Setelah permainan cinta mereka di kantor James, mereka berdua pun berjalan keluar dari kantor itu untuk makan siang di kantin. Di koridor Laboratorium Mikrobiologi Laura dan James berpapasan dengan Reynold dan Dokter Siska dari arah berlawanan.
"Hai, Prof. Kupikir kalian berdua pergi keluar kampus," sapa Reynold sambil tersenyum-senyum melihat pasangan dosen yang tampak sedikit berantakan itu. Bahkan ada noda lipstick di saku kemeja James. 'Apa mereka berbuat mesum di kampus?' batin Reynold menebak-nebak.
Sebelum James ataupun Laura menjawab, Dokter Siska berkata, "Apa ini Profesor Laura, istrinya Prof. James?"
"Oohh ... iya, benar ini istriku tercinta, Dok. Honey, kenalkan ini Dokter Siska, dosen baru di Lab. Mikrobiologi," sahut James tersenyum penuh arti sembari melingkarkan lengannya di pinggang ramping Laura.
Laura pun mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan kolega baru suaminya di Lab. Mikrobiologi. 'Cantik juga ... dan masih sangat beli
Dengan segera Hesti menjatuhkan tubuhnya ke pangkuan dosen tampannya itu. Dia melumat bibir Reynold dengan ganas seperti sedang kelaparan. Kedua telapak tangannya membingkai wajah rupawan itu.Jantung Reynold berpacu kencang, dia merasa gadis di pangkuannya itu sudah sangat terobsesi kepadanya hingga berbuat nekad di kampus seperti ini. Dia harus bersikap tegas.Setelah Hesti puas menciumi dosennya itu, dia menatap wajah Reynold. "Apa enak ciuman saya, Dok?" tanyanya. Kemudian dia meraih tangan Reynold untuk meraba buah dadanya yang membulat penuh itu seraya berkata, "Ini juga boleh dipegang kok, Dok. Saya pasrah diapa-apain, Dok. Mau ya jadi pacar saya?"Reynold menghela napas panjang seraya menggeleng-gelengkan kepalanya menatap mahasiswi cantiknya yang binal itu. "Hesti yang cantik, apa kamu nggak malu begini sama saya? Pelajaran budi pekertinya nggak lulus ini pasti semester 1 dulu. Hahaha," seloroh Reynold.Jemari tangan Hesti menelusuri raut w
Sesampainya di basement parkiran mobil Jasmine Park Apartment, Reynold segera menekan remote mobil Honda Civic hitamnya untuk memasang autolock. Dia membukakan pintu mobil Honda Jazz merah milik Laura."Silakan turun, Princess!" sambut Reynold sambil menyunggingkan senyum di wajah gantengnya hanya untuk Laura.Istrinya pun tertawa berderai menanggapi perhatian Reynold. Dia turun dari mobilnya lalu menautkan tangannya di lekuk lengan kekar yang terbungkus jas setelan resmi itu. Mereka bercanda sembari naik lift ke lantai 8. Kemudian Reynold memasukkan kombinasi angka untuk membuka pintu unit apartment miliknya itu. Sebenarnya James juga memiliki sebuah apartment pribadi di Intercontinental Residence, tetapi unitnya di Jasmine Park memiliki lebih banyak kamar untuk anak kembar mereka dan juga Mikha, baby sitter kedua anak Laura dari James dan Reynold."Hai, Jake, Josh. Apa kalian sudah mandi?" sapa Laura seraya memeluk kedua anak kembarnya itu. Joshua menjawab, "Sudah, Mom! Kami bar
Sore itu sebelum naik ke mobil Fortuner putihnya, James mendapat telepon dari abang sulungnya, Leeray. Dia pun segera mengangkat panggilan itu."Halo, Bang. Gimana? Tumben nelpon," jawab James sambil duduk di bangku pengemudi. Dia menyalakan mesin mobilnya.Leeray pun menyahut, "Halo, James. Lusa ada rapat pemegang saham kuartal 1 di Perth. Kamu bisa datang nggak sama Laura?"Akhirnya James pun mengerti alasan abangnya tiba-tiba meneleponnya sore-sore. Dia dan Laura memang mendapat jatah masing-masing 5% porsi saham Indrajaya Realty cabang Perth. Bisnis keluarga Indrajaya yang meliputi hotel, mall, dan convention centre di sebuah bangunan superblock.(Cerita cinta Leeray dan Deasy ada di Trapped by Possesive Billionaire atau Terjerat Cinta Milyarder Seksi)"Aku sepertinya bisa berangkat dari Yogya besok sore, Bang. Kalau Laura akan aku tanyakan nanti di rumah. Bang Mike sama Brandy apa datang juga ke Perth?" balas James masih belum melajukan mobilnya dari parkiran kampus."Mereka data
