"Hay, Yaya! Kita ketemu lagi, nih!" kata seorang pria tampan berkemeja biru dengan lengan yang digulung sebawah siku itu berada di dalam mobil menatap sumringah ke arah Cahaya.Dengan melebarkan bola matanya gadis itu tampak terkejut dan tidak mengira kalau dia akan bertemu lagi dengan laki-laki yang pernah mengantarkannya ke rumah pamannya beberapa hari yang lalu."Ka-kamu?!" Cahaya tampak terdiam. Ia sedang mencoba untuk mengingat siapa nama pria tersebut."Aditya. Masih Ingat kan sama aku, Cantik?" Pria itu memasang senyum manis padanya.Cahaya memutar bola matanya malas mendengar ucapannya yang terkesan sedang mengombal. "Dan namaku adalah Cahaya, Kakak. Bukan Cantik, Ok?" balasnya."Ya-ya, ok-ok. Eh, tapi ini kamu mau ke mana? Biar aku antar, ya? Eit, nggak ada kata penolakan!"Baru saja mulut Cahaya akan mangap untuk menolaknya. Namun, lelaki itu sudah terlebih dahulu menyelanya. Sehingga membuat hanya bisa pasrah dan mendengus kesal saja padanya.Aditya segera turun dari mobil
"Assalamulaikum!" ucap Cahaya seraya membuka pintu apartemen.Sambil mengedarkan pandangan, ia mengamati keadaan di sekitar yang tampak lenggang, sunyi, senyap seperti tak berpenghuni.Lalu ia masuk dan meletakkan semua barang belanjaan di meja dapur. Dengan satu per satu ia mulai memasukan semua bahan makanan itu ke dalam kulkas. Setelah itu selesai, kemudian ia berjalan menuju kamar. Dikarenakan hari sudah sore, ia pun berniat untuk mandi.Ceklikk!Sembari celingukan, gadis itu memasuki kamar yang lagi-lagi tampak kosong melompong tak berpenghuni. Ia tidak melihat keberadaan suaminya di sana. Sehingga membuatnya bertanya dalam hatinya, " Loh, Kak Langit gak ada di sini? Ke mana dia? Oh, aku tau, palingan dia di ruang kerjanya lagi."Tanpa berpikir lama, gadis itu segera masuk ke dalam kamar mandi. Lalu ia pun mulai membersihkan diri di sana.Selang beberapa menit kemudian, Langit memasuki kamar itu juga. Ia tidak tahu kalau ternyata Cahaya sudah pulang dari supermarket. Sehingga ia
Setelah selesai makan lelaki itu langsung masuk ke ruangan kerjanya lagi. Sementara Cahaya membereskan meja makan terlebih dahulu. Lalu setelahnya ia pun langsung masuk ke dalam kamarnya lagi.Kemudian Cahaya merebahkan tubuhnya di atas kasur, dan berniat ingin segera tidur. Namun, ketika ia mulai memenjamkan mata, tiba-tiba saja ia teringat dengan cerita Revan tadi siang.Seketika itu Cahaya langsung kepikiran tentang sosok model cantik mantan kekasih dari suaminya itu. Sejujurnya ia merasa sangat prihatin dengan kisah cinta suaminya itu. Namun di sisi lain ia juga merasa sangat sedih karena pada kenyataannya sang suaminya itu masih belum bisa move on dari mantan terindahnya dulu."Fuhh ...." Cahaya menghela nafasnya dengan berat, mencoba untuk bisa memakluminya. Namun, akan sampai kapan ia harus seperti ini? Apakah suatu saat nanti Langit bisa mencintai dan menerimanya sebagai istri? Ia pun tidak tau. Untuk sekarang ini ia hanya bisa pasrah dan berdoa agar suatu hari suaminya itu
