Yuni refleks teringat dengan kebaya yang mau diperbaiki di ruang bacanya.Hari itu pas di kamar baca, dengar dari kata-kata Celine waktu itu, Yuni tahu Celine mengerti soal ini.Kebetulan, dia yang tua ini bisa menggunakan alasan memperbaiki kebaya untuk mengunjungi Celine, kedatangannya juga tidak akan terlihat sangat tiba-tiba.Berpikir seperti itu, Yuni akhirnya menunjukkan ekspresi puas.Sementara saat ini, ada orang lain yang juga sedang memikirkan Celine.Fera bersandar di pelukan Omar.Saat ini, perasaannya sudah tenang. Teringat ulang tahunnya yang akan datang, Fera tiba-tiba berkata, "Kak Omar, di ulang tahun kali ini, aku mau pakai lebih spesial. Aku mau meninggalkan lebih banyak kenangan yang tak terlupakan bersamamu."Omar tentu saja memanjakan Fera.Hanya sebuah pakaian saja, Omar langsung setuju. "Tentu saja boleh, gaun merek mana pun, asalkan kamu suka, aku belikan.""Merek yang lain bagus-bagus saja, tapi aku lebih suka gaun K&K. Ada seorang desainer yang desainnya sang
Orang itu memakai pakaian hitam, menggunakan payung hitam, bersembunyi dalam kegelapan malam. Kalau tidak dilihat dengan teliti, tidak akan terlihat ada orang di depan batu nisan.Orang itu juga tidak berbicara, hanya berdiri melamun sambil melihat batu nisan yang ada di depannya.Waktu berjalan detik demi detik, sampai sudah sangat malam, orang itu baru pergi.Tetap diam-diam, seakan-akan tidak pernah ada yang datang.Di kediaman Nadine.Waktu Celine dan Hansen kembali ke rumah, Carla dan Lala sudah pulang.Melihat Celine dan Hansen masuk, tatapan Lala berubah sekilas.Dia jelas-jelas melihat mereka berdua naik ke mobil dan pergi duluan, kalaupun ada hal tidak terduga di perjalanan, jarak waktunya dengan waktu dia tiba tetap terlalu lama.Namun setelah dia pulang, dia menunggu dua jam mereka baru tiba.Dalam dua jam ini, mereka ke mana?Lala merasa kesal.Namun, semua suasana hatinya seketika disembunyikan.Begitu Celine dan Hansen masuk rumah, Lala langsung berdiri dari sofa dan berl
"Tentu saja."Suara Hansen tetap seperti biasa, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. "Aku senang sekali kamu bisa ikut senang untuk Celly. Kamu nggak keberatan dengan wasiat Kakek, 'kan?"Waktu berbicara, Hansen sengaja melihat Carla yang tetap duduk di sofa.Hari ini Keluarga Tjangnaka mengundang wartawan ke pesta tadi.Kabar kalau Celine mewarisi seluruh aset Keluarga Nadine pasti akan segera tersebar ke seluruh Mastika.Saat ini Jessy masih belum dapat kabarnya, tapi di pesta hari ini, Lala hadir, begitu juga dengan Carla. Mereka berdua sudah tahu secara langsung."Nggak! Tentu saja nggak!" Lala lebih dulu menjawab.Sikapnya itu seakan-akan benar-benar sangat senang. "Aku diadopsi Kakek, dulu Kakek kasih aku sebuah rumah, aku sudah sangat berterima kasih. Semua keputusan dia pasti benar. Selain itu, Celly itu cucu kandung Kakek, punya hubungan darah dengannya, semua milik Keluarga Nadine memang seharusnya jadi punya dia!"Dia berkata dengan sangat tulus.Kalau bukan sudah tahu dia itu
