Realistis dan mementingkan keuntungan, mulai gila dengan proyek perkembangan Grup Jayadi ke luar negeri.Dia dari awal sudah bisa menebak waktu neneknya tahu identitas asli Celine adalah putri Keluarga Tjangnaka, neneknya pasti tidak akan melepaskan kesempatan ini.Andreas memang mau mengembangkan Grup Jayadi, tapi kalau sudah melibatkan Celine, dia tidak bisa diam saja."Andreas ...."Yuni masih bermaksud mendesak Andreas, tapi Andreas malah langsung menutup telepon.Suara nada sibuk yang tiba-tiba membuat Yuni tertegun sejenak. Dia tidak percaya kalau Andreas sengaja menutup telepon, jadi dia anggap ada masalah dengan sinyalnya.Oleh karena itu, Yuni kembali menelepon Andreas.Kali ini, Andreas tidak menerima panggilan.Yuni telepon lagi berkali-kali, tapi tetap tidak terhubung.Kalau Yuni masih saja tidak tahu apa yang terjadi, berarti sia-sia dia hidup selama ini.Setelah mengerti maksud Andreas, hatinya langsung dipenuhi amarah."Si Andreas ini!" Tangan Yuni yang menggenggam ponse
Yuni refleks teringat dengan kebaya yang mau diperbaiki di ruang bacanya.Hari itu pas di kamar baca, dengar dari kata-kata Celine waktu itu, Yuni tahu Celine mengerti soal ini.Kebetulan, dia yang tua ini bisa menggunakan alasan memperbaiki kebaya untuk mengunjungi Celine, kedatangannya juga tidak akan terlihat sangat tiba-tiba.Berpikir seperti itu, Yuni akhirnya menunjukkan ekspresi puas.Sementara saat ini, ada orang lain yang juga sedang memikirkan Celine.Fera bersandar di pelukan Omar.Saat ini, perasaannya sudah tenang. Teringat ulang tahunnya yang akan datang, Fera tiba-tiba berkata, "Kak Omar, di ulang tahun kali ini, aku mau pakai lebih spesial. Aku mau meninggalkan lebih banyak kenangan yang tak terlupakan bersamamu."Omar tentu saja memanjakan Fera.Hanya sebuah pakaian saja, Omar langsung setuju. "Tentu saja boleh, gaun merek mana pun, asalkan kamu suka, aku belikan.""Merek yang lain bagus-bagus saja, tapi aku lebih suka gaun K&K. Ada seorang desainer yang desainnya sang
Orang itu memakai pakaian hitam, menggunakan payung hitam, bersembunyi dalam kegelapan malam. Kalau tidak dilihat dengan teliti, tidak akan terlihat ada orang di depan batu nisan.Orang itu juga tidak berbicara, hanya berdiri melamun sambil melihat batu nisan yang ada di depannya.Waktu berjalan detik demi detik, sampai sudah sangat malam, orang itu baru pergi.Tetap diam-diam, seakan-akan tidak pernah ada yang datang.Di kediaman Nadine.Waktu Celine dan Hansen kembali ke rumah, Carla dan Lala sudah pulang.Melihat Celine dan Hansen masuk, tatapan Lala berubah sekilas.Dia jelas-jelas melihat mereka berdua naik ke mobil dan pergi duluan, kalaupun ada hal tidak terduga di perjalanan, jarak waktunya dengan waktu dia tiba tetap terlalu lama.Namun setelah dia pulang, dia menunggu dua jam mereka baru tiba.Dalam dua jam ini, mereka ke mana?Lala merasa kesal.Namun, semua suasana hatinya seketika disembunyikan.Begitu Celine dan Hansen masuk rumah, Lala langsung berdiri dari sofa dan berl
"Tentu saja."Suara Hansen tetap seperti biasa, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. "Aku senang sekali kamu bisa ikut senang untuk Celly. Kamu nggak keberatan dengan wasiat Kakek, 'kan?"Waktu berbicara, Hansen sengaja melihat Carla yang tetap duduk di sofa.Hari ini Keluarga Tjangnaka mengundang wartawan ke pesta tadi.Kabar kalau Celine mewarisi seluruh aset Keluarga Nadine pasti akan segera tersebar ke seluruh Mastika.Saat ini Jessy masih belum dapat kabarnya, tapi di pesta hari ini, Lala hadir, begitu juga dengan Carla. Mereka berdua sudah tahu secara langsung."Nggak! Tentu saja nggak!" Lala lebih dulu menjawab.Sikapnya itu seakan-akan benar-benar sangat senang. "Aku diadopsi Kakek, dulu Kakek kasih aku sebuah rumah, aku sudah sangat berterima kasih. Semua keputusan dia pasti benar. Selain itu, Celly itu cucu kandung Kakek, punya hubungan darah dengannya, semua milik Keluarga Nadine memang seharusnya jadi punya dia!"Dia berkata dengan sangat tulus.Kalau bukan sudah tahu dia itu