Dengan masih memejamkan mata, lelaki itu terus bergerak mendekati wajahnya. Sehingga membuat wanita itu semakin merasa panik dan kebingungan saja.Lalu seraya mendorong dada bidang milik laki-laki itu, dengan segera ia berniat untuk membangunkan laki-laki tersebut. Namun, baru saja ia akan membuka mulutnya, ia kembali dibuat syok.Deg!"Mmmgh!"Dengan kedua mata yang membelalak lebar, gadis itu merasa sangat kaget ketika tiba-tiba saja bibir Langit kini telah mendarat dengan sempurna di atas bibirnya.Pada awalnya Langit hanya berniat ingin menampelkan bibirnya saja. Namun, hasrat di dalam jiwanya menginginkan lebih dari itu. Hingga dengan tanpa disadarinya tangannya pun mulai bergerak menahan tengkuk lehernya, agar Cahaya tidak bergerak. Sementara tangan satunya lagi memeluk pinggang gadis tersebut.Lalu masih dengan memejamkan mata lelaki itu mulai mengechup, menghisap, melumat dan mengulum bibir gadis itu dengan lembut dan san
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, kini gadis cantik berkucir kuda itu merasa bingung dan juga bosan sendirian di apartemen. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi keluar menemui temannya saja.Lalu gadis itu segera memesan taksi online untuk mengantarkannya ke mall terdekat, tempat janjian ia bertemu dengan temannya nanti.Tak butuh waktu lama untuk Ia sampai di mall tersebut. Kini gadis cantik yang memakai dress pendek selutut itu tengah duduk di sebuah kafe untuk menunggu kedatangan seseorang.Selang beberapa menit kemudian datanglah seorang gadis cantik berkulit langsat yang tampak sedang kebingungan mencari keberadaannya.Cahaya yang melihatnya langsung melambaikan tangan. "Hay, Novi! Aku di sini!" serunya.Kemudian gadis itu pun segera menghampirinya. "Hay ... Aya ... aku kangen," ucapnya sembari memeluk Cahaya."Iya, aku juga sama." Cahaya membalas pelukannya.Kini keduanya tengah terduduk di salah satu kursi pelanggan yang ada di cafe tersebut. Sembari menikmati minuman
Sementara di apartemen. Langit yang baru pulang dari kantor mendapati apartemennya itu dalam keadaan kosong melompong, sepi tak berpenghuni. Ia baru saja mendapatkan pesan di ponselnya dari Cahaya, yang mengatakan kalau gadis itu sedang keluar untuk menemui temannya di suatu tempat."Huff ... udah aku bela-belain pulang cepat agar bisa ketemu sama dia. Eh, dianya malah pergi. Cih, dasar menyebelkan! Tau begini mending aku masih ada di kantor aja, buat nyelesaiin pekerjaanku tadi," gumamnya merasa kesal.Kemudian lelaki berkemeja hitam itu langsung masuk menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi Ia pun sudah merasa lebih fres. Lalu ia memutuskan untuk berada di ruang kerjanya saja.Sembari menunggu Cahaya pulang, ia memilih untuk menyibukan diri dengan melanjutkan pekerjaan yang tertunda tadi. Begitu memasuki ruang kerja, kedua alis lelaki yang sudah berpakaian santai itu tampak mengerut keheranan. Karena mendapati ruangan tersebut dalam keadaan yang sedikit berbeda.Ruangan itu terl
Tin-tin!Suara klakson itu membuat Cahaya yang sedang melamun langsung terlonjak kaget dan menoleh sebal ke arah sebuah mobil hutam yang kini tengah berhenti tepat ada di hadapannya. Lalu dengan memicingkan mata, gadis itu merasa penasaran ingin tau siapa orang yang berada di dalam mobil itu.Tiba-tiba kaca mobil itu terbuka dan munculah sosok laki-laki yang pernah ia temui beberapa hari yang lalu."Hay, Cahaya! Kita ketemu lagi nih." Dengan memasang senyum manis di bibir, tampak seorang laki-laki tampan berkemeja hitam menyapa Cahaya."Hah! Ka-kamu--" Cahaya tampak kaget melihatnya."Ya aku Aditya, Yaya! Masih ingatkan sama aku? Masa lupa sih sama aku?" sahut laki-laki itu.Dengan jengah Cahaya memutar bola matanya malas. Ia tampak tidak suka melihatnya. "Ih ... kok bisa ketemu lagi sama nih cowok, sih. Perasaan di mana-mana selalu ada dia, deh!" batin Cahaya kesal."Eh, iya ... kok bisa kebetulan gini, ya? Secara tidak sengaja kita ketemu lagi. Atau ... jangan-jangan kita jodoh lagi