Celine malah merasa agak aneh.Dia ... tidak marah!Apalagi tawa Carla tadi tidak membuatnya merasa tidak nyaman.Namun kata-kata Lala ...."Aku lapar," ujar Celine tiba-tiba.Tadi di pesta dia tidak makan banyak.Dia tahu Hansen mengungkit ayam cemani hanya agar dia mau ikut pulang ke kediaman Nadine. Namun sekarang, dia benar-benar ingin makan ayam cemani."Lapar? Kebetulan Tuan Muda sudah pesan ke dapur untuk masak ayam cemani. Aku minta mereka hidangkan ke meja makan sekarang juga."Pengurus rumah segera mengurus semuanya.Malam ini nafsu makan Celine sangat bagus.Dia makan banyak, dari awal Hansen terus menemaninya dan mengambilkannya makanan.Sikapnya yang perhatian membuat Lala merasa sangat iri."Kakak baik banget sama Celine." Lala duduk di samping Hansen sambil menopang pipinya dengan satu tangan, tatapannya penuh dengan rasa iri.Kalau dulu, begitu dia bilang begitu, Hansen pasti langsung bersikap adil dan segera mengambilkan sayur juga untuknya.Namun hari ini, setelah sek
"Lala ...."Carla memanggil Lala.Lala berbalik lalu bertatapan dengan Carla. Di saat itu, samar-samar dia melihat sindiran di mata Carla, tapi setelah dilihat lagi Carla kembali memasang sikap merendah.Seakan-akan yang Lala lihat tadi hanyalah bayangannya.Oleh karena itu, Lala juga tidak terlalu memedulikannya.Carla tidak pernah berhak dipedulikan olehnya."Ada apa lagi?" Lala mengangkat dagunya dengan sikap sombong, seakan-akan melihat seekor semut.Carla juga tidak peduli.Dia menghindari tatapan dan berkata, "Nggak, nggak apa-apa."Lala mengernyit.Setelah melihat Carla sekilas, dia merasa sosok Carla sekarang benar-benar sangat menggoda untuk ditindas. Kalau bukan karena sekarang sudah malam dan suasananya hening, kamar Hansen juga tidak jauh dari sini, dia pasti akan memberi Carla sedikit pelajaran."Huh!"Lala mendengus dingin lalu keluar dari kamar.Setelah dia pergi, pintunya tidak tertutup.Carla mendengar Lala masuk ke kamarnya sendiri lalu waktu dia menutup pintunya, mul
Hansen tiba-tiba menoleh melihat Carla.Tatapan yang melekat itu membuat Carla tersentak."Apa maksudmu?" ujar Hansen secara perlahan.Karena sudah memulai, percobaan ini tetap harus dilanjutkan. "Maksud, maksudku aku merasa setelah Lala pulang, sepertinya agak berbeda dengan dia yang dulu."Ternyata bahkan Carla juga menyadarinya!Namun dia malah ....Sejak Lala pulang, dia tidak pernah mencurigai apakah Lala itu asli atau palsu.Dia percaya seratus persen dengan Lala.Namun, bahkan Carla saja menyadari "keanehan" dan "perbedaan" Lala, tapi dia malah buta!Dia teringat perjalanan ke Gunung Prana.Apakah Lala benar-benar "tersesat"?Atau dia sengaja "tersesat" untuk memisahkan dia dan Celly?Kalau bukan karena hari itu Celine bertemu Donny yang menemaninya naik gunung, apakah Celine kemungkinan besar akan kecelakaan di atas gunung?Semakin Hansen memikirkan hal-hal ini, dia semakin merasa bersalah.Kalau sampai hari itu benar-benar terjadi sesuatu pada Celine, dia tidak mungkin bisa me
Lala merasa dirinya sangat hebat.Namun dia tidak tahu, sekarang situasinya sudah berubah. Dulu dia yang menipu orang lain, sekarang sudah berubah, dia sudah jadi orang yang ditipu itu.Hansen tenggelam dalam kekagetannya karena kata-kata Lala tadi. "Ayo kita ke atap lihat matahari subuh, seperti pas kecil dulu!"Lala suka bangun pagi.Setiap kali bangun pagi, dia selalu duduk di atap sampai langit benar-benar terang.Lala bilang, sebelum bertemu Kakek, hidupnya seperti malam yang gelap. Setelah bertemu Kakek, hidupnya baru perlahan-lahan menerang.Setiap kali dia melihat langit yang menerang, dia mengingatkan dirinya untuk menghargai saat sekarang.Hansen tahu hobi Lala ini, dan setiap kali Lala ke atap, dia pasti akan menemaninya.Meski tidak mengobrol dan hanya duduk diam di lantai menunggu langit perlahan-lahan berubah terang.Lala yang palsu ini bisa-bisanya juga tahu hal ini!Bagaimana dia bisa tahu?Begitu pertanyaan ini baru muncul di otaknya, di hati Hansen langsung muncul jaw
