"SAH!"
"SAH!"
Kata itu terdengar nyaring di telinga Zaura. Pagi ini, dirinya sudah sah menjadi seorang istri dari pria bernama Alandra. Laki-laki yang tidak pernah Zaura temui, tapi kini mereka langsung di pertemukan di akad pernikahan.
'Aku sudah melanggar janjiku sendiri,' ujarnya dalam hati.
Di sampingnya, Tika menggamit tangannya dengan hangat. Pancaran kebahagiaan sangat terlihat dari wajahnya. Salah satu mimpi Tika yaitu menyaksikan putrinya menikah sebelum dia pergi selama-lamanya.
Tika membantu Zaura untuk membawanya ke depan tempat akad. Dimana suami Zaura yang sudah menunggu di sana.
Zaura duduk di samping pria itu, pria yang sudah menjadi suaminya. Tapi Zaura belum bisa menyadari jika pria di sampingnya adalah mantan bosnya.
Hingga tiba saatnya, penghulu meminta Alandra untuk menyematkan cincin pernikahannya di jari manis Alara.
"Tangannya," kata Alandra, meminta tangan Zaura.
Suara berat itu, Zaura seperti pernah mendengarnya. Sebelum memberikan tangannya, Zaura lebih dulu mengangkat wajahnya dan seketika kedua mata itu bertemu.
"P-pak Al,"gumam Zira terkejut.
Bahkan Zaura tidak menyadari ketika Alandra menyematkan cincin itu. Dadanya bergetar kencang, apakah ini kebetulan atau sudah takdir mereka. Alara menikah dengan laki-laki yang diam-diam dia cintai.
"Silahkan untuk mempelai wanita, agar memakaikan cincin untuk mempelai pria," sahut MC yang memandu acara.
Tangan Alara bergetar, tatkala dia mulai memasukan benda berbentuk bulat itu ke dalam jari besar milik suaminya.
'K-kenapa bisa dia yang menikah denganku? A-apakah ini rencana dia,' tebak Zaura, seraya menundukan kepala.
Zaura menggigit bibir bawahnya sendiri, realita ini sungguh jauh dari yang dia fikirkan. Karena sebelumnya Zaura mengira, dia akan menikah dengan laki-laki asing pilihan ibunya.
Sementara tak jauh dari tempatnya, kakak sepupu Zira kemarin tampak mengepalkan kedua tangannya. Kemarahan yang tampak jelas di matanya.
"Sial! Kenapa dia bisa menikah? Bukankah Zaura tidak ingin menikah seumur hidupnya. A-apalagi Zaura menikah dengan Alandra, laki-laki yang aku cintai. Aarghh." Naila semakin ingin mengacaukan pernikahan Zaura, dia tidak terima Zaura menikah mendahuluinya.
Naila keluar dari gedung tempat pernikahan Zaura dan Alandra. Pernikahan Zaura dan Naila yang di gelar secara tertutup, hanya beberapa keluarga yang menghadirinya. Termasuk Naila, karena dia adalah sepupu Zaura.
"Nai, kamu mau kemana?" tanya Belinda, mengikuti langkah putrinya ke luar gedung.
"Ma, aku gak bisa lihat Zaura bahagia. Mama tahu sendiri kan, kalau dari dulu aku gak pernah mau kalah sama dia. Tapi sekarang dia menikah ma, dia menikah dengan laki-laki yang aku cintai!"
"M-maksud kamu, Alandra laki-laki yang kamu cintai selama ini?"
"Iya ma, aku sudah berusaha deketin Alandra. Berbagai cara sudah aku lakukan, tapi kenapa dia malah menikah dengan musuhku sendiri? Kenapa Alandra tidak pernah melirik aku," kesalnya lagi, bahkan Naila sampai menangis.
"Lalu Mama harus gimana? Bukankah selama ini kamu selalu menghina Zaura, memfitnah Zaura agar tidak ada laki-laki yang mau mendekatinya, tapi kenapa sekarang Zaura malah menikah? Mama juga tidak mengerti Nai," ujar Belinda, yang sama terkejutnya dengan Naila.
"Aku gak mau tau ma, pokoknya aku harus bisa misahin mereka. Aku gak mau Alandra sampai mencintai Zaura, aku juga yakin kalau Alandra itu menikah dengan Zaura itu karena terpaksa. Apalagi kalau Alandra tahu siapa Zaura yang sebenarnya."