Dengan tidak percaya Cahaya masih terus menatap ke arah layar laptop itu. Sungguh ia merasa keheranan ketika membaca tulisan nama siapa yang tertera di dalam layar laptop tersebut.Dan, nama itu adalah ... 'CAHAYA'.Deg!Seketika itu hatinya langsung bergetar. Pipinya pun memerah karena merasa malu dan sekaligus bahagia. Sungguh ia tak percaya kalau ternyata laki-laki itu malah mengetik namanya di sana.Gadis itu berpikir, "Jadi selama ini dia sedang memikirkanku. Sehingga dengan tanpa sadar dia malah menulis namamu di sana. Sampai akhirnya ia tertidur begini."Dengan wajah yang berseri-seri gadis itu masih tetus menatap ke layar laptop itu dengan tidak percaya. Untuk sesaat ia mencoba menetralkan detak jantungnya yang tengah berdegup sangat kencang dan tak beraturan.Kemudian setelah merasa sudah cukup tenang, ia pun berniat membangunkan lelaki itu. Dengan menepuk bahunya pelan, gadis itu berseru, "Kak! Ayo bangun, jangan tidur di sini!"Sembari terus menepuk dan menggoyangkan badan
Dengan sangat terburu-buru Cellina terlebih dahulu masuk ke dalam kantor dan ia ingin segera menuju ke ruang kerjanya Langit. Sementara Cahaya yang sedang berjalan ingin memasuki kantor. Tiba-tiba saja ada yang memanggilnya dari belakang. "Hay, Cahaya!" Panggil Revan yang kebetulan baru saja datang di kantor itu. Karena merasa ada yang memanggil, gadis itu pun menoleh ke arah sumber suara. "Eh, Revan! Kamu juga kerja di sini bareng Kak Langit, ya?" jawab Cahaya. "Enggak, kok. Kalau aku kerjanya di kantor cabang yang ada di Kebon Jeruk. Biasa aku ke sini karena ada meeting gitu. Nanti setelah meetingnya selesai aku balik lagi deh ke kantor cabang." "Kalau kamu kok tumben datang ke sini mau ketemu sama Langit, ya?" tebaknya. "Oh ini, tadi Kak Langit hp-nya ketinggalan. Jadi aku mau anterin HP ini ke dia." Gadis cantik bergaun putih tulang itu menunjukkan ponsel yang ada di tangan kanannya. "Oh gitu." Revan tampak manggut-mangut. "Ya udah, ayo biar aku antar ke ruangan Lan
Begitu mendengar ucapan Aditya tadi, dengan memasang wajah garang, Cahaya langsung melotot ke arah Langit. "Oh, jadi Kakak masih suka ketemuan sama Mbak Cellina?" tanyanya sewot. "E-eh ... enggak enggak kok!" Dengan gelagapan pria berkemeja hitam itu langsung menggelengkan kepala. "Itu tadi si Aditya berbohong, Sayang. Dia memang sengaja ingin ngerjain aku. Agar kamu marah sama aku. Jadi, jangan percaya ya sama dia! Dan lagi pula mana mungkin aku janjian sama Cellina, sementara ada kamu di sini," lanjutnya lagi. "Oh ... berarti kalau nggak ada aku di sini, Kakak masih suka ketemuan sama dia, gitu?" sahut Cahaya jutek. Lalu dengan terlihat sangat kesal, gadis itu langsung saja melangkah pergi meninggalkan lelaki tersebut. "Ya-ya ... bu-bukan begitu, Sayang. Kok kamu malah jadi marah begini, sih! Ah ... sialan! Ini gara-gara si Aditya rese nih. Eh, tunggu!" Dengan terlihat panik, lelaki itu gegas mengejarnya. "Aya, jangan marah begini, dong! Kan, kamu tahu sendiri. Semenjak