"Grup Angkasa! Meski aku nggak begitu tahu dia sehebat apa, aku lihat dari karisma kakakmu, si Albert, sudah pasti nggak biasa. Aaaa! Celly, dia ternyata kakak sepupumu yang asli! Pantas saja dia sebaik itu sama kamu, dia pasti sudah tahu kamu itu adik sepupunya?"Setelah bertanya, Winny akhirnya diam sejenak, menunggu jawaban Celine."Dia nggak tahu." Di lihat dari situasi kemarin, Albert tidak seperti orang yang sudah tahu dari awal."Aaaa ...." Winny kembali berteriak penuh semangat.Suaranya sangat menusuk telinga, membuat Celine mengernyit. Kemudian, dia kembali mendengar suara Winny yang penuh semangat. "Kalau begitu, ini sangat ajaib. Dia nggak tahu kalian itu saudara kandung saja sudah sebaik itu sama kamu, bagaimana nantinya?"Teringat Albert, Celine merasa Albert benar-benar sangat baik terhadapnya.Setelah ada hubungan darah, Celine merasa seakan-akan mereka jadi lebih akrab."Terus Keluarga Nadine ...."Suara Winny kembali terdengar. "Si Hansen juga hebat sekali. Aset sebes
Di pesta malam, nona-nona yang datang tidak berani mendekati Celine lagi selain untuk menyapanya. Mereka takut tidak sengaja melakukan sesuatu dan menyakiti Nyonya Jayadi ini.Mereka pun semakin kagum dengan Nyonya Jayadi dan semakin berusaha menyanjung Nyonya Yuni.Semua orang sibuk mengelilingi Nyonya Yuni, Gisela bahkan tidak bisa berbaur.Bertha juga berada di luar kerumunan itu, dia sama sekali tidak ada niat untuk menyanjung Nyonya Yuni.Di benaknya masih terus ada bayangan adegan yang terjadi di taman tadi, dia bahkan masih ingat jelas tekstur bibir pria itu.Bertha merasa otaknya sangat berantakan.Ada apa dengannya?Menyadari kondisinya yang aneh, Bertha berusaha untuk menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Namun, ingatan itu seperti kutukan yang tertanam di benaknya.Semakin dia pikirkan, wajahnya semakin merah.Dia pun memutuskan untuk diam-diam pergi. Dia ingin mencari tempat yang lebih sepi untuk meredakan panas di wajahnya.Karena terlalu buru-buru, dia menabrak dada seseoran
Gisela mengalihkan pandangannya dan kebetulan melihat Bertha dan Alvin berdiri bersama, sedang membicarakan sesuatu.Bertha mau mendekati Alvin?Muncul tebakan ini di benak Gisela.Kalau Bertha berhasil mendekati Alvin ....Waktu dia sedang berpikir, Evan menghampirinya dengan terburu-buru, terdengar maksud menyalahkan di suaranya. "Tadi kamu kenapa? Kenapa kamu sampai melewatkan kesempatan sebagus itu?""Kamu tahu, nggak? Dia bukan hanya istri Tuan Andreas, dia itu pemegang saham terbesar di Grup Nadine, juga putri Keluarga Tjangnaka ....""Kalau bisa berteman dengannya, Keluarga Wisma pasti bakal sukses, tapi ...."Evan sangat kecewa. Semakin dia memikirkan manfaat yang bisa didapatkan kalau bisa membangun koneksi dengan Nyonya Jayadi, dia semakin merasa kalau Gisela telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus."Kenapa kamu ...."Gisela memutar bola matanya di dalam hati.Kalau dia menunjukkan bakatnya di depan Nyonya Jayadi dan disukai Nyonya Jayadi, manfaatnya tentu saja jadi mil