Celine malah merasa agak aneh.Dia ... tidak marah!Apalagi tawa Carla tadi tidak membuatnya merasa tidak nyaman.Namun kata-kata Lala ...."Aku lapar," ujar Celine tiba-tiba.Tadi di pesta dia tidak makan banyak.Dia tahu Hansen mengungkit ayam cemani hanya agar dia mau ikut pulang ke kediaman Nadine. Namun sekarang, dia benar-benar ingin makan ayam cemani."Lapar? Kebetulan Tuan Muda sudah pesan ke dapur untuk masak ayam cemani. Aku minta mereka hidangkan ke meja makan sekarang juga."Pengurus rumah segera mengurus semuanya.Malam ini nafsu makan Celine sangat bagus.Dia makan banyak, dari awal Hansen terus menemaninya dan mengambilkannya makanan.Sikapnya yang perhatian membuat Lala merasa sangat iri."Kakak baik banget sama Celine." Lala duduk di samping Hansen sambil menopang pipinya dengan satu tangan, tatapannya penuh dengan rasa iri.Kalau dulu, begitu dia bilang begitu, Hansen pasti langsung bersikap adil dan segera mengambilkan sayur juga untuknya.Namun hari ini, setelah sek
"Lala ...."Carla memanggil Lala.Lala berbalik lalu bertatapan dengan Carla. Di saat itu, samar-samar dia melihat sindiran di mata Carla, tapi setelah dilihat lagi Carla kembali memasang sikap merendah.Seakan-akan yang Lala lihat tadi hanyalah bayangannya.Oleh karena itu, Lala juga tidak terlalu memedulikannya.Carla tidak pernah berhak dipedulikan olehnya."Ada apa lagi?" Lala mengangkat dagunya dengan sikap sombong, seakan-akan melihat seekor semut.Carla juga tidak peduli.Dia menghindari tatapan dan berkata, "Nggak, nggak apa-apa."Lala mengernyit.Setelah melihat Carla sekilas, dia merasa sosok Carla sekarang benar-benar sangat menggoda untuk ditindas. Kalau bukan karena sekarang sudah malam dan suasananya hening, kamar Hansen juga tidak jauh dari sini, dia pasti akan memberi Carla sedikit pelajaran."Huh!"Lala mendengus dingin lalu keluar dari kamar.Setelah dia pergi, pintunya tidak tertutup.Carla mendengar Lala masuk ke kamarnya sendiri lalu waktu dia menutup pintunya, mul
Hansen tiba-tiba menoleh melihat Carla.Tatapan yang melekat itu membuat Carla tersentak."Apa maksudmu?" ujar Hansen secara perlahan.Karena sudah memulai, percobaan ini tetap harus dilanjutkan. "Maksud, maksudku aku merasa setelah Lala pulang, sepertinya agak berbeda dengan dia yang dulu."Ternyata bahkan Carla juga menyadarinya!Namun dia malah ....Sejak Lala pulang, dia tidak pernah mencurigai apakah Lala itu asli atau palsu.Dia percaya seratus persen dengan Lala.Namun, bahkan Carla saja menyadari "keanehan" dan "perbedaan" Lala, tapi dia malah buta!Dia teringat perjalanan ke Gunung Prana.Apakah Lala benar-benar "tersesat"?Atau dia sengaja "tersesat" untuk memisahkan dia dan Celly?Kalau bukan karena hari itu Celine bertemu Donny yang menemaninya naik gunung, apakah Celine kemungkinan besar akan kecelakaan di atas gunung?Semakin Hansen memikirkan hal-hal ini, dia semakin merasa bersalah.Kalau sampai hari itu benar-benar terjadi sesuatu pada Celine, dia tidak mungkin bisa me
Lala merasa dirinya sangat hebat.Namun dia tidak tahu, sekarang situasinya sudah berubah. Dulu dia yang menipu orang lain, sekarang sudah berubah, dia sudah jadi orang yang ditipu itu.Hansen tenggelam dalam kekagetannya karena kata-kata Lala tadi. "Ayo kita ke atap lihat matahari subuh, seperti pas kecil dulu!"Lala suka bangun pagi.Setiap kali bangun pagi, dia selalu duduk di atap sampai langit benar-benar terang.Lala bilang, sebelum bertemu Kakek, hidupnya seperti malam yang gelap. Setelah bertemu Kakek, hidupnya baru perlahan-lahan menerang.Setiap kali dia melihat langit yang menerang, dia mengingatkan dirinya untuk menghargai saat sekarang.Hansen tahu hobi Lala ini, dan setiap kali Lala ke atap, dia pasti akan menemaninya.Meski tidak mengobrol dan hanya duduk diam di lantai menunggu langit perlahan-lahan berubah terang.Lala yang palsu ini bisa-bisanya juga tahu hal ini!Bagaimana dia bisa tahu?Begitu pertanyaan ini baru muncul di otaknya, di hati Hansen langsung muncul jaw