adalah tipe kedua.Kalau dipikir-pikir,

DMCA.com Protection Status