Dengan terus menatap tajam ke arah sepasang suami istri itu, tiba-tiba Cellina terdiam dan menghentikan langkahnya. Sehingga membuat kedua temannya merasa keheranan dan juga ikut menoleh ke arah Langit dan Cahaya. Dengan mata yang membola, kedua wanita itu cukup tercengang ketika melihat Langit yang sedang berjalan sambil bergandengan mesra dengan seorang wanita. "Loh, Itu bukanya si Langit? Kok malah lagi jalan sama si cewek kampungan itu, sih? Bukannya kamu bilang kalau dia masih cinta mati sama kamu. Tapi, kenapa dia malah terlihat sangat mesra dengan cewek udik itu?" ujar Alena merasa keheranan. "Diam! Aku juga kesel tau! Ternyata Langit benar-benar sudah terpikat dengan gadis kampungan itu. Sehingga dia rela meninggalkanku demi cewek murahan itu. Tapi, aku gak akan diam saja seperti ini. Lihat saja akan kuberi pelajaran dia nanti. Karena telah berani merebut Langit dariku," jawab Cellina dengan kesal terus menyorot tajam ke arah sepasang suami istri tersebut. "Terus sek
"Em ... kira-kira siapa, ya? Orang yang aku sukai itu adalah ... Kakak," ucapnya sangat pelan dan nyaris tak terdengar. "Hah! Siapa tadi? Aku nggak dengar, Aya." Langit berpura-pura tidak mendengar. "Ah ... tau, ah!" Karena kesal, gadis itu ingin mendorong tubuh laki-laki itu untuk menjauh. Namun kedua tangannya itu langsung di tahan oleh Langit. "Ayo dong, Aya! Katakan sekali lagi. Aku nggak dengar tadi," bujuknya. Pada akhirnya dengan wajah yang bersemu merah, gadis cantik itu pun menjawab pertanyaannya lagi. "Aku ... sukanya ... sama Kak Langit." Lelaki itu langsung tersenyum sumringah ketika mendengar pengakuannya. Lalu sedetik kemudian pria tersebut menyambar bibir ranum gadis itu dan mulai mengechupnya dengan lembut. Cahaya hanya pasrah memejamkan mata dan membalas ciumannya juga. Dan tidak cukup sampai di situ saja. Sepasang suami istri itu pun melanjutkan aksinya hingga sampai tengah malam. Merasakan surga dunia sebagai sepasang suami istri. Dan itulah hal yang te
"Ya, nggak gimana-gimana dong, Sayang." Sembari tersenyum manis, lelaki itu menoel hidungnya gemas. Kemudian ia menakup kedua pipinya dan menatap dalam dua bola mata bening milik gadis itu. "Dengarkan aku, Aya! Yang terpenting, 'kan aku sekarang cuma cintanya sama kamu. Jadi, kamu nggak usah khawatir. Karena mau sampai kapanpun juga, aku berjanji nggak akan pernah mau tinggalin kamu," tukasnya terlihat dengan sangat sungguh-sungguh berusaha untuk meyakinkan sang istri. Sehingga membuat gadis itu tersenyum bahagia mendengar ucapannya. "Tapi ... seumpamanya Mbak Cellina masih pengen balik lagi sama Kakak gimana?" "Hahaha ...." Sontak saja Langit malah tertawa geli, karena nampaknya saat i i sedangmerasa cembur."Hem ... kelihatannya Istriku yang cantik ini lagi cemburu ya? Tapi nggak papa, aku malah seneng kok kalau kamu cemburu kayak gini, itu tandanya kamu cinta banget sama aku." Dengan terseyum tengil, ia malah mengejeknya. "Cih, siapa juga yang cemburu?" elak Cahaya. "Orang
Setelah selesai sarapan, Langit pun kembali lagi masuk ke dalam kamar. Hari ini ia sengaja tidak masuk kerja. Karena ingin menunggu Cahaya yang sedang sakit dan sekaligus ingin segera menyelesaikan kesalah pahaman di antara mereka berdua. Lelaki bertubuh atletis itu membawa laptop ke dalam kamar. Ia ingin melanjutkan pekerjaannya dari rumah. Sembari menunggu istrinya yang masih tertidur karena pengaruh obat yang diminumnya tadi, jari-jemarinya terlihat sibuk mengotak-atik kaybort laptop yang ada di pangkuannya. Lelaki itu kini duduk di atas kasur bersebelahan dengan Cahaya. Dengan sesekali Ia melihat ke arah gadis itu untuk memastikan kalau istrinya itu dalam keadaan baik-baik saja. Lalu tak berapa lama wanita cantik yang ada di sebelahnya itu mulai terbangun. Ia mendapati kalau suaminya kini berada di sampingnya terlihat sedang sibuk dengan laptopnya. Sehingga membuatnya merasa sedikit senang dan terharu padanya. "Oh, ternyata sedari tadi dia nungguin aku, ya? Sampai nggak
