Di saat yang sama, di persimpangan jalan di luar kediaman.Di pinggir jalan berhenti sebuah mobil. Di dalamnya, Carla sedang duduk di kursi pengemudi matanya terlihat tidak fokus, hatinya sedang mengalami dilema yang sangat dalam.Dia melihat kegelapan yang menyelimuti jalanan sambil menggigit bibirnya. Akhirnya dia mengambil ponselnya dan menelepon seseorang."Tante Fera ...."Suara Carla bergetar.Di seberang telepon adalah Fera yang tadinya duduk di ruang tamu. Setelah Bella dan Inez pergi, dia juga naik ke lantai dua.Saat ini, di kamar dia berada, dia bisa melihat ke jalanan di luar kediaman.Mendengar suara Carla, Fera tersenyum tipis. "Kenapa? Kamu tegang?"Tegang!Carla memang merasa tegang.Karena hal yang akan terjadi nanti juga berbahaya untuknya.Kalau tidak dikendalikan dengan baik ...."Tante Fera, aku takut, bisa ... pakai cara yang lain?" mata Carla berkelebat.Namun, baru saja dia bertanya, orang di seberang telepon sudah bertanya lebih banyak."Kamu mau membuatnya dat
Di lantai dua, Fera tersenyum puas."Apa yang terjadi?" tanya Omar yang baru saja keluar dari ruangan melukis.Begitu tahu Omar ada di belakang, Fera langsung menyimpan kembali senyumannya lalu berbalik menghadap Omar dengan ekspresi khawatir. "Coba kita pergi lihat."Pergi lihat sekalian bawa orangnya masuk!Mereka berdua pun turun.Sementara di bawah, Inez dan Bella yang baru saja masuk juga terkejut setengah mati karena suara keras itu."Sepertinya ... ada yang tabrakan ...."Bella berbalik melihat ke arah asal suara.Baru saja dia bicara, dia melihat Fera dan Omar berjalan keluar dengan terburu-buru.Dia bertatapan dengan Inez lalu ikut berlari keluar.Di dalam ruang baca Yuni.Waktu suara keras itu terdengar, Andreas merasa hatinya sakit, lalu dia juga jadi susah bernapas.Ada apa dengannya?Andreas mengelus dadanya, kelopak matanya terus berkedut.Hanya Yuni yang sedang memegang perjanjian kerja sama Grup Jayadi dan Grup Tjangnaka yang sama sekali tidak terpengaruh oleh suara itu
Yuni mana mungkin tidak tahu?Tadi waktu menerima telepon, Andreas seperti kehilangan rohnya, bahkan tidak peduli Yuni sedang bicara dan langsung berlari keluar. Siapa lagi orang yang bisa membuatnya panik begitu kalau bukan Celine?Agar Celine tidak perlu datang hari ini, cucunya ini bahkan menggunakan kerja sama dengan Grup Angkasa untuk meredakan amarahnya.Celine Maira ....Yuni menjadi semakin penasaran dengan Nona Celine ini."Aku jadi penasaran, gadis dari Binara ini sebenarnya sehebat apa, sampai-sampai bisa membuat cucuku ini terpesona sampai seperti ini!"Yuni meletakkan perjanjian kerja sama di tangannya.Kemudian, dia mengambil tongkat berjalannya dan berjalan keluar dengan santai.Di saat Andreas menerima telepon, Albert yang berada di Jade Garden juga menerima telepon yang sama."Kecelakaan? Terus dia bagaimana?" Albert yang tadinya mau minum-minum santai, langsung meletakkan gelasnya dan berjalan keluar.Melihat gerak-geriknya, Vicky yang duduk di samping juga segera men
Carla juga dibantu keluar dari mobil.Tidak ada yang tahu interaksi antara dia dan Fera, juga tidak ada yang tahu kebenaran dari "kecelakaan" ini.Semua orang ikut masuk kembali ke kediaman.Di jalanan yang lebih maju dari kediaman Keluarga Jayadi, Sheryn masih terus "menunggu".Dia berkali-kali melihat jam, lalu melihat ke ujung jalan yang tetap hening. "Harusnya sudah berhasil!"Nyonya itu sudah membawa Celine masuk, kalau tidak, sekarang Celine harusnya sudah sampai.Saat ini, Nicholas juga harusnya sudah bangun!Nicholas memang sudah bangun.Waktu dia bangun, seluruh kamarnya gelap gulita. Dia mengulurkan tangannya ke meja samping kasur untuk mengambil ponselnya dan melihat jam, tapi setelah sekian lama, dia tidak menemukan ponselnya.Dia segera membuka lampu kamar dan baru melihat kalau ponselnya dan juga chargernya jatuh ke lantai.Sebelum tidur, dia mengecas ponselnya ....Nicholas mengernyit, tapi langsung mengerti.Mungkin waktu dia tidur, tidak sengaja menjatuhkan ponselnya.
