Tin-tin!Suara klakson itu membuat Cahaya yang sedang melamun langsung terlonjak kaget dan menoleh sebal ke arah sebuah mobil hutam yang kini tengah berhenti tepat ada di hadapannya. Lalu dengan memicingkan mata, gadis itu merasa penasaran ingin tau siapa orang yang berada di dalam mobil itu.Tiba-tiba kaca mobil itu terbuka dan munculah sosok laki-laki yang pernah ia temui beberapa hari yang lalu."Hay, Cahaya! Kita ketemu lagi nih." Dengan memasang senyum manis di bibir, tampak seorang laki-laki tampan berkemeja hitam menyapa Cahaya."Hah! Ka-kamu--" Cahaya tampak kaget melihatnya."Ya aku Aditya, Yaya! Masih ingatkan sama aku? Masa lupa sih sama aku?" sahut laki-laki itu.Dengan jengah Cahaya memutar bola matanya malas. Ia tampak tidak suka melihatnya. "Ih ... kok bisa ketemu lagi sama nih cowok, sih. Perasaan di mana-mana selalu ada dia, deh!" batin Cahaya kesal."Eh, iya ... kok bisa kebetulan gini, ya? Secara tidak sengaja kita ketemu lagi. Atau ... jangan-jangan kita jodoh lagi
Dengan tidak percaya Cahaya masih terus menatap ke arah layar laptop itu. Sungguh ia merasa keheranan ketika membaca tulisan nama siapa yang tertera di dalam layar laptop tersebut.Dan, nama itu adalah ... 'CAHAYA'.Deg!Seketika itu hatinya langsung bergetar. Pipinya pun memerah karena merasa malu dan sekaligus bahagia. Sungguh ia tak percaya kalau ternyata laki-laki itu malah mengetik namanya di sana.Gadis itu berpikir, "Jadi selama ini dia sedang memikirkanku. Sehingga dengan tanpa sadar dia malah menulis namamu di sana. Sampai akhirnya ia tertidur begini."Dengan wajah yang berseri-seri gadis itu masih tetus menatap ke layar laptop itu dengan tidak percaya. Untuk sesaat ia mencoba menetralkan detak jantungnya yang tengah berdegup sangat kencang dan tak beraturan.Kemudian setelah merasa sudah cukup tenang, ia pun berniat membangunkan lelaki itu. Dengan menepuk bahunya pelan, gadis itu berseru, "Kak! Ayo bangun, jangan tidur di sini!"Sembari terus menepuk dan menggoyangkan badan
Keesokan harinya, seperti biasa Cahaya akan bangun pagi lebih awal. Lalu, ia segera mandi dan menunaikan sholat subuh. Baru kemudian ia akan membangunkan sang suami.Lalu setelah mereka selesai sarapan, lelaki itu ingin segera berangkat ke kantor. Cahaya yang melihat suaminya telah berdiri. Bergegas menyerahkan tas dan jas yang akan dikenakan oleh lelaki itu.Sebenarnya Cahaya merasa sangat bosan karena ia ditinggal sendirian di apartemen itu. Ingin sekali ia bekerja untuk mengisi waktu luangnya ini. Namun pasti tidak akan diizinkan oleh suaminya."Em ... Kak! Boleh nggak kalau aku bekerja?" Pada akhirnya gadis itu memberani diri untuk bertanya pada suaminya.Lelaki yang kini sedang menenteng tas kerja dan jas yang ia sampirkan di lengan kirinya itu tampak terdiam mendengarnya."Em ... aku merasa bosan jika harus sendirian di sini. Jadi, lebih baik jika aku bekerja saja, bagaimana? Bo-boleh, 'kan?"Terlihat lelaki itu menghela nafas panjang. Lalu berkata, "Kamu tidak perlu bekerja! Se
"Ya udah, ayo kita ke sana sekarang! Nanti kalau kelamaan aku bisa telat ke kantornya, Aya!" Tanpa terduga tiba-tiba saja lelaki itu mengenggam tangannya dan menuntun gadis tersebut menuju butik.Degg!Dada Cahaya semakin bergemuruh tidak karuan merasa kaget karena tiba-tiba saja Langit malah menggandeng tangannya. Kini ia menunduk menatap genggaman tangan mereka berdua. Seolah-olah ia tidak percaya kalau dirinya kini sedang begandengan tangan dengan sesosok pria yang kini telah berstatus sebagai suaminya itu.Sembari terus berjalan mengikuti pria itu, gadis itu tersenyum menatap punggunggnya. 'Perasaan apa ini, kenapa dadaku jadi berdebar-debar gini, sih? Duh, Aya. Jangan ke - GR- an dulu deh! Tapi ... kenapa aku seneng banget ya Allah!' ujarnya dalam hati.Jantungnya masih terus bergetar. Mimpi apa ia semalam? Sehingga lelaki yang biasanya akan selalu bersikap dingin dan acuh tak acuh, bisa berubah menjadi so sweet begini. Terlebih lagi kini lelaki itu sedang mengenggam tangannya den
