Hallo2... yuk jangan lupa tinggalin jejak ya. Agar authornya makin semangat dan bisa tau ada yang ngebaca cerita ini. Makasih...
Beberapa jam kemudian.Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB.Kini gadis cantik itu sedang berada di dalam kamar, ia sedang kebingungan sendiri saat memilih pakaian yang akan ia kenakan saat makan malam nanti."Haduh, aku gak punya pakaian yang bagus nih!" Cahaya melihat ke arah lemari yang ada di depannya itu. Tadi ia sudah mengbrak-abrik isi lemarinya, untuk mencari gaun yang sesuai dengan keinginannya.Ia juga sudah mengirim beberapa foto baju yang akan menjadi pilihannya kepada Novi. Namun, bukannya membantu, teman baiknya itu malah membuatnya semakin bingung saja. Karena ternyata gadis itu juga ikut merasa kebingungan untuk menentukan gaun yang mana yang akan ia kenakan sekarang.Lalu setelah cukup lama ia berpikir, Akhirnya pilihanya pun jatuh pada gaun tanpa lengan sebatas lutut dengan berhiaskan renda bunga di dadanya yang berwarna putih tulang itu, kini sudah melekat indah di tubuh rampingnya."Aduh, belum make up lagi." Gadis itu melirik ke arah cermin yang memantulkan waja
Revan Maulana Putra, nama pria berdarah campuran sunda dan betawi itu merupakan teman dekat Langit semenjak masa kuliahnya dulu. Sebenarnya pria yang lebih akrab dipanggil dengan nama Revan itu tidak satu angkatan dengan Langit, melainkan ia adalah adik seniornya di kampus.Namun karena hampir setiap hari mereka berada dan bertemu di kampus yang sama, sehingga lambat laun mereka berdua menjadi kawan dekat. Ditambah dengan 1 orang lagi yg merupakan kakak senior satu angkatan di atas mereka berdua yaitu Aditya. Dan akhirnya mereka bertiga menjadi sahabat dekat hingga sampai sekarang.Sebenarnya Revan bukanlah dari kalangan keluarga yang kaya raya seperti Langit dan Aditya. Namun bisa dibilang keluarganya cukup berada dan sederhana.Dulu sebelum ayahnya meninggal, orangtuanya mempunyai beberapa toko sembako yang tersebar di beberapa pasar yang ada di sekitar daerah tempat ia tinggal.Namun, setelah ayahnya mengalami sakit parah, berapa cabang tokonya harus mereka jual untuk biaya pengobat
Thalita langsung dibuat melongo merasa cengoh mendengarnya.Revan tertawa sinis menatap pria itu. "Iya dia adalah tunanganku." Ia kembali menarik tangan Thalita mendekat ke arahnya."E-eh ...." Sehingga membuat Thalita yang masih terbengong itu reflek menabrak tubuhnya.Lalu Revan memeluk pinggangnya dengan sangat erat. Hingga membuatnya tak bisa bergerak sedikit pun."Cih, ternyata kamu udah punya tunangan!" Johan menatap sinis Thalita."E-eh ... e-enggak. Bukan-bukan! Dia bukan tunanganku, kok. Dia bohong!" Dengan sangat panik gadis itu menggelengkan kepalanya."Ih, lepasin! Kamu apa-apaan sih!" bentak Thalita merasa sangat jengkel dengan Revan. Ia berusaha melepaskan tangan laki-laki itu dari pinggangnya."Jika kamu tidak mau berpura-pura menjadi tunanganku, maka jangan salahkan aku jika aku akan mengadukan soal ini pada kakakmu nanti!" Dengan berbisik pria berkemeja putih itu sengaja mengancamnya.Deg!Sehingga membuat gadis muda berambut terurai itu langsung mati kutu. Tak berani
Otomatis Thalita langsung membelalakkan matanya karena syok. Saking kagetnya ia langsung terdiam tak bergerak sedikitpun. Seluruh badannya kini seolah-olah telah membeku seketika.Dug-dug!Dug-dug!Jantung Thalita bertedak dengan sangat kencang dan tak beraturan. Sungguh ia tidak mengira dan tak percaya kalau sahabat dari kakaknya itu kini tengah mencium bibirnya.Sedangkan Revan dengan memejamkan kedua mata, tangannya bergerak menahan tengkuk leher gadis tersebut. Dan ia semakin memperdalam ciumannya, ia terus mengecup bibir kenyal itu dengan sangat lembut dan penuh dengan perasaaan.Sehingga dengan tanpa sadar, membuat Thalita yang semula marah dan ingin menolaknya. Kini malah ikut memejamkan mata mulai terbuai dengan permainannya.Dengan sangat lihay, pria itu terus menikmati bibir manis milik adik perempuan dari sahabatnya ini. Hingga setelah beberapa menit kemudian Thalita pun tersadar. Dengan seketika ia langsung mendorong tubuh laki-laki itu untuk menjauh darinya.Lalu ....Pla