Celine tersenyum ke Yuni untuk menenangkannya. "Nenek, aku benar-benar nggak apa-apa.""Nggak apa-apa juga harus diperiksa."Yuni sangat teguh.Namun, Celine tidak mungkin tenang membiarkan wanita licik seperti ini menyentuhnya. Dia akhirnya terpaksa melihat Gisela."Kamu profesional?""Iya, benar."Gisela segera mengangguk. Entah kenapa, Nyonya Jayadi di depannya ini jelas-jelas terlihat sangat lembut, tapi dia merasa tekanan yang membuatnya susah bernapas.Gisela tersenyum lembut, berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan niat baiknya pada Nyonya Jayadi.Sementara Celine juga bisa melihat "niat baik" Gisela.Dia hanyalah berpura-pura.Celine melihatnya dan berkata secara perlahan, "Kamu dokter?"Gisela tertegun sejenak lalu menggeleng. "Bukan."Celine bertanya lagi, "Perawat?"Gisela terdiam sejenak."Bukan, tapi aku ...."Sebelum Gisela selesai bicara, Celine tidak memberinya kesempatan lagi. "Kamu bukan dokter, juga bukan perawat, mananya yang profesional?"Celine berkata penuh makn
Yuni segera menyuruh orang memanggil dokter pribadi.Saat ini, Gisela juga langsung sadar kembali dan segera mengajukan diri. "Aku ... aku pernah belajar keperawatan ...."Hal yang terjadi tadi ....Gisela merasa dia sudah mau meledak saking kesalnya.Jelas-jelas dia melihat Bertha sudah mau menabrak Nyonya Jayadi, tapi di luar dugaannya .... Teringat dengan kejadian tadi, Gisela tidak hanya merasa kecewa karena rencananya gagal.Pria yang ditimpa Bertha tadi adalah tuan muda pertama Keluarga Sugito.Mereka ... berciuman.Namun, Bertha mana layak?Gisela tidak pernah menyangka akan jadi seperti ini. Mendengar Yuni meminta orang memanggil dokter pribadi, Gisela langsung sadar kembali.Rencananya mencelakai Bertha sudah gagal, dia tidak boleh melewatkan kesempatan untuk menunjukkan kehebatannya.Oleh karena itu, dia pun segera menawarkan diri.Baru saja dia selesai bicara, semua orang pun melihatnya.Termasuk Nyonya Yuni dan juga Nyonya Jayadi itu."Kamu bisa ilmu keperawatan?" Yuni meli
Melihat gadis baju hitam itu sudah mau menabraknya, Celine refleks berteriak, "Andreas ...."Saat ini, di bandara Kota Binara.Seorang pria memegang dadanya, keningnya juga berkerut. Kegelisahan yang tiba-tiba muncul di hatinya membuat kepalanya pusing."Tuan, kamu kenapa?"Orang yang lewat menyadari keanehannya dan segera bertanya.Pria itu berusaha untuk menenangkan dirinya, tapi hatinya seperti diremas oleh sebuah tangan. Dia tidak pernah merasakan rasa sakit seperti itu.Di hatinya bahkan muncul ketakutan, lalu perlahan-lahan ketakutan itu menyelimutinya.Dia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya."Tuan, kamu kenapa?"Melihat kondisinya, orang yang lewat tadi bertanya lagi.Pria itu menghirup napas dalam-dalam lalu mengibaskan tangannya, tapi ketakutan itu masih mengikutinya.Sebenarnya ... ada apa dengannya?Sementara saat ini, Celine menutup matanya, suasana sekitarnya seakan-akan menjadi hening. Dia berusaha melindungi perutnya, berdoa hal yang dia takutkan tidak akan ter
Semakin Evan menyukai rasa puas ini, dia semakin tidak menyukai Bertha yang angkuh."Kalau begitu, aku ke sana?"Gisela memasuki area dansa dengan hati-hati tapi semangat seakan-akan sudah mendapat dukungan.Dia mengikuti tempo dan irama lalu mulai membaur dengan orang-orang.Di tempat yang tidak diperhatikan orang, Gisela diam-diam mengamati sekelilingnya, mencari kesempatan. Akhirnya, dia melihat Bertha sedang berputar mendekati Celine.Gisela tahu kalau kesempatannya sudah datang."Siapa gadis baju hitam itu? Tariannya lumayan bagus ...."Yuni juga memerhatikan Bertha.Nada pujiannya kebetulan didengar oleh Gisela, Gisela pun semakin yakin dengan rencananya.Nyonya Yuni sedang memuji Bertha? Nanti, takutnya dia baru akan puas setelah membunuh Bertha!Gisela berpikir sambil menunggu waktu yang pas, kemudian dia diam-diam mendorong gadis yang sedang menari membelakanginya ...."Aduh ...."Seiring dengan seruan kaget, gadis itu menabrak orang di depannya."Ah ....""Aduh ...."Suara te