Laura minum air putih lalu beranjak meninggalkan meja makan dengan setengah berlari masuk ke kamar tidurnya. Dari belakang Reynold mengejarnya dan menangkap pinggangnya dengan kedua lengannya yang kekar."Lepaskan, Rey! Aku ingin sendiri ...," seru Laura dengan suara parau karena mulai berair mata.Reynold mengeratkan pelukannya di tubuh Laura, dia tidak mau Laura mengambek kepadanya. "Hey, dengar dulu, Laura Sayang. Ceritaku belum selesai tadi. Aku nggak menanggapi godaan Hesti, aku mengancamnya akan memindahkan bimbingan skripsinya ke Prof. Hary Sutrisno. Dia pun berhenti bersikap genit kepadaku lagi. Kamu jangan marah ya?"Dia pun membalik tubuh Laura menghadapnya. Sepasang mata biru saphire yang indah itu berkaca-kaca membuat hatinya serasa teremas."Ohh ... maafkan aku, Laura. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Kamu pasti tahu profesi kita sebagai dosen ditambah penampilan yang menarik, itu rawan godaan dari mahasiswa dan mahasiswi. Kamu sendiri sudah terjebak dalam asmara ked
Kegiatan di kampus masih sibuk seperti biasanya, begitu pula dengan ketiga dosen idola yang menarik itu. Mereka bertiga baru saja menyelesaikan kuliah untuk mahasiswa di sesi pagi."Hai, Sayang! Apa sudah selesai jadwal mengajarmu hari ini?" sapa James mengecup pipi Laura lalu berjalan di sisi dosen cantik itu menuju ke lobi Anatomi tempat lift gedung utama kampus berada.Laura melepas senyum manisnya ke James seraya menjawab, "Ada satu lagi jam 1 siang, Profesor James. Apa hari ini kamu sibuk, Baby boy?"Wajah James tersipu malu ketika mendengar istrinya memanggilnya 'baby boy' di tengah padatnya lobi Anatomi dan membuat mahasiswi-mahasiswi yang mendengarnya cekikikan. Namun, dia tidak marah lalu menjawab, "Sibuk dengan bimbingan skripsi dan jadwal praktikum di Lab. Mikrobiologi seperti biasa, Honey. Sampai nanti ya, aku akan menjemputmu untuk makan siang.""Bye, James," sahut Laura lalu bergegas berjalan lurus ke arah gedung Patologi Anatomi."Prof! Tunggu aku, Prof!" seru seorang p
"Dokter Siska apa lagi kurang kerjaan?" ucap James pedas seperti biasa dengan tampangnya yang dingin."Siapa bilang, Prof?! Aku lagi sibuk lho ... sibuk ngegodain kamu. Hehehe," seloroh Dokter Siska sambil mengerling genit kepada James.James pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling laboratorium mencari keberadaan Hesti, dia takut kalau berduaan saja dengan si dosen ganjen akan lebih stres lagi."Lagi nyariin siapa sih, Prof? Kok celingukan begitu?" tanya Dokter Siska penasaran sambil berjalan mendekati James di dekat jendela yang menghadap ke barat."Apa Anda melihat Hesti, Dok?" tanya James berjalan menjauh ke arah ruang pendingin penyimpanan preparat.Dokter Siska masih saja getol membuntuti gebetannya itu dari belakang dan menubruk punggung kokoh itu saat James mendadak berhenti berjalan. "Aduh!" serunya saat terpental dan nyaris jatuh.Sekali lagi James menangkap tubuhnya dan menyelamatkannya dari kemungkinan benjol karena jatuh ke lantai. Dia pun memeluk tubuh James lagi denga