Di jalan Gunung Salma.Asalkan Nicholas menyusuri jalan ini, pasti bisa menemukannya!...Di jalan Gunung Salma nomor 1, kediaman Keluarga Jayadi.Di dalam kantor di bangunan khusus tenaga medis, suasananya sangat hening.Celine kehilangan kesadaran karena bagian kepalanya tertabrak. Setelah diperiksa, dokter melihat tidak ada luka, tapi Andreas menunjukkan ekspresi serius bahkan orang-orang lain juga jadi ikut tegang."Carla, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa bisa tabrakan?"Fera merusak keheningan yang menyesakkan ini.Semua orang juga mempunyai pertanyaan yang sama, hal ini sudah pasti harus dijelaskan.Kening Carla juga terluka sedikit, dia seakan-akan sangat terkejut dengan tabrakan tadi, sampai sekarang masih terlihat panik.Begitu ditanya tentang kecelakaan tadi, Carla makin panik. "Aku yang salah ....""Aku nggak memperhatikan kalau ada mobil yang datang ....""Kalau aku masuk lebih cepat, nggak akan terjadi kecelakaan begini, tapi ....""Belakangan ini aku bergadang setiap h
Semua yang ada di sini tidak pernah melihat Andreas yang seperti ini.Orang-orang Keluarga Jayadi hanya pernah melihat sikap Andreas yang agak berbeda terhadap Celine waktu dia membawa Celine pergi malam itu.Mereka tidak tahu di depan Celine, Andreas yang biasanya selalu bersikap dingin bisa menunjukkan "kehangatan" seperti ini.Celine ....Tatapan Yuni yang tertuju pada Celine jadi terlihat penasaran.Omar awalnya mengernyit karena terkejut, setelah sadar kembali, dia juga memperhatikan Celine.Fera juga ....Saat ini, meski dia tetap tersenyum sopan seperti biasanya, kilau kesinisan di matanya terlihat sangat jelas.Namun, saat ini dia tidak melihat Celine.Dia melirik ke arah Bella.Meski Bella sudah pernah mendapat penghargaan "aktris terbaik" di ajang internasional, tapi jelas terlihat, aktingnya adalah yang paling jelek di antara semua orang di sini.Dia melihat Celine dengan mata penuh kecemburuan yang tidak disembunyikan.Kalau bukan karena di sini ada Andreas, dia sepertinya
Mereka berdua adalah cucu angkat Keluarga Nadine, secara logika, hubungan mereka seharusnya lebih akrab.Namun, perhatian Carla ini membuat Celine merasa sangat aneh.Celine sendiri tahu jelas seberapa dekatnya hubungan mereka.Dia tidak suka berpura-pura, juga malas menemani Carla berpura-pura.Selain itu, dia memang bukan datang untuk menghadiri jamuan keluarga.Teringat tujuannya datang ke jalan Gunung Salma, Celine berdiri dan ingin segera pergi. "Aku masih ada urusan lain, jadi aku permisi dulu."Mungkin karena tabrakan tadi masih sedikit berefek padanya.Begitu berdiri, tubuh Celine tidak stabil.Seketika, Andreas langsung merangkulnya."Aku antar." Suara Andreas terdengar dari atas.Namun, sebelum mereka sempat melangkah keluar, Yuni berkata, "Yudi, bagaimana persiapan makan malamnya?""Nyonya Tua, hidangannya sudah selesai."Justru kecelakaan tadi menunda dimulainya jamuan malam ini."Kalau sudah selesai, ayo kita mulai. Andreas ...." Yuni bertopang pada tongkatnya, nada bicara
"Nona Celine, tenang saja, aku suruh orang pergi sekarang juga."Tanpa menunggu Andreas mengiakan, Fera sudah lebih dulu menyetujuinya.Celine melihat Nyonya Fera yang tersenyum itu. Dia tidak lupa, waktu pertama kali dia datang ke sini, nyonya satu ini yang berlutut di depan Andreas, mencoba untuk menyalahkan Andreas secara moralitas.Dia yang menyuruh orang pergi?"Terima kasih, Nyonya Fera," ujar Celine berterima kasih sambil tersenyum.Bagi mereka, Sheryn hanyalah orang yang tidak penting, tidak ada alasan bagi Fera melakukan sesuatu pada Sheryn.Oleh karena itu, Celine tidak perlu khawatir.Fera mengurus segalanya, menyuruh sopirnya Omar pergi menjemput Sheryn.Sekumpulan orang berpindah dari bangunan tim medis ke bangunan utama.Andreas terus menempel di samping Celine, dari awal sampai akhir, keningnya terus berkerut dan tubuhnya tegang, seakan-akan penuh dengan waspada.Celine tidak tahu kalau Yuni menyuruhnya membawa Celine ke jamuan keluarga ini.Di saat yang sama, Yuni mengu