Mereka terdiam, sebelum akhirnya Belinda tersenyum manis kepada putrinya.
"Mama ada ide," sahur Belinda penuh semangat.
"Ide, ide apa ma?"
Belinda membisikan sesuatu di telinga putrinya. Sampai Naila tersenyum puas mendengar penuturan ibunya.
"Oke ma, aku akan lakukan semuanya. Aku yakin, setelah melihat ini, Alandra dan keluarganya pasti Ilfil sama Zaura."
"Semangat sayang, pasti kamu bisa merebut Alandra dari Zaura. Mama yakin, putri Mama ini pasti bisa."
*
*
*
"Zaura, akhirnya aku bisa menikahi kamu. Aku masih belum menyangka kalau aku bisa menikahi wanita yang aku cintai, yaitu kamu," ujar Alandra, menatap wanitanya dengan penuh cinta.
"Apa ini rencana kamu Al?"
"Rencana apa? Maksud kamu?"
"Kamu kan yang merancang semua ini. Seolah-olah pernikahan ini terjadi karena perjodohan, ternyata semuanya ulah kamu!" jawab Zaura dengan tatapan tajam.
Tapi yang di tatap hanya terkekeh, bahkan Alandra tidak marah melihat Zaura yang menatapnya tajam.
"Bagaimana bisa aku merencanakan semua ini sedangkan dengan ibu kamu saja aku tidak kenal. Aku mengetahui semua ini kemarin, setelah mama pulang dari rumah sakit dan mendadak menyiapkan pernikahan ini."
"Awalnya aku tidak menerima perjodohan ini karena aku tidak mau menikah dengan wanita lain, aku mencintai kamu dan akan selamanya seperti itu. Tapi setelah Mama memperlihatkan foto kamu, gadis yang akan di jodohkan dengan aku, aku langsung mau. Sepertinya takdir sedang berpihak kepadaku Zaura, tuhan mengambilkan doaku agar bisa menikah dengan kamu," lanjut Alandra, menggamit tangan istrinya dengan erat.
"Tapi semua ini terjadi begitu cepat. Kamu mematahkan prinsipku, karena kamu tahu sendiri aku tidak pernah mau menikah dengan laki-laki manapun, itu janji aku. Bagaimana jika setelah ini aku meminta cerai darimu?"
Deg!
Jantung Alandra terhenti seketika. Ucapan istrinya menghujam hatinya.
"Zaura, menapatkanmu sangat sulit. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah melepaskan kamu, percayalah, aku mencintai kamu. Aku tidak peduli siapa kamu. Jangan pernah mengucapkan kata-kata itu sayang, aku berjanji akan membuatmu bahagia."
"Tapi aku tidak yakin bisa mencintaimu atau tidak. Bagaimana jika aku tidak bisa menjadi istri yang baik untukmu?"
"Tidak apa-apa, aku akan menunggu. kamu sudah menjadi istriku sekarang. Dan aku tidak akan pernah membiarkan siapapun merendahkan kamu lagi, itu janji aku!"
Alandra tahu sendiri bagaimana kehidupan pahit yang di jalani Zaura. Karena setelah ini, Alandra ingin membungkam fitnah dan hinaan yang terlontar untuk istrinya.
Saat tamu dan keluarga masih menikmati hidangan. Tiba-tiba mereka terkejut dengan layar proyektor yang menayangkan gambar Alara saat berada di dalam hotel yang pernah Zaura singgahi kemarin. Di susul dengan suara seorang perempuan yang berdiri di depan layar itu.
Alandra dan Zaura berdiri. Mereka terkejut saat foto Zaura terpampang di dalam sana.
"Hadirin semuanya, terutama yang terhormat, untuk keluarga besar tuan Alandra, apa kalian tahu siapa wanita yang berada di dalam foto itu? Ya, dia adalah Zaura Zevannia. Mempelai pengantin wanita yang sudah sah menjadi istri dari Alandra Alexander. Wanita yang pernah menjual diri pada laki-laki demi mendapatkan sejumlah uang," ujar Naila, berucap dengan penuh penekanan.
