yuk gaes... tolong kasih ulasannya dan bintang 5 nya di depan ya. Terimakasih.
"Em ... cewek itu adalah ... siapa ya?" Pria yang masih mempunyai darah keturunan blasteran Belanda itu malah balik bertanya. Dengan iseng ia ingin membuat kedua temannya itu penasaran."Ra-ha-sia," lanjutnya. Dengan senyum mengejek, sengaja lelaki itu tidak mau memberitahukan siapa gadis yang tengah memikat hatinya kini.Sehingga membuat kedua pria yang ada di hadapannya pun langsung mendengus kesal dan mencibirnya. "Dih, malah main rahasia-rahasiaan lagi!" sungut Revan.Sembari membuang nafas kedua orang itu memutar bola mata malas, merasa jengkel dengannya.Sementara Aditya malah tertawa girang merasa sangat senang melihat wajah kesal kedua pria tersebut.Padahal tanpa mereka ketahui kalau gadis yang dimaksud oleh Aditya itu adalah istri dari sahabatnya sendiri yaitu Langit, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Cahaya.Sehingga kedua laki-laki itu pun tak sadar kalau sebenarnya mereka sedang memikirkan wanita yang sama yaitu Cahaya.***Beberapa hari setelah makan malam itu. H
*Sedikit Ada adegan Dewasa tapi tidak Frontal.Jika tidak suka diskip saja ya....***Cahaya tampak terkejut saat melihat Langit yang tiba-tiba saja membalikan badan menghadapnya."E-eh, Ka-kak Langit mau ngapain?" ucapnya membatin.Sembari tersenyum manis, tangan pria itu mulai mengusap lembut pipi Cahaya. Kemudian ia segera membuka mukenanya. Lalu secara perlahan ia mendekatkan wajahnya dan langsung menyambar bibir ranum yang sedari tadi telah menggodanya.Cahaya yang masih terlihat syok, langsung memejamkan matanya. Dengan sangat kaku dan malu ia membalas ciumannya. Di sela-sela ciumannya Langit tersenyum kecil, karena merasa senang. Walaupun masih terasa kikuk, namun gadis itu tidak menolaknya dan malah berusaha untuk membalasnya. Sehingga membuatnya semakin bersemangat untuk melanjutkan aksinya ini. Dengan terus mengechup dan melumat bibirnya, ia semakin memperdalam ciumannya. Hingga dengan perlahan kecupan itu kini berpindah turun ke arah leher. Meninggalkan beberapa jejak kep
Setelah meeting selesai, Langit dan Revan masih betah berlama-lama berada di dalam ruangan sang CEO. Keduanya masih tampak sibuk terus membahas soal hasil meetingnya tadi.Akan tetapi Revan merasa sidikit terganggu, karena sedari tadi pria yang bersamanya kini malah terlihat asyik sibuk sendiri dengan ponselnya. Sampai-sampai omongannya saja tidak digubris oleh laki-laki itu.Sementara pria berkemeja biru muda itu tampak senyum-senyum sendiri sembari terus melihat ke arah benda pipih berwarna hitam yang ada di tangannya kini. Pria itu sedang sibuk mengirim pesan pada Cahaya.Ting!Suara notifikasi pesan masuk di dalam aplikasi berwarna hijau dan belogo gagang telepon itu, membuatnya dengan tidak sabar langsung membuka pesan tersebut."Kak, sudah makan belum?" ujar Cahaya di dalam pesan.Lalu dengan wajah yang terlihat begitu sumringah, pria itu bergegas membalasnya. "Udah kok, Sayang. Tadi udah dibeliin makanan sama Revan. Kamu udah makan belum? Kalau kamu masih capek nggak usah masak
Degg!"Hah! Aya?Apa aku nggak salah denger?" Sontak Langit langsung menoleh ke arah Aditya. Ia merasa terkejut ketika mendengar pria jangkung itu menyebut nama Aya.Begitu juga Revan yang sama terkejutnya dengan dirinya. Dengan kebingungan ia menoleh ke arah Langit dan Aditya secara bergantian."Apa mungkin akunya saja yang salah dengar? Dan belum tentu yang dia maksud Aya adalah Cahaya, 'kan? Bisa saja nama Aya yang lainnya. Lagi pula mana mungkin Aditya mengenalnya. Ah ... sudahlah! Apaan sih kamu, Langit? Dari tadi mikirin Cahaya mulu, sih! Jadi, kamu nyambungnya langsung ke Cahaya aja." Sembari membatin, CEO muda dari PT Santoso Grup itu terbengong terus menatap ke arah laki-laki yang kini tengah sibuk menelpon."Waalaikumsalam. Ada apa ya, Kak?" jawab Cahaya dalam sambungan teleponnya.Karena semula ia tadi sedang berkirim pesan dengan Langit, sehingga ia mengira kalau orang yang menelponnya ini adalah Langit. Sehingga ketika mendengar suara teleponnya yang berdering, dengan tanpa