Saat keluarga kecil itu sampai di Sindu Edu Park, langit telah berubah menjadi gelap bertabur bintang-bintang dengan bulan sabit yang menggantung seperti bibir yang sedang tersenyum. Laura bergelanyut mesra di lengan Reynold sembari berjalan di belakang kedua anak kembarnya dan Mikha."Hmm, rasanya malam ini indah sekali, Sayangku," ujar Reynold seraya tersenyum lebar melirik wajah Laura.Sementara Laura tertawa pelan menoleh ke arah suaminya itu, dia bertanya, "Apa kau senang James pergi jauh dariku, Rey?""Hahaha ... ini mau dijawab jujur apa boongan, Prof?" goda Reynold tertawa berderai. Laura pun mencubit hidung mancung pria itu. "Hmm, nggak jadi tanya, Rey. Aku sudah tahu jawabannya," balas Laura mengangkat sebelah alisnya."Bagiku berdua saja denganmu lebih menyenangkan. Ehh ... sepertinya kita bisa naik bianglalanya tanpa mengantre, aku akan membelikan tiketnya dulu. Sebentar ya, Sayang," ujar Reynold lalu berlari-lari kecil ke loket karcis bianglala atau ferris wheel.Suasana
Sesampainya di Jasmine Park, Reynold menggendong Jacob dan Laura menggendong Joshua naik ke unit mereka di lantai 8 apartment itu. Kedua bocah kembar itu terlelap dan sulit dibangunkan karena kelelahan.Kemudian mereka berdua membaringkan Jacob dan Joshua di kamar anak-anak itu masing-masing. Usai mengecup kening Jacob dan Joshua, mereka pun masuk ke kamar tidur untuk berganti baju dan membersihkan diri sebelum tidur.Saat Laura mengoleskan krim malam ke wajahnya, Reynold mendekap tubuhnya dari belakang dan tersenyum melalui pantulan bayangan di cermin kepadanya."Profesorku yang cantik ini milikku malam ini," bisiknya di samping telinga Laura.Usai melakukan perawatan wajahnya, Laura membalik tubuhnya menghadap Reynold yang memerangkapnya dengan kedua lengan kekarnya. Pria itu mengangkat sebelah alisnya pada Laura. "Bolehkah aku mengharapkan sebuah ciuman yang panas darimu, Prof?" ujarnya tersenyum miring menatap Laura.Telapak tangan Laura membelai dada bidang Reynold lalu pandangan
"Joe, kau harus bayar paparazi untuk menyebarkan hoaks tentang wanita bernama Laura Carson itu. Katakan bahwa dia telah lama terobsesi kepadaku dan memintaku menidurinya. Namun, dia mengaku aku yang memperkosanya!" seru Jeremy Thompson dengan berapi-api. Dia tak ingin masalah dengan Laura membuat karirnya kacau balau.Ben Carlberg, manager Jeremy berdecak kesal. "Seharusnya sebelum bertindak bodoh, hanya memikirkan selangkanganmu, sebaiknya kau mempertimbangkan tentang karirmu sebagai atlet terkenal, Jerry!" "Hey, jaga mulutmu! Itu hakku, jangan mengaturku. Shit!" teriak Jeremy Thompson mengamuk menuding-nuding wajah managernya.Dengan patuh, Ben menghubungi jurnalis kolom gosip receh agar membuat berita yang tak benar itu dan menjanjikan bayaran yang cukup banyak. Jeremy Thompson menyeringai puas. Dia ingin Laura yang dijadikan kambing hitam dalam peristiwa pelecehan dan pemerkosaan itu. Justru dia yang mengaku sebagai korban."Semuanya beres. Dalam hitungan menit berita hoaks itu
"Sir, istri Anda mengalami kekerasan fisik dan juga seksual. Itu hasil visum yang dilakukan oleh tim medis rumah sakit kami. Ini dokumen resminya, seandainya Anda membutuhkan untuk memproses pelaku secara hukum!" tutur Dokter Craig Johansen sembari menyerahkan sebuah map merah ke tangan James.Raut wajah pria muda itu begitu keruh. Dia mencoba untuk tenang ketika menjawab dokter yang menangani kondisi Laura pasca pemerkosaan yang dilakukan oleh Jeremy Thompson, "Baik, terima kasih atas bantuan Anda dan tim medis rumah sakit ini, Dok!" "Dengan senang hati, Mister James Indrajaya. Permisi!" Dokter Craig Johansen melanjutkan pekerjaannya yang lain dan meninggalkan James untuk menjenguk istrinya.Di ruang perawatan VIP rumah sakit, Laura ditemani oleh Philip yang matanya merah seperti sehabis menangis. Mantan terindah Laura itu menyayangkan nasib malang yang menimpa wanita yang sangat dia sayangi tersebut. "Aku tak tahu, Laura. Bagaimana bisa kamu sesial ini bertemu lagi dengan bedebah