"Dan apakah kalian tahu? Kalau Zaura Zevannia adalah anak haram. Lahir tanpa seorang ayah yang mendampingi, bahkan sampai saat ini tidak di ketahui siapa ayah kandung dari Zaura."
"Maaf, mungkin saya terkesan lancang memberitahukan ini pada kalian semua. Tapi kalian harus mengetahui jika Zaura ini bukan perempuan yang baik, sangat tidak pantas menjadi pendamping hidup laki-laki kaya sekelas Alandra. Kalian bisa lihat sendiri di foto ini, Zaura berada di dalam kamar hotel untuk mengunjungi pria hidung belang yang sudah memesannya. Lalu apa namanya Jika bukan seorang pelacur?"
Deg!
"Cukup!"
Dengan langkah pasti, Zaura berjalan mendekati Naila. Tatapan mata yang tegas, rasanya Zaura sudah sangat muak dengan tingkah laku Naila yang selalu menghina dan membencinya. Naila sampai mengacaukan pernikahan Zaura dan Alandra."Apa maksud kamu kak? Aku bukan wanita seperti yang kamu tuduhkan tadi. Dan untuk kalian! Jangan percaya karena kakak sepupu saya ini hanya iri kepada saya," jelas Zaura, tapi orang-orang di depannya menatapnya dengan jijik. Seolah tidak percaya akan ucapan Zaura."Kamu mau mengelak bagaimana lagi Zaura? Bahkan bukti sudah di depan mata! Semua orang sudah melihat kelakuan busuk kamu! Seharusnya kamu sadar diri, kamu tidak pantas bersanding dengan Alandra.""Lalu siapa yang menurutmu pantas bersanding dengan Alandra? Kamu! Kamu tidak sadar diri kalau kamu lebih dari sekedar pelacur, aku yang menjadi saksi dimana kamu menyerahkan diri pada laki-laki hidung belang dan menerima uang sebagai upahnya.""Kurang ajar, berani sekali kamu menghinaku. Yang pelacur itu ka
Wanita bertubuh gempal itu maju ke depan, tatapan matanya menghunus tajam pada Naila yang terkejut, tidak menyangka istri dari pria yang dia jadikan sumber uangnya ternyata ada di sini.Sampai di atas pelaminan, wanita itu menarik rambut Naila sekuat tenaga. Suasana kembali riuh, mereka melihat istri sah yang melabrak pelakor, karena Alandra yang membuka semuanya.Ada yang menatap miris, terkejut dan banyak pula yang mencibir karena mereka menyayangkan sikap Naila yang masih muda tapi sudah menjadi penggoda suami orang lain."Sini kau, rasakan ini! Ternyata kau yang sudah merebut waktu suamiku, kau yang menghabiskan uang suamiku. Dasar jalang, aku tidak akan melepaskanmu pelacur!"Naila tidak bisa membalas, karena tubuh wanita itu jauh lebih besar dari pada dirinya yang kurus. Naila memberi tatapan memohon pada Zaura dan Alandra. Tapi Alandra tidak menoleh sama sekali, membiarkan Naila dan perempuan itu menjadi tontonan orang lain.Merasa suasana sudah semakin tidak kondusif, Alandra m
Sampai di trotoar jalan. Naila masuk ke dalam rumah sakit itu dengan mengenakan masker hitam di wajahnya. Naila tidak ingin ada satu orangpun yang mengenalnya, apalagis etelah insiden tadi sudah pasti banyak orang yang memviralkan dirinya. Naila mengendap-endap saat berjalan ke arah ruang rawat Tika, sudah seperti maling yang takut ketahuan. Naila memicingkan matanya, mencari cara agar dia bisa masuk ke dalam ruangan Tika. Sebelumnya, Naila memastikan tidak ada satu orang di dalam ruang rawat Tika. Setelah memastikan dan mengintip ruang rawat itu dari balik lubang kecil di pintu. ternyata ada perawat yang sedang menyuapi Tika makan. Terpaksa Naila harus menunggu seraya memainkan ponsel di tangannya. Menunggu perawat itu keluar agar Naila bisa menjalankan aksinya. "Aku yakin, setelah memberikan peringatan ini kepada Zaura, dia akan menjauhi Alandra. Dan di dunia ini, tidak akan pernah ada satu orangpun yang membelanya lagi. Zaura, aku sangat membencimu!" batinnya, dengan mata nyalang