Kemudian sembari memegang kedua tangan Cahaya, dengan wajah yang tampak serius pria itu menatapnya dalam. Lalu ia mulai berkata, "Cahaya, mungkin untuk saat ini aku belum bisa mencintaimu dengan sepenuh hati. Tetapi aku akan berusaha untuk selalu membahagiakanmu dan menjagamu. Tolong beri aku waktu untuk menata hatiku untukmu. Kamu mau, 'kan?"Degg!Hati Cahaya langsung bergetar ketika mendengarnya."Jadi, mulai sekarang marilah kita belajar dengan saling menerima dan saling mencintai," lanjutnya lagi.Gadis bergaung pink itu masih tampak tertegun menatapnya. Ia masih merasa syok juga senang dan sekaligus tidak percaya kalau pria yang ada di hadapannya ini akan berkata seperti itu padanya.Karena melihat Cahaya yang masih terdiam seperti patung. Sehingga membuatnya langsung salah tingkah saja."Hehehe ... mungkin aku kurang bisa berkata-kata romantis seperti orang lain. Tetapi itulah yang ingin aku katakan padamu, Ya,"
Setelah selesai mandi, Langit dan Cahaya memutuskan untuk datang berkunjung ke rumah orang tuanya Langit . Kini sepasang suami istri itu sudah berada di rumah keluarga Pak Bagus .Sekarang gadis cantik yang menggunakan dress pendek dibawah lutut itu sedang berada di dapur untuk membantu mama mertuanya memasak untuk makan siangnya nanti. Hingga beberapa menit kemudian makanan pun telah siap.Langit, Thalita dan juga Pak Bagus kini sudah berada di meja makan. Sedangkan Sintya dan Cahaya masih terlihat sibuk menata makanan di atas meja makan. Setelahnya mereka pun turut duduk di kursinya masing-masing."Gimana pekerjaanmu di kantor, Lang? Apakah semua lancar?" tanya Pak Bagus sembari mulai memasukkan makanannya ke dalam mulut."Ya, begitulah, Pah. Alhamdulillah lancar gak ada masalah, kok!" jawab Langit. Lelaki jangkung berkaos putih lengan pendek itu mulai mengunyah makanannya."Lalu kapan kamu mau mengumumkan pernikahan kalian ke pablik, Lang?" sahut Sintya."Iya ya, nanti aku pikirkan
"Ih, si Aya! Jangan bikin aku kesel dan penasaran aja, deh!" Thalita mulai mencebikkan bibir."Hahaha ... duh, adik iparku yang cantik ini jangan ngambek dong!" ujar Cahaya seraya mencolek hidung mancung gadis itu."Tau ah, aku ngambek nih!" Sambil melipat kedua tangannya di depan dada, gadis itu mendengus kesal."Ya udah, daripada kamu ngambek gini. Mending sekarang kita jalan-jalan aja yuk! Ke mana gitu, bosen tahu di rumah terus," celetuk Cahaya."Eh, iya ya benar. Gimana kalau kita ke mall aja yuk sekarang!" Gadis berambut lurus sepunggung itu langsung sumringah mendengar usulan dari Cahaya."Ya udah, ayo kita langsung berangkat aja sekarang! Tapi ... tunggu bentar! Aku mau telepon Kak Langit dulu! Mau kasih tau kalau kita sekarang mau ke mall.""Oke." Thalita pun mengangguk."Dan, gimana kalau kita ajak si Novi juga?" usul Cahaya."Ya, boleh."Kemudian gadis cantik berkuncir kuda itu segera menelpon suaminya untuk memberitahunya dan minta izin kepada pria tersebut. Setelah itu bar
Aditya yang kebetulan sedang berada di mall. Tak sengaja melihat ada keributan terjadi di tengah Mall yang menjadi pusat perhatian banyak orang. "Ada apa ini? Kok orang-orang pada ngumpul di sini?" batinnya.Karena merasa penasaran pria tersebut langsung menerobos di antara orang-orang yang ada di sana."Hah, itu, 'kan Cahaya dan Thalita! Ngapain mereka di sini?" Dengan membelalakan kedua mata, pria itu tampak terkejut melihatnya."Tunggu-tunggu! Sepertinya mereka sedang ribut. Aku harus melerai mereka!" Lalu dengan segera pria itu langsung berlari mendekatinya."Ada apa ini?" Suara bariton seorang laki-laki sontak membuat para gadis itu terkesiap kaget.Dan secara serempak keenam gadis itu langsung menoleh ke arah sumber suara.Dan betapa terkejutnya Cahaya saat melihat ada seorang pria tampan berkemeja hitam sedang berdiri tak jauh dari tempat mereka berada.Lalu sambil membeliakan kedua mata gadis itu langsung terpekik. "Ka-kamu!"Begitu juga dengan Thalita yang tak kalah kagetnya