"Hai, Bro! Begitu amat sih makannya," tegur Revan menepuk pundaknya. Langit hanya mendengus kesal, malas untuk menjawab.Kemudian keempat orang itu melanjutkan makannya dengan tidak tenang. Karena ulah dari kedua orang yang selalu ribut bagai Tom and Jerry itu. Dengan segala tingkah polah mereka sangat mengganggu ketenangannya dalam menikmati makan malamnya ini.Mulai dari berebut makanan, saling mengejek dan mencibir. Dan seolah keduanya tidak bisa untuk akur.Sehingga membuat Cahaya terus tertawa tiada henti melihat keributan itu. Karena menurutnya kedua orang itu terlihat sangat lucu dan konyol. Berbeda dengan Langit yang terlihat sebal dengan kehadiran mereka berdua.Namun tanpa Langit sadari ia pun ikut merasa bahagia ketika melihat Cahaya yang terus tertawa dengan lepasnya."Teruslah tertawa seperti itu, Cahaya. Karena dengan melihatmu tersenyum lepas seperti ini, hatiku terasa sangat nyaman dan damai," ujarnya membatin. Lelaki itu tampak tersenyum melihat ke arah gadis yang ki
Keesokan harinya, di sebuah kafe, terlihat seorang pria yang duduk melamun di salah satu sofa berwarna coklat yang berada di sudut ruangan.Sembari menunggu kedatangan kedua temannya di sana. Laki-laki itu pun tersenyum sedang membayangkan sesosok gadis cantik yang selama beberapa hari ini selalu berada di pikirannya.Hingga tak berapa lama, muncullah sosok pria berkulit sawo matang, dengan rambut yang disisir rapi belah tengah itu datang mendekatinya. Lelaki itu melihatnya yang sedang duduk melamun. Sehingga seperti biasa, dengan jiwa keisengannya yang sudah mendarah daging di tubuhnya itu, lelaki tersebut pasti akan selalu menjahilinya."Woy, bengong aja!" Dengan menepuk bahu, Revan sengaja mengagetkannya.Sehingga membuat pria itu langsung terjingkat kaget dan mendengus kesal menoleh ke arahnya."Hayo loh, kamu lagi mikirin apaan, sih?" tanya Revan penasaran."Ah ... kamu, bikin kaget aja!" "Lagian siang bolong begini kok melamun? Lagi mikirin apaan sih, Lang?" Lelaki yang memakai
"Em ... cewek itu adalah ... siapa ya?" Pria yang masih mempunyai darah keturunan blasteran Belanda itu malah balik bertanya. Dengan iseng ia ingin membuat kedua temannya itu penasaran."Ra-ha-sia," lanjutnya. Dengan senyum mengejek, sengaja lelaki itu tidak mau memberitahukan siapa gadis yang tengah memikat hatinya kini.Sehingga membuat kedua pria yang ada di hadapannya pun langsung mendengus kesal dan mencibirnya. "Dih, malah main rahasia-rahasiaan lagi!" sungut Revan.Sembari membuang nafas kedua orang itu memutar bola mata malas, merasa jengkel dengannya.Sementara Aditya malah tertawa girang merasa sangat senang melihat wajah kesal kedua pria tersebut.Padahal tanpa mereka ketahui kalau gadis yang dimaksud oleh Aditya itu adalah istri dari sahabatnya sendiri yaitu Langit, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Cahaya.Sehingga kedua laki-laki itu pun tak sadar kalau sebenarnya mereka sedang memikirkan wanita yang sama yaitu Cahaya.***Beberapa hari setelah makan malam itu. H
*Sedikit Ada adegan Dewasa tapi tidak Frontal.Jika tidak suka diskip saja ya....***Cahaya tampak terkejut saat melihat Langit yang tiba-tiba saja membalikan badan menghadapnya."E-eh, Ka-kak Langit mau ngapain?" ucapnya membatin.Sembari tersenyum manis, tangan pria itu mulai mengusap lembut pipi Cahaya. Kemudian ia segera membuka mukenanya. Lalu secara perlahan ia mendekatkan wajahnya dan langsung menyambar bibir ranum yang sedari tadi telah menggodanya.Cahaya yang masih terlihat syok, langsung memejamkan matanya. Dengan sangat kaku dan malu ia membalas ciumannya. Di sela-sela ciumannya Langit tersenyum kecil, karena merasa senang. Walaupun masih terasa kikuk, namun gadis itu tidak menolaknya dan malah berusaha untuk membalasnya. Sehingga membuatnya semakin bersemangat untuk melanjutkan aksinya ini. Dengan terus mengechup dan melumat bibirnya, ia semakin memperdalam ciumannya. Hingga dengan perlahan kecupan itu kini berpindah turun ke arah leher. Meninggalkan beberapa jejak kep