Alvin kenal dengan Nyonya Jayadi ini?Gisela melihat Alvin berjalan kemari bersama Celine, jarak di antara mereka seperti sengaja untuk menghindari rumor.Apakah hubungan mereka tidak biasa?Gisela memutar matanya, otaknya juga ikut berputar.Waktu melihat Nyonya Jayadi sudah mendekati kerumunan orang, Alvin berhenti mengikutinya, tapi matanya tetap tertuju pada Nyonya Jayadi.Gisela pun melihat wanita yang meski sedang hamil, tetap sangat cantik itu. Dalam hati muncul perasaan yang aneh, bahkan dia juga tidak bisa membedakan apakah itu kagum atau iri.Nyonya Jayadi ini benar-benar beruntung.Sedangkan dia ....Gisela mencari Bertha di sekitar, lalu segera menemukannya yang terlihat sangat mencolok di antara kerumunan.Bertha ada di antara kerumunan orang yang menari, sepertinya dia terbawa suasana, terlihat sangat gembira, sama sekali tidak sedih karena Evan mau membatalkan pernikahan mereka.Kenapa dia tidak sedih?Gisela merasa kesal.Bertha harusnya sedih, karena bagaimanapun juga
Celine terus menunggu Andreas, merindukannya setiap hari. Sejak babak final Kompetisi Desain Perhiasan Nasional di mana dia menerima cincin "Penantian", dia tidak menemukan petunjuk apa pun lagi tentang Andreas.Dia terjebak dalam penantian yang tidak terlihat ujungnya, seakan-akan mengerti maksud dari orang yang mengirim cincin itu.Penantian ....Orang itu memberi tahu dia kalau dia akan terus menunggu.Alvin bisa melihat kepahitan di mata Celine. Di kalangan para orang kaya di Binara ada sangat banyak rumor tentang Celine dan Andreas.Ada yang bilang Celine sedang hamil, tapi Tuan Andreas tidak pernah muncul di sisinya sekalipun, hubungan mereka sudah renggang.Ada yang bilang Celine hanya diakui karena hamil dengan keturunan Keluarga Jayadi, Yuni juga hanya mementingkan cicitnya yang ada di kandungan Celine.Di luar ada banyak rumor seperti ini, tapi karena identitas Celine yang merupakan pewaris Grup Nadine dan juga putri Keluarga Tjangnaka, tidak ada yang berani meremehkannya.Al
Di bawah tatapan semua orang, seorang wanita berpakaian putih memegang wajahnya, jelas terlihat dia baru saja ditampar.Wanita itu memasang ekspresi bingung, lalu sibuk meminta maaf pada orang yang menamparnya seakan-akan tidak peduli dengan rasa sakit di wajahnya. "Maaf, Kak, aku ...."Sebelum dia selesai, seorang pria maju dan melindungi wanita baju putih itu di belakangnya sambil memelototi wanita baju hitam di depan wanita baju putih itu. "Kenapa kamu memukulnya?""Kak Evan, jangan salahkan Kakak, aku yang salah, membuatnya marah."Wanita baju putih itu terlihat sangat lemah seperti bunga yang mudah rusak.Alasan dia terlihat lemah,adalah karena kekejaman "Kakak" yang disebut olehnya itu. Semakin dia terlihat lemah, semakin bisa merangsang keinginan pria untuk melindunginya.Namun, di mata wanita baju hitam itu ....Celine melihat wanita baju hitam itu dengan tatapan penasaran. Wanita itu terlihat sangat tenang, seakan-akan sudah biasa dengan kelemahan wanita baju putih dan juga s