Belum sampai di rumahnya, kedua tangan Naila masih bergetar mengingat kejadian tadi. Dimana dia membekap wajah Tika dengan bantal tebal, dan Naila sendiri yang menyaksikan tantenya meninggal.Wajah pucat dan sudah terbujur kaku, semakin membuat Naila menyadari jika dia sudah menjadi seorang pembunuh. Tatapanya terlihat cemas, andai saja waktu bisa terulang, Naila memilih untuk balas dendam saja pada Zaura, dan tidak harus membunuh Tika yang akan menghantuinya terus dengan rasa bersalah."Ya tuhan, gimana kalau ada yang tahu kalau aku yang membunuh Tante Tika. Semoga saja tidak ada yang melihat," gumam Naila, seraya menggigit kuku-kuku di tangannya hingga patah.Sampai di rumah, Naila terus terdiam. Matanya menatap kosong pada arah dinding di depannya. Kelakuan putrinya ini, mengundang tanya Belinda yang tidak pernah melihat putrinya melamun seperti ini."Naila, kamu kenapa?"Naila menoleh, menatap Belinda dengan senyum di bibirnya. "Aku gapapa mah, cuma sedikit lelah."Belinda menata
Suasana duka masih terasa kental, Zaura mengusap air matanya beberapa kali setelah menyaksikan jenazah ibunya yang sudah terkubur sempurna dengan tanah. seseorang yang paling berarti dalam hidupnya, dan satu-satunya orang yang selalu melindungi Zaura dari hinaan dan cacian orang lain. sekarang, apakah masih ada orang yang setulus itu menyayanginya selain ibunya? Zaura bahkan tidak percaya apakah suaminya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana Tika yang selalu menyayanginya tanpa pamrih. "Sudah tenang?" Tanya Alandra, seraya menyerahkan satu botol minum yang sudah di buka untuk istrinya. Zaura menerimanya, meminum sedikit air yang di berikan suaminya. Alara merasa lebih baik, meskipun hatinya masih saja terasa hampa. Alara kembali bersimpuh di depan pusara ibunya, dengan setia Alandra masih menemani di sampingnya. Memberikan kekuatan penuh untuk istrinya, bahkan Rosa dan Gavin pun masih ada di belakang Zaura dan Alandra. Rosa maju satu langkah, ikut berjongkok di sampi
108. SeblakClara terkejut melihat Aqlan yang tiba-tiba sudah berada di belakang Zira. Clara bahkan sampai menunduk, tak berani menatap Aqlan.Padahal, biasanya Clara sberani itu jika bertemu dengan Aqlan. Tapi tidak dengan hari ini, Clara benar-benar malu."Hubby.""Siapa yang masih mencintai istri saya?" Tatapan Aqlan amish tertuju pada Clara yang masih menunduk.Zira pun bingung harus menjawab apa, karena asal mula yang menyebutkan Revan masih mencintai Zira adalah Clara."M-maaf Gus Aqlan!""Saya tegaskan! Tidak boleh ada yang mencintai Zira selain saya. Hanya saya yang boleh mencintai istri saya seorang."Sebenarnya Aqlan sudah mendengar semuanya. Aqlan juga tidak mendesak Clara untuk menjawab.Setelah itu, Aqlan pergi meninggalkan Zira dan Clara. Entahlah, Aqlan tidak bisa menerima mendengar orang lain yang masih mencintai istrinya. Rasa cemburu menguar begitu saja did adanya, meskipun Zira adalah istrinya, tetap saja Aqlan tidak rela."Zira maafkan aku.""Ra, tolong jangan baha