"Oh, ternyata sedari tadi dia sedang memikirkan mantannya." Jelas batin Cahaya merasa sedikit kesal.Entah mengapa sungguh hatinya kini terasa sakit seperti diiris oleh sambilu yang tak kasat mata. Terasa begitu sakit namun tak berdarah. Di saat ia mendapati kenyataan bahwa suaminya ini masih belum bisa melupakan mantan kekasihnya dulu.Sedetik kemudian, Langit baru tersadar kalau dirinya tadi keceplosan menyebut nama Cellina. Lelaki itu kini terlihat gelagapan dan merasa tak enak hati dengan Cahaya. Terlebih lagi ketika melihat perubahan raut wajahnya yang semula tadi tersipu malu kini terlihat murung. Membuatnya merasa menyesal dan merutuki kebodohannya itu."Oh ... betapa bodohnya kau, Langit! Kenapa saat di sisimu sudah ada wanita cantik dan sebaik Cahaya. Kamu malah masih saja terus memikirkan Cellina, sih! Ayo move on dong, Langit!" gumamnya membatin."Em ... ma-maafkan aku, Ya! Ta-tadi a-aku ...." Belum usai lelaki itu berbicara, dengan senyum yang dipaksakan Cahaya terlebih da
Setelah kepergian Langit dari butik, Sintya pun memperkenalkan Cahaya sebagai menantunya. Otomatis semua karyawan yang berada di sana merasa sangat terkejut dan bahkan ada yang masih belum bisa percaya dengan apa yang baru saja Bu Sintya katakan.Mereka semua tidak menyangka kalau seorang gadis biasa yang bekerja sebagai pelayan itu bisa menjadi menantu dari sang pemilik butik tempat mereka bekerja kini.Dengan terlihat malu-malu dan canggung, gadis muda berparas cantik dan imut itu mengulas senyum manis kepada semua orang yang berada di sana. Sungguh dirinya merasa sedikit risau dan juga gugup. Ia takut para karyawan di sana akan berpikiran macam-macam tentang dirinya.Karena bagaimanapun juga mereka pasti akan merasa sangat syok ketika tau kalau dirinya kini telah menjadi istri dari seorang Langit Rakabumi Santoso anak dari sang pemilik butik ini.Dan benar dugaannya. Setelah kepergiannya bersama sang ibu mertua yang kembali menuju ke ruang Sintya. Para karyawan itu mulai berkasak-ku
Di pinggir jalan, masih tampak dua orang yang tengah sibuk bertengkar. "Ih, apa'an sih? Lepasin, sakit tau!" Dengan sekuat tenaga gadis cantik itu berusaha melepaskan cekalan tangan Rendy.Namun, pria berbadan kekar dan berwajah garang itu masih tetap mencengkeram lengannya dengan sangat erat. Sehingga membuat Cahaya kesusahan untuk bisa melepaskan cekalan pria tersebut."Duh ... bagaiman ini? Sebenarnya nih cowok brengsek mau ngaain sih?" rutuknya membatin."Please, Cahaya. Tolong maafin aku. Aku janji, jika kamu mau balikan denganku lagi. Aku gak akan pernah mengkhianatimu lagi, Aya!" Dengan penuh permohonan, pria itu tampak memelas pada Cahaya.Namun, bukannya luluh. Cahaya malah langsung tertawa sumbang. Merasa geli mendengarnya. "Sudahlah Rendy! Kamu pikir aku akan percaya dengan semua kata-kata palsumu itu. Cih, sekalinya tukang selingkuh, pastinya nanti tetap akan selingkuh lagi," cibir Cahaya. Merasa jengah dengannya.Sembari meraih kedua tangan Cahaya, pria yang dulu sempat
"Hah, Ka-kak Langit!" Cahaya terpekik kagèt melihatnya.Sementara pria angkuh yang berdiri di sampin dirinya pun memicingkan sebelah mata dan tersenyum sinis menatap ke arahnya. "Tidak ada apa-apa, kok! Cuma masalah pribadi aja. Jadi Anda tidak usah ikut campur!" tukasnya.Seraya memasukan satu tangan ke saku celana, pria berpostur tinggi tegap itu menoleh ke arah Cahaya. Ia melihat kalau gadis itu menggelengkan kepalanya dengan tatapan memelas. Seolah-olah Ia kini dalam keadaan yang tertekan dan sedang memohon pertolongan kepada dirinya."Tapi sorry, Bro! Sepertinya aku harus ikut campur! Jadi, lepaskan dia sekarang!" Dengan aura dingin dan menekan, Langit menyorot tajam ke arah pria itu."Siapa kamu? Ini gak ada urusannya sama kamu. Jadi pergilah dari sini!" Tak mau kalah, dengan sengit Rendy mengkibas-kibaskan tangannya tanda ia mengusir lelaki itu agar mau pergi dari sana. Sementara tangan yang satunya lagi masih saja mencengkram tangan Cahaya. Emosi Langit mulai terpancing. Di sa