"Damn! Ada apa dengan Laura? Kenapa dia mengirimkan pesan singkat semacam ini?" seru James di anak tangga area tepi kolam renang. Dia memang sedang menunggu ketiga anaknya mandi seusai les renang. Hari sudah sore dan Laura seharusnya pulang sendirian dari kampus NSWU. Laura ada jadwal mengajar setelah jam makan siang di kampus seperti biasanya.James segera bangkit menghampiri Jacob, Joshua, dan Keira yang berjalan keluar dari area toilet sehabis mandi. "Kids, Daddy harus segera mencari mommy. Ayo kita pulang, sepertinya mommy dalam kesulitan!" ujar James lalu memimpin rombongan kecil itu menuju ke parkiran mobil kolam renang umum di Sidney.Di tengah perjalanan pulang James mengenakan wireless ear phone dan menelepon Philip Landon. Dia ingin menanyakan tentang Laura. "Hello, Phil. Apa kau melihat Laura tadi siang hingga sore?" tanyanya risau."Hai, James. Sayang sekali tidak, aku sedang ada meeting di dekanat tadi. Ada apa dengan Laura?" jawab Philip ikut kuatir."Tadi Laura mengiri
"Hey, sepertinya wajah cantik itu familiar! Fred, apa kau ingat siapa dia?" ujar Jeremy Thompson seusai bertanding football. Dia nongkrong bersama rekan satu timnya di sebuah cafe terbuka untuk melepas lelah.Fred Arlington pun mengingat-ingat siapa wanita berambut panjang kecoklatan yang ditunjuk sobatnya itu. "Dulu dia sekampus dengan kita di NSWU. Laura bukan ya namanya, Jery?" sahutnya ragu-ragu."Ahh ... that's right! Laura ... dia masih secantik dahulu dan sexy ... lebih matang dibanding dulu. Aku akan menghampirinya sendiri!" Jeremy segera bangkit berdiri lalu menyeberang jalan raya menuju ke halte bus di dekat kampus New South Wales University.Sore itu memang James pulang terlebih dahulu dari kampus karena si kembar dan Keira harus diantar latihan berenang di kolam renang untuk les seperti biasa. Kebetulan mobil mereka hanya satu, jadi Laura mengalah untuk pulang naik bus kota. Lagi pula di dekat perumahan tempat mereka tinggal ada halte bus, itu sangat praktis menurutnya.Ka
"Honey, temani aku berenang di kolam belakang rumah!" pinta James sambil menyeret tangan Laura ke lemari untuk mengambil swimsuit. Laura sedikit bingung sekalipun dia tetap mengikuti keinginan suaminya dengan berganti pakaian. "Tumben sekali, ini sudah malam James. Apa tidak dingin?" "This is summer, Laura. Aku merasa gerah dan ingin mendinginkan tubuhku," ujar James bersikeras membujuk Laura lalu meraup tubuh ramping istrinya itu ke gendongannya dan melangkah menuju kolam renang.Bulan Februari memang menjadi saat puncak musim panas di Perth. Maka di sanalah James dan Laura menceburkan diri ke kolam renang berair sejuk untuk bersenang-senang. Laura terkikik setelah dia berenang ke sana ke mari untuk menghindari belitan lengan dan kaki James dan berakhir tertangkap hingga tak berkutik. "Ouhh ... sepertinya aku akan jadi korban kemesuman suamiku lagi kali ini!" erang Laura pasrah ketika James membuat banyak kiss mark di kulitnya yang seputih porselen. "Gelombang panasnya berasal d