"Saya siap melayani anda tuan!"Alan menghela nafas panjang. Bukan ini yang Alandra inginkan, tidak seharusnya gadis yang ia cintai itu merelakan harga diri dan kehormatannya untuk di berikan kepada laki-laki lain hanya demi sejumlah uang."T-tuan," panggil Zaura gugup."S-saya sudah siap." Zaura kembali mengingatkan Alandra, namun Alandra tetap bergeming, mengabaikan Zaura yang masihan berdiri di belakangnya.Kegugupan Zaura semakin menjadi, tatkala Alandra mulai membalikan tubuhnya. Kedua telapak tangannya semakin berkeringat. Sebelumnya, Zaura tidak pernah membayangkan jika dirinya harus mengambil jalan pintas seperti ini demi kesembuhan sang ibu.Namun, jumlah uang fantastis di tawarkan oleh seorang laki-laki yang sedang mencari perempuan yang masih perawan. Zaura tergiur karena Zaura memang sangat membutuhkan uang itu untuk oprasi jantung sang ibu.Zaura memiliki prinsip untuk tidak pernah berhubungan dengan laki-laki lain. Karena saudaranya yang terus memberikan julukan anak
"Ibu," sahut Zaura, seraya mendekati ibunya yang masih terbaring lemah di brankar rumah sakit."Ibu lebih baik mati dari pada berjuang untuk hidup dari hasil yang haram! Apa yang kamu fikirkan Zaura? Kenapa kamu mengambil jalan pintas seperti itu nak? Itu Dosa!"Zaura mengangguk, Isak tangisnya tak bisa di tahan lagi. Tapi Zaura juga tidak tahu, siapa yang memberi tahu ibunya jika dirinya hendak menjual kehormatannya demi menyelamatkan ibunya."Tapi Zaura tidak melakukannya Bu. Zaura berani bersumpah, maafin Zaura." Zaura hendak mencium punggung tangan ibunya, tapi Tika menepisnya, kekecewaannya sangat kentara terhadap putri satu satunya."Lantas jika tidak ada orang lain yang menghalangi niat kotormu itu, kamu akan tetap melakukannya kan?"Zuara menunduk terdiam. Benar apa kata ibunya, andai saja Alandra tidak menghalangi rencananya tadi. Mungkin sesuatu yang paling berharga dalam diri Zaura sudah hilang."Bu.""Ibu merasa menjadi orang tua yang gagal seandainya kamu melakukan dosa b
108. SeblakClara terkejut melihat Aqlan yang tiba-tiba sudah berada di belakang Zira. Clara bahkan sampai menunduk, tak berani menatap Aqlan.Padahal, biasanya Clara sberani itu jika bertemu dengan Aqlan. Tapi tidak dengan hari ini, Clara benar-benar malu."Hubby.""Siapa yang masih mencintai istri saya?" Tatapan Aqlan amish tertuju pada Clara yang masih menunduk.Zira pun bingung harus menjawab apa, karena asal mula yang menyebutkan Revan masih mencintai Zira adalah Clara."M-maaf Gus Aqlan!""Saya tegaskan! Tidak boleh ada yang mencintai Zira selain saya. Hanya saya yang boleh mencintai istri saya seorang."Sebenarnya Aqlan sudah mendengar semuanya. Aqlan juga tidak mendesak Clara untuk menjawab.Setelah itu, Aqlan pergi meninggalkan Zira dan Clara. Entahlah, Aqlan tidak bisa menerima mendengar orang lain yang masih mencintai istrinya. Rasa cemburu menguar begitu saja did adanya, meskipun Zira adalah istrinya, tetap saja Aqlan tidak rela."Zira maafkan aku.""Ra, tolong jangan baha
Suasana duka masih terasa kental, Zaura mengusap air matanya beberapa kali setelah menyaksikan jenazah ibunya yang sudah terkubur sempurna dengan tanah. seseorang yang paling berarti dalam hidupnya, dan satu-satunya orang yang selalu melindungi Zaura dari hinaan dan cacian orang lain. sekarang, apakah masih ada orang yang setulus itu menyayanginya selain ibunya? Zaura bahkan tidak percaya apakah suaminya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana Tika yang selalu menyayanginya tanpa pamrih. "Sudah tenang?" Tanya Alandra, seraya menyerahkan satu botol minum yang sudah di buka untuk istrinya. Zaura menerimanya, meminum sedikit air yang di berikan suaminya. Alara merasa lebih baik, meskipun hatinya masih saja terasa hampa. Alara kembali bersimpuh di depan pusara ibunya, dengan setia Alandra masih menemani di sampingnya. Memberikan kekuatan penuh untuk istrinya, bahkan Rosa dan Gavin pun masih ada di belakang Zaura dan Alandra. Rosa maju satu langkah, ikut berjongkok di sampi