"Hay, Cahaya! Kok, kalian bisa berada di sini, sih?" Thalita langsung berteriak kegirangan saat melihat sahabatnya ataupun kakak iparnya itu sedang bersama dengan kakaknya ada di sana.Otomatis kedua orang yang semula sedang asyik mengobrol itu langsung menoleh ke sumber suara. Dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Thalita dan Revan yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berada."Thalita! Kamu kok, bisa berada di sini?" Sontak Cahaya langsung berdiri dan cipika-cipika dengan gadis tersebut."Revan! ngapain kamu di sini?" Dengan menautkan kedua alis, Langit merasa keheranan melihat pria tersebut bisa berada di tempat ini bersama adiknya."Hai, Bos!" Revan memasang cengir kuda menyapanya. Lalu pria itu beralih menoleh ke arah Cahaya. "Hay, Aya, Apa kabar?" Sembari maju ke depan pria berkemeja putih itu ingin melakukan hal yang sama dengan Thalita yaitu cipika cipiki dengan Cahaya juga.Namun, belum sempat dia melakukannya, suara deheman seseorang pria langsung menghentikannya. D
"Hai, Bro! Begitu amat sih makannya," tegur Revan menepuk pundaknya. Langit hanya mendengus kesal, malas untuk menjawab.Kemudian keempat orang itu melanjutkan makannya dengan tidak tenang. Karena ulah dari kedua orang yang selalu ribut bagai Tom and Jerry itu. Dengan segala tingkah polah mereka sangat mengganggu ketenangannya dalam menikmati makan malamnya ini.Mulai dari berebut makanan, saling mengejek dan mencibir. Dan seolah keduanya tidak bisa untuk akur.Sehingga membuat Cahaya terus tertawa tiada henti melihat keributan itu. Karena menurutnya kedua orang itu terlihat sangat lucu dan konyol. Berbeda dengan Langit yang terlihat sebal dengan kehadiran mereka berdua.Namun tanpa Langit sadari ia pun ikut merasa bahagia ketika melihat Cahaya yang terus tertawa dengan lepasnya."Teruslah tertawa seperti itu, Cahaya. Karena dengan melihatmu tersenyum lepas seperti ini, hatiku terasa sangat nyaman dan damai," ujarnya membatin. Lelaki itu tampak tersenyum melihat ke arah gadis yang ki
Keesokan harinya, di sebuah kafe, terlihat seorang pria yang duduk melamun di salah satu sofa berwarna coklat yang berada di sudut ruangan.Sembari menunggu kedatangan kedua temannya di sana. Laki-laki itu pun tersenyum sedang membayangkan sesosok gadis cantik yang selama beberapa hari ini selalu berada di pikirannya.Hingga tak berapa lama, muncullah sosok pria berkulit sawo matang, dengan rambut yang disisir rapi belah tengah itu datang mendekatinya. Lelaki itu melihatnya yang sedang duduk melamun. Sehingga seperti biasa, dengan jiwa keisengannya yang sudah mendarah daging di tubuhnya itu, lelaki tersebut pasti akan selalu menjahilinya."Woy, bengong aja!" Dengan menepuk bahu, Revan sengaja mengagetkannya.Sehingga membuat pria itu langsung terjingkat kaget dan mendengus kesal menoleh ke arahnya."Hayo loh, kamu lagi mikirin apaan, sih?" tanya Revan penasaran."Ah ... kamu, bikin kaget aja!" "Lagian siang bolong begini kok melamun? Lagi mikirin apaan sih, Lang?" Lelaki yang memakai
"Em ... cewek itu adalah ... siapa ya?" Pria yang masih mempunyai darah keturunan blasteran Belanda itu malah balik bertanya. Dengan iseng ia ingin membuat kedua temannya itu penasaran."Ra-ha-sia," lanjutnya. Dengan senyum mengejek, sengaja lelaki itu tidak mau memberitahukan siapa gadis yang tengah memikat hatinya kini.Sehingga membuat kedua pria yang ada di hadapannya pun langsung mendengus kesal dan mencibirnya. "Dih, malah main rahasia-rahasiaan lagi!" sungut Revan.Sembari membuang nafas kedua orang itu memutar bola mata malas, merasa jengkel dengannya.Sementara Aditya malah tertawa girang merasa sangat senang melihat wajah kesal kedua pria tersebut.Padahal tanpa mereka ketahui kalau gadis yang dimaksud oleh Aditya itu adalah istri dari sahabatnya sendiri yaitu Langit, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Cahaya.Sehingga kedua laki-laki itu pun tak sadar kalau sebenarnya mereka sedang memikirkan wanita yang sama yaitu Cahaya.***Beberapa hari setelah makan malam itu. H