"BRUKK!" Sesosok pemuda bule bertubuh besar membuat Laura nyaris terpental dan mendarat di lantai marmer koridor kampus fakultas Kedokteran Hewan University of New South Wales. Untungnya dengan sigap lengan pemuda tadi menopang punggung Laura agar tidak jatuh."Sorry! Aku terburu-buru hingga nyaris membuatmu celaka. Apa kau tidak apa-apa, Miss?" ujar pemuda yang menubruk Laura sambil memeriksa kondisi wanita itu."Aku baik-baik saja. Lain kali kau bisa lebih hati-hati. Permisi!" sahut Laura lalu bersiap untuk melanjutkan perjalanannya ke ruangan kantor barunya sebelum mengisi kuliah pagi tak lama setelah ini.Namun, pemuda itu mencekal pergelangan tangan Laura. "Tunggu, siapa namamu? Apa kau mahasiswi baru?" tanyanya penasaran sekaligus memandangi wanita di hadapannya dengan sorot mata tertarik."Namaku Laura, Gwendolyn Laura Carson-Indrajaya. Permisi, aku terburu-buru!" jawab Laura lalu membalik badannya setelah menarik tangannya dari genggaman pemuda yang tak ingin dia ajak berkena
Seperti kata Philip, memang Turpan Restoran Kensington memiliki menu yang bergaya oriental fussion. James sekeluarga memilih mie lamian kuah dengan daging sapi dan sayur. Masing-masing satu mangkuk penuh dan habis dalam sekejap."Wow, si kembar banyak makan rupanya ya sekarang!" komentar Philip saat melihat mangkuk kedua putera James itu kosong tak bersisa."Mie ini lezat sekali, Uncle Phil!" jawab Jacob jujur lalu meminum teh hangat manis di gelasnya.Mereka saling mengobrol santai hingga semua selesai makan malam lalu melanjutkan perjalanan dengan mobil SUV milik Philip hingga tiba di Cleveland Street. Rumah mereka hanya berbeda dua rumah di antara bangunannya.Bibi dan Kakek Laura telah tiada dan hanya tersisa keponakannya saja yang masih tinggal di sana. Setelah Laura menekan bel pintu depan rumah peninggalan keluarga Carson, suara sahutan wanita dari dalam rumah terdengar, "Yeaah coming!"Lizbeth tak menyangka akan bertemu lagi dengan sepupunya tersebut setelah belasan tahun lama
"Penumpang atas nama Gwendolyn Laura Carson, tolong angkat tangan!" Seorang pramugari memberikan panggilan dengan mikrofon di depan pintu kabin penumpang pesawat Singapore Airlines sebelum lepas landas.James dan Laura terkejut dan saling bertukar pandang. Kemudian wanita itu pun mengangkat tangannya disaksikan oleh seisi kabin. Dia pun tak mengerti, mengapa namanya dipanggil oleh pramugari?"Ma'am, ada titipan buket bunga untuk Anda dari Tuan Reynold, silakan diterima!" ujar pramugari tadi menyerahkan karangan bunga gerbera merah, anggrek ungu, daisy, mawar kuning, dan mawar merah muda yang indah kepada Laura yang berjalan melewati lorong kursi penumpang pesawat.Jujur dia merasa terharu karena Reynold masih menyempatkan diri mengirimkan buket bunga tersebut ke bandara sekalipun mereka tak sempat bertemu langsung. Ketika Laura duduk kembali ke bangku di samping James, dia terdiam menatap buket bunga di pangkuannya. Suara pilot yang menyapa penumpang dan memberi tahukan bahwa sebenta
"Kalo kamu masih mau pernikahan kita lanjut, jangan datang ke undangan makan malam Prof. Laura!" ancam Aurel menunjuk wajah suaminya dengan tatapan sengit. Ada rasa posesif dalam diri Aurel bila sudah berkaitan dengan istri rahasia Reynold yang dinikahi pria itu di Las Vegas. Memang tidak diakui di Indonesia, tetapi perasaan suaminya itu sangat dalam kepada dosen Patologi Anatomi keturunan blasteran yang cantik sekalipun sudah berusia menuju setengah abad."Tapi aku sudah setuju buat dateng, Rel. Nanti mereka nunggu aku 'kan kasihan!" terang Reynold berusaha minta perempuan belia itu mengerti situasinya."Bodo amat, lagian kenapa nggak nanya ke aku dulu sebelum jawab ajakan dinner Prof. Laura?! Tahu sendiri kalo aku sensi bingits kalo udah berhubungan sama dia!" Aurel menarik tangan Reynold dari ruang tengah masuk ke kamar tidur mereka.Dia juga merampas ponsel suaminya lalu menonaktifkan dayanya. "Sekarang aku mau ML sama kamu, Rey. Jangan pikirin mantan kamu lagi, oke?!" ujarnya de