Belum sampai di rumahnya, kedua tangan Naila masih bergetar mengingat kejadian tadi. Dimana dia membekap wajah Tika dengan bantal tebal, dan Naila sendiri yang menyaksikan tantenya meninggal.Wajah pucat dan sudah terbujur kaku, semakin membuat Naila menyadari jika dia sudah menjadi seorang pembunuh. Tatapanya terlihat cemas, andai saja waktu bisa terulang, Naila memilih untuk balas dendam saja pada Zaura, dan tidak harus membunuh Tika yang akan menghantuinya terus dengan rasa bersalah."Ya tuhan, gimana kalau ada yang tahu kalau aku yang membunuh Tante Tika. Semoga saja tidak ada yang melihat," gumam Naila, seraya menggigit kuku-kuku di tangannya hingga patah.Sampai di rumah, Naila terus terdiam. Matanya menatap kosong pada arah dinding di depannya. Kelakuan putrinya ini, mengundang tanya Belinda yang tidak pernah melihat putrinya melamun seperti ini."Naila, kamu kenapa?"Naila menoleh, menatap Belinda dengan senyum di bibirnya. "Aku gapapa mah, cuma sedikit lelah."Belinda menata
Sampai di trotoar jalan. Naila masuk ke dalam rumah sakit itu dengan mengenakan masker hitam di wajahnya. Naila tidak ingin ada satu orangpun yang mengenalnya, apalagis etelah insiden tadi sudah pasti banyak orang yang memviralkan dirinya. Naila mengendap-endap saat berjalan ke arah ruang rawat Tika, sudah seperti maling yang takut ketahuan. Naila memicingkan matanya, mencari cara agar dia bisa masuk ke dalam ruangan Tika. Sebelumnya, Naila memastikan tidak ada satu orang di dalam ruang rawat Tika. Setelah memastikan dan mengintip ruang rawat itu dari balik lubang kecil di pintu. ternyata ada perawat yang sedang menyuapi Tika makan. Terpaksa Naila harus menunggu seraya memainkan ponsel di tangannya. Menunggu perawat itu keluar agar Naila bisa menjalankan aksinya. "Aku yakin, setelah memberikan peringatan ini kepada Zaura, dia akan menjauhi Alandra. Dan di dunia ini, tidak akan pernah ada satu orangpun yang membelanya lagi. Zaura, aku sangat membencimu!" batinnya, dengan mata nyalang
Wanita bertubuh gempal itu maju ke depan, tatapan matanya menghunus tajam pada Naila yang terkejut, tidak menyangka istri dari pria yang dia jadikan sumber uangnya ternyata ada di sini.Sampai di atas pelaminan, wanita itu menarik rambut Naila sekuat tenaga. Suasana kembali riuh, mereka melihat istri sah yang melabrak pelakor, karena Alandra yang membuka semuanya.Ada yang menatap miris, terkejut dan banyak pula yang mencibir karena mereka menyayangkan sikap Naila yang masih muda tapi sudah menjadi penggoda suami orang lain."Sini kau, rasakan ini! Ternyata kau yang sudah merebut waktu suamiku, kau yang menghabiskan uang suamiku. Dasar jalang, aku tidak akan melepaskanmu pelacur!"Naila tidak bisa membalas, karena tubuh wanita itu jauh lebih besar dari pada dirinya yang kurus. Naila memberi tatapan memohon pada Zaura dan Alandra. Tapi Alandra tidak menoleh sama sekali, membiarkan Naila dan perempuan itu menjadi tontonan orang lain.Merasa suasana sudah semakin tidak kondusif, Alandra m