"Apaa?!" Sontak saja Langit langsung membelalakan mata menatap tidak percaya pada Cahaya. Sungguh ia sangat syok ketika mendengar kata cerai yang keluar dari bibir gadis itu. Lalu dengan segera lelaki itu kembali menggelengkan kepala. "Tidak, aku mohon jangan berkata seperti itu, Aya!" Kini pria itu memeluk erat tubuh gadis yang sedang terduduk di hadapannya kini. Sedangkan gadis itu hanya terdiam seperti patung tidak mau membalas pelukannya. "Aku mohon dengarkan penjelasanku dulu, Aya! Akan aku jelaskan dengan yang sejujur-jujurnya kalau semua ini hanyalah salah paham saja. Jadi, please jangan berburuk sangka dulu, ok?" Lelaki itu menengadahkan wajahnya menatap gadis itu dengan sayu. "Ya ya memang benar kalau selama ini aku sering pergi menemuinya. Akan tetapi kami tidak pernah melakukan apa pun juga, Aya. Ya, aku pun terpaksa melakukan ini, karena aku sudah terlanjur berjanji kepadanya kalau aku akan menemaninya dalam waktu sebulan ini saja." Dengan sangat gugup dan terbat
Pukul jam 03.00 dini hari, tiba-tiba saja Cahaya terbangun. Dengan perlahan gadis itu mulai mengerjapkan mata dan membukanya dengan lebar. Dirinya kini mulai mengingat-ingat kejadian yang semalam. Seketika itu ia pun menoleh ke arah samping dan mendapati tempat itu dalam keadaan kosong tanpa adanya sosok suaminya di sana. Kemudian ia menoleh ke arah jam dinding yang menunjukkan waktu masih jam 03.00 pagi. Lalu sembari tersenyum kecut ia berkata, "Ternyata ini semua bukanlah mimpi. Dan tidur di mana dia sekarang?" Raut wajah gadis itu kembali murung. Pada awalnya ia berharap semua kejadian tadi adalah hanya sebuah mimpi buruk saja. Namun, semua ini nyata. Lagi-lagi ia tertawa miris. "Hahaha ... bodoh sekali kamu, Cahaya! Palingan juga dia pergi ke tempatnya si Cellina. Mending sekarang aku sholat tahajud saja." Tanpa berpikir panjang lagi, kemudian gadis yang sedang dilanda kesedihan itu pun beranjak dari tempat tidurnya. Ia berniat untuk pergi ke kamar mandi dan akan mengamb
"A-apa?! Ca-cahaya istri kamu?" Sontak saja Aditya terpekik kaget melotot ke arah Langit. "Kamu jangan bercanda deh, Lang!" lanjutnya sambil terkekeh canggung. "Siapa juga yang sedang bercanda? Kalau kamu tidak percaya tanyakan saja pada Cahaya," jawab Langit dingin. Pria berkemeja krem itu menoleh ke arah gadis yang sedang dicekal tangannya oleh Langit. "Apakah itu benar, Cahaya? Kalau kamu ini adalah istrinya Langit?" tanyanya merasa tak percaya. Cahaya yang masih tetap terdiam menganggukkan kepalanya dengan pelan. Sebagai tanda kalau apa yang diucapkan oleh sahabatnya itu adalah benar. Sehingga membuat Langit kini tersenyum sinis padanya. "Sudah jelas, 'kan? Jadi, mulai sekarang tolong jauhi Cahaya!" tukasnya tegas. Lalu sembari menarik tangan Cahaya, lelaki itu langsung meninggalkan Aditya yang masih diam mematung karena merasa sangat syok ketika mengetahui bahwa wanita yang ia sukai selama ini sudah mempunyai suami. Dan lebih parahnya lagi suaminya itu ternyata ada