Setelah meeting selesai, Langit dan Revan masih betah berlama-lama berada di dalam ruangan sang CEO. Keduanya masih tampak sibuk terus membahas soal hasil meetingnya tadi.Akan tetapi Revan merasa sidikit terganggu, karena sedari tadi pria yang bersamanya kini malah terlihat asyik sibuk sendiri dengan ponselnya. Sampai-sampai omongannya saja tidak digubris oleh laki-laki itu.Sementara pria berkemeja biru muda itu tampak senyum-senyum sendiri sembari terus melihat ke arah benda pipih berwarna hitam yang ada di tangannya kini. Pria itu sedang sibuk mengirim pesan pada Cahaya.Ting!Suara notifikasi pesan masuk di dalam aplikasi berwarna hijau dan belogo gagang telepon itu, membuatnya dengan tidak sabar langsung membuka pesan tersebut."Kak, sudah makan belum?" ujar Cahaya di dalam pesan.Lalu dengan wajah yang terlihat begitu sumringah, pria itu bergegas membalasnya. "Udah kok, Sayang. Tadi udah dibeliin makanan sama Revan. Kamu udah makan belum? Kalau kamu masih capek nggak usah masak
Degg!"Hah! Aya?Apa aku nggak salah denger?" Sontak Langit langsung menoleh ke arah Aditya. Ia merasa terkejut ketika mendengar pria jangkung itu menyebut nama Aya.Begitu juga Revan yang sama terkejutnya dengan dirinya. Dengan kebingungan ia menoleh ke arah Langit dan Aditya secara bergantian."Apa mungkin akunya saja yang salah dengar? Dan belum tentu yang dia maksud Aya adalah Cahaya, 'kan? Bisa saja nama Aya yang lainnya. Lagi pula mana mungkin Aditya mengenalnya. Ah ... sudahlah! Apaan sih kamu, Langit? Dari tadi mikirin Cahaya mulu, sih! Jadi, kamu nyambungnya langsung ke Cahaya aja." Sembari membatin, CEO muda dari PT Santoso Grup itu terbengong terus menatap ke arah laki-laki yang kini tengah sibuk menelpon."Waalaikumsalam. Ada apa ya, Kak?" jawab Cahaya dalam sambungan teleponnya.Karena semula ia tadi sedang berkirim pesan dengan Langit, sehingga ia mengira kalau orang yang menelponnya ini adalah Langit. Sehingga ketika mendengar suara teleponnya yang berdering, dengan tanpa
Kemudian sembari memegang kedua tangan Cahaya, dengan wajah yang tampak serius pria itu menatapnya dalam. Lalu ia mulai berkata, "Cahaya, mungkin untuk saat ini aku belum bisa mencintaimu dengan sepenuh hati. Tetapi aku akan berusaha untuk selalu membahagiakanmu dan menjagamu. Tolong beri aku waktu untuk menata hatiku untukmu. Kamu mau, 'kan?"Degg!Hati Cahaya langsung bergetar ketika mendengarnya."Jadi, mulai sekarang marilah kita belajar dengan saling menerima dan saling mencintai," lanjutnya lagi.Gadis bergaung pink itu masih tampak tertegun menatapnya. Ia masih merasa syok juga senang dan sekaligus tidak percaya kalau pria yang ada di hadapannya ini akan berkata seperti itu padanya.Karena melihat Cahaya yang masih terdiam seperti patung. Sehingga membuatnya langsung salah tingkah saja."Hehehe ... mungkin aku kurang bisa berkata-kata romantis seperti orang lain. Tetapi itulah yang ingin aku katakan padamu, Ya,"
Setelah selesai mandi, Langit dan Cahaya memutuskan untuk datang berkunjung ke rumah orang tuanya Langit . Kini sepasang suami istri itu sudah berada di rumah keluarga Pak Bagus .Sekarang gadis cantik yang menggunakan dress pendek dibawah lutut itu sedang berada di dapur untuk membantu mama mertuanya memasak untuk makan siangnya nanti. Hingga beberapa menit kemudian makanan pun telah siap.Langit, Thalita dan juga Pak Bagus kini sudah berada di meja makan. Sedangkan Sintya dan Cahaya masih terlihat sibuk menata makanan di atas meja makan. Setelahnya mereka pun turut duduk di kursinya masing-masing."Gimana pekerjaanmu di kantor, Lang? Apakah semua lancar?" tanya Pak Bagus sembari mulai memasukkan makanannya ke dalam mulut."Ya, begitulah, Pah. Alhamdulillah lancar gak ada masalah, kok!" jawab Langit. Lelaki jangkung berkaos putih lengan pendek itu mulai mengunyah makanannya."Lalu kapan kamu mau mengumumkan pernikahan kalian ke pablik, Lang?" sahut Sintya."Iya ya, nanti aku pikirkan