Dengan langkah pasti, Zaura berjalan mendekati Naila. Tatapan mata yang tegas, rasanya Zaura sudah sangat muak dengan tingkah laku Naila yang selalu menghina dan membencinya. Naila sampai mengacaukan pernikahan Zaura dan Alandra."Apa maksud kamu kak? Aku bukan wanita seperti yang kamu tuduhkan tadi. Dan untuk kalian! Jangan percaya karena kakak sepupu saya ini hanya iri kepada saya," jelas Zaura, tapi orang-orang di depannya menatapnya dengan jijik. Seolah tidak percaya akan ucapan Zaura."Kamu mau mengelak bagaimana lagi Zaura? Bahkan bukti sudah di depan mata! Semua orang sudah melihat kelakuan busuk kamu! Seharusnya kamu sadar diri, kamu tidak pantas bersanding dengan Alandra.""Lalu siapa yang menurutmu pantas bersanding dengan Alandra? Kamu! Kamu tidak sadar diri kalau kamu lebih dari sekedar pelacur, aku yang menjadi saksi dimana kamu menyerahkan diri pada laki-laki hidung belang dan menerima uang sebagai upahnya.""Kurang ajar, berani sekali kamu menghinaku. Yang pelacur itu ka
"SAH!""SAH!"Kata itu terdengar nyaring di telinga Zaura. Pagi ini, dirinya sudah sah menjadi seorang istri dari pria bernama Alandra. Laki-laki yang tidak pernah Zaura temui, tapi kini mereka langsung di pertemukan di akad pernikahan.'Aku sudah melanggar janjiku sendiri,' ujarnya dalam hati.Di sampingnya, Tika menggamit tangannya dengan hangat. Pancaran kebahagiaan sangat terlihat dari wajahnya. Salah satu mimpi Tika yaitu menyaksikan putrinya menikah sebelum dia pergi selama-lamanya.Tika membantu Zaura untuk membawanya ke depan tempat akad. Dimana suami Zaura yang sudah menunggu di sana.Zaura duduk di samping pria itu, pria yang sudah menjadi suaminya. Tapi Zaura belum bisa menyadari jika pria di sampingnya adalah mantan bosnya.Hingga tiba saatnya, penghulu meminta Alandra untuk menyematkan cincin pernikahannya di jari manis Alara."Tangannya," kata Alandra, meminta tangan Zaura.Suara berat itu, Zaura seperti pernah mendengarnya. Sebelum memberikan tangannya, Zaura lebih dulu
Zaura belum menjawab, tapi kedua matanya menatap mata sang ibu seolah meminta pendapat. Ibu Tika hanya mengangguk, hingga Zaura pun ikut mengangguk."I-iya Tante, demi ibu! Aku bersedia!"Rosa tersenyum bahagia mendengar jawaban Zaura. Harapannya untuk menikahkan anak laki-lakinya akan segera terwujud."Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu ya tik. Karena Zaura juga sudah bersedia, aku akan secepatnya mempersiapkan pernikahan Al dan Zaura!""Aku minta maaf Ros, aku tidak bisa membantu kamu untuk mempersiapkan acara pernikahan Zaura dan anakmu. Tapi satu hal yang aku minta, pernikahan Zaura dan putramu di adakan secara sederhana saja. Aku tidak mau Zaura menjadi bahan gunjingan dari orang lain, biar kita saja yang menjadi saksi pernikahan mereka," kata Tika"Kamu tenang saja Tika, aku yang akan menyiapkan semua. Tapi, kalau untuk konsep pernikahan sederhana, apa kamu bersedia Zaura? Atau nanti Tante buatkan pesta resepsi yang mewah untuk kamu dan Al?""Tidak usah Tante, cukup sederhana
Bab 3Telinga Zaura panas mendengar perkataan yang di lontarkan oleh Naila, saudara sepupunya sendiri.Zaura mengepalkan tangannya, kemudian memutar tubuhnya menghadap Naila yang tersenyum culas. "Apa maksud kamu?""Maksud aku? Kamu jual diri kan? Demi pengobatan ibu kamu, emangnya aku gak tau kelakuan bejat kamu Zaura!""Dasar pelacur! Udah jadi anak haram, eh malah bikin dosa dengan menjual diri sama om om hidung belang. Yaa ampun, sesat banget hidup kamu Zaura!"Zaura menunjuk Naila dengan kesal, kekesalannya sudah tidak bisa dia tahan lagi. "Aku bukan pelacur seperti yang kamu katakan kak! Aku tidak menjual diri!" Belanya, berusaha menepis tuduhan Naila. Meskipun pada kenyataanya, Zaura memang melakukan hal itu tapi gagal."Oh ya, terus ini siapa? Mau ngelak gimana lagi Zaura," cibir Naila, seraya memperlihatkan foto Zaura yang sedang berada di hotel yang di datanginya tadi.Zaura berusaha mengambil ponsel itu tapi kalah cepat, Naila menyembunyikan ponselnya kembali